Oleh: Tri S, S.Si
Kementerian Perhubungan (Kemenhub) menyatakan secara total jumlah penumpang kumulatif di semua moda angkutan umum mulai H-7 sampai hari H Lebaran (25 April-2 Mei) menembus 5.703.979 orang. Juru Bicara Kemenhub Adita Irawati, pada Selasa (3/5) menyebut, dari jumlah tersebut, penumpang angkutan penyeberangan masih yang tertinggi dengan 1.766.802 penumpang. "Ada lima pelabuhan penyeberangan terpadat yakni Merak, Gilimanuk, Bakauheni, Ketapang, dan Kayangan, Lombok Timur," ungkapnya dalam siaran pers. Kemudian, disusul angkutan udara sebanyak 1.478.812 penumpang. Dengan pergerakan penumpang keberangkatan terpadat di lima bandara, yakni di Soekarno Hatta, Sultan Hasanuddin (Makassar), Juanda (Surabaya), Ngurah Rai (Bali) dan Sepinggan (Balikpapan)."Berikutnya, angkutan jalan (bus) dengan 1.056.602 penumpang. Dengan pergerakan penumpang terpadat di lima terminal ada di Kertonegoro Ngawi, Ir. Soekarno (Klaten), Purboyo (Surabaya), Giwangan (Yogyakarta), dan Tirtonadi (Solo)," kata Adita. Kemudian, ada angkutan kereta api dengan 851.430 penumpang. Dengan pergerakan penumpang terpadat di lima daerah operasi (Daop) ada di Daop I Jakarta, Daop VIII Surabaya, Daop VI Yogyakarta, Daop II Bandung, dan Daop IV Semarang (mediaindonesia.com, 3/5/2022).
Rindu berat membawa setiap muslim bahkan non muslim untuk bisa mewujudkan harapan mudiknya, meski beban berat mudik itu ada didepan mata. Tiga tahun pandemi nyatanya ada banyak cerita perih dibaliknya, yang dihadapi kaum muslim dibelahan negara manapun. Kenaikan bahan pangan, sumber energi mulai LPG hingga BBM adalah kado pahit dari dibukanya mudik lebaran tahun ini.
Mudik bukan lagi menjadi tradisi belaka, namun sudah menjadi kebutuhan utamanya bagi para perantau yang jauh dari kampung halaman. Merantau juga sebenarnya adalah akibat dari tidak meratanya perekonomian negara. Sistem kapitalisme membuat kekayaan hanya berpusat pada beberapa konglomerat saja. Lowongan pekerjaan kian sulit didapat, hingga UMR rendahpun kadang sudah tak lagi menjadi pertimbangan, karena kebutuhan keluarga terus berjalan. Pemerintah sendiri tampak gagap untuk bisa menyelesaikan berbagai persoalan.
Solusi yang ditempuh berkutat pada upaya-upaya pragmatis semata, dan lebih terkesan banyak pencitraan. Pandemi sering dikambinghitamkan sebagai akibat dari segala kegagalan pemerintah. Hingga yang tampak, seakan-akan pemerintah sudah bekerja sekuat tenaga dan semaksimal mungkin, namun nyatanya hanya fatamorgana ditengah sahara. Upaya pemerintah dengan berbagai kebijakannya, termasuk bidang layanan publik, serta proyek-proyek pembangunan tampak sangat pro kepentingan pemilik modal, bahkan kental aroma bagi-bagi kue kekuasaan.
Penguasa dan pengusaha adalah pihak yang terus akur mengangkangi kepentingan rakyat. Mereka akan terus menjadi parasit, dimana sepanjang kepentingan itu ada, manfaat itu ada, hubungan rindu tapi benci akan ada pada mereka. Itulah oligarki, yakni bentuk pemerintahan yang kekuasaan politiknya secara efektif dipegang oleh kelompok elit kecil dari masyarakat, baik dibedakan menurut kekayaan, keluarga, atau militer.
Kemiskinan yang mewarnai aktivitas mudik adalah hanya satu dari sekian banyak persoalan yang sejatinya membutuhkan solusi struktural bukan parsial. Sistem kapitalisme liberal nyatanya adalah biang dari semua kerusakan. Karena sifatnya yang rusak dan merusak. Sebagai sistem buatan manusia dia lemah baik dari ide maupun metodenya. Sistem ini tidak akan pernah bisa memberi solusi tuntas, tidak pernaah bisa mensejahterakan, apalagi menyelamatkan, meski estafet kepemimpinan berganti beribu-ribu sosok, apalagi yang minta perpanjangan jabatan, jauh panggang dari api.
Sangat berbeda dengan Islam, dimana penguasanya adalah orang-orang amanah yang tak diperbolehkan ada pengusaha berkelindan dengan mereka, bahkan saat mereka menjabat sebuah kekuasaan, tak boleh ada perusahaan yang ada dalam kekuasaanya. Karena dia akan rawan terjadi KKN dan membentuk kekuasaan oligarki, bukan kekuasaan yang menjadi pelayan dan pelindung rakyat. Negara Islam yang orientasi kekuasaannya berpolitik Islam, yakni melayani dan menjaga umat, maka tak ada tumpang tindih kebijakan demi meraih keuntungan maupun manfaat.
Sistem Islam yang berasal dari Sang Khalik, adalah sistem yang pasti benar dan terbaik. Karena berasal dari Sang Pencipta Yang Maha Tahu kebutuhan manusia. Sistem politik ekonomi Islam menjamin kesejahteraan orang per orang. Hal ini karena aturan Islam memungkinkan bagi negara mendapatkan anggaran pendapatan yang melimpah ruah, terutama dari pengelolaan kepemilikan umum seperti kekayaan alam maupun kepemilikan negara. Sistem pemerintahan Islamnya pun mencegah terjadinya penyalahgunaan kekuasaan sekaligus membangun kemandirian. Tidak ada kepentingan yang dibela dan ditegakkan selain kepentingan Islam dan rakyatnya.
Begitupun dengan sistem sanksi Islam. Bentuknya yang keras dan tegas justru menutup celah penyelewengan. Hal ini ditunjang oleh penerapan sistem-sistem lainnya secara menyeluruh. Satu sama lainnya saling mengukuhkan sehingga kehidupan masyarakat Islam berjalan penuh kebaikan dan keberkahan.
Dengan Islamlah hakikatnya kehidupan kita terjaga, baik harta, jiwa, kehormatan, keturunan, keamanan, akal dan agama. Sudah waktunya melepas kepercayaan kepada sistem kapitalisme saat ini, dan mengambil sepenuhnya syariat Islam secara utuh atau kaffah agar penjagaan Islam kepada manusia bisa berjalan sempurna bukan sebagian. Maka butuh perjuangan untuk menumbuhkan kepercayaan umat, hingga umat yakin mengambil Islam dan menerapkannya.