Meski Ramadan Pergi Semangat Jangan Kendor Kembali




Oleh. Ummu Ainyssa 
(Pendidik Generasi dan Member Akademi Menulis Kreatif)

Bulan suci Ramadan baru saja berlalu dan berganti dengan bulan Syawal. Bagi kaum mukmin kepergian bulan ini tentunya menyisakan sebuah kesedihan. Bagaimana tidak, bulan Ramadan adalah bulan yang penuh dengan keberkahan dan kemuliaan. Bertabur pahala yang berlipat ganda serta pengampunan atas dosa-dosa. Di bulan inilah kaum muslim berlomba-lomba penuh semangat melakukan berbagai amal kebajikan, target khatam Al Qur'an, bersedekah, salat sunah, dll. Semangat yang tidak mudah didapatkan di bulan-bulan lainnya.

Berbagai keutamaan dan kelebihan yang ada di dalam bulan Ramadan telah memberikan motivasi dan semangat bagi kita untuk meraihnya. Dengan harapan meraih derajat tertinggi yaitu menjadi orang yang bertakwa, kaum muslim terpanggil untuk memiliki sikap muraqabah, yaitu senantiasa merasa diawasi oleh Allah Swt. dalam setiap aktivitasnya. Dari sikap inilah kaum muslim akan terlatih untuk meningkatkan ketundukan dan ketaatannya kepada semua perintah Allah Swt.

Namun sayang, seiring perginya bulan Ramadan, terkadang semangat dan kegigihan itupun ikut luntur kembali. Tak jarang mereka yang berpuasa penuh di bulan Ramadan, kembali melakukan maksiat seusai Ramadan. 
Riba kembali digeluti, aurat kembali ditampakkan, penghinaan terhadap agama maupun kriminalisasi ulama terus saja terjadi, kezaliman terhadap rakyat seperti kenaikan pajak dan harga-harga pokok tak jua dihentikan. Dan yang terparah adalah hukum Allah yang telah lama dicampakkan tak juga diperjuangkan. 

Padahal Rasulullah pernah mengingatkan dalam hadisnya, berpuasa pada bulan Ramadan bisa menghapuskan dosa. Dalam hadits riwayat Imam Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘Anhu, Rasulullah saw. bersabda:
“Barangsiapa yang berpuasa pada bulan Ramadan karena iman dan karena berharap pahala, niscaya diampuni untuknya dosa-dosa yang telah lalu.” 

Maka sungguh sangat disayangkan jika pada bulan Ramadan dosa-dosa sudah diampuni, namun setelah Ramadan usai kembali memupuk dosa. Begitupun sebagai seorang mukmin kita tidak ingin disebut sebagai umat yang celaka seperti yang pernah Rasulullah sampaikan.
“Celakalah seorang hamba yang mendapati bulan Ramadan kemudian Ramadan berlalu dalam keadaan dosa-dosanya belum diampuni.” (HR. Ahmad, shahih) 

Maka sudah seharusnya derajat takwa yang hendak kita capai itu bukan hanya ingin kita raih di bulan Ramadan saja, tetapi juga di bulan-bulan lainnya. Sehingga sebagai seorang muslim seharusnya kita tetap istikamah meningkatkan ketakwaan dan keimanan kita selepas Ramadan. Hal itu bisa diwujudkan dengan beberapa hal berikut:


1. Mujahadah yaitu bersungguh-sungguh menjalankan perintah Allah.
Target dari puasa Ramadan adalah menjadi orang bertakwa, yaitu bersungguh- sungguh dalam menjalankan perintah Allah serta menjauhi larangan-Nya. 
Jika di bulan Ramadan kita bisa menahan lapar, haus, hawa nafsu kita, dan segala macam perbuatan yang larang oleh Allah, maka seharusnya dengan niat sungguh-sungguh kita pun bisa melakukan ketaatan di bulan lainnya. 

2. Merasa selalu diawasi oleh Allah Swt.
Seseorang yang merasa selalu diawasi oleh Allah akan menyadari dengan sepenuh hati, tanpa keraguan, tanpa kebimbangan bahwa Allah senantiasa mengawasi setiap gerak-geriknya dan langkahnya, setiap pandangan maupun pendengarannya, dan semua yang terlintas dalam dirinya. Sehingga dengan sifat ini akan muncul pengamalan yang maksimal dalam beribadah kepada Allah, dimanapun dan kapanpun, baik dalam keadaan terang-terangan maupun tersembunyi.

3. Rajin menuntut ilmu dan meminta nasihat orang lain.
Dengan menyibukkan diri dalam majelis ilmu akan membuat kita semakin semangat berlomba-lomba dalam kebaikan.
Sebagaimana yang pernah disampaikan oleh Rasulullah saw. bahwa, "Segolongan orang yang berkumpul di rumah Allah, lalu berzikir, saling memberi nasihat dan saling memberi pengajaran, maka kepada mereka akan diturunkan ketenangan, diliputi oleh para malaikat, diberikan kasih sayang dan Allah Swt. menyebut-nyebut mereka di hadapan penduduk langit".

4. Berkumpul dengan orang-orang salih.
Keberadaan orang salih ibarat magnet kebaikan. Berkumpul dengan orang salih akan membuat hati kita lebih teguh lagi dalam kebaikan. Saat kita hampir tergelincir dalam kemaksiatan maka akan ada orang salih di samping kita yang akan selalu mengingatkan.

5. Selalu terikat dengan hukum syarak.
Allah memerintahkan setiap muslim agar dalam setiap aktivitasnya senantiasa terikat dengan hukum syariat. Sehingga sebagai muslim yang taat dia akan terus menghiasi dirinya dengan hal-hal yang Allah perintahkan serta menghindarkan diri dari perbuatan yang bertentangan dengan hukum syarak. 

Bukan hanya dalam bulan Ramadan saja, tapi juga di bulan lainnya. Allah Swt. berfirman dalam surat Al Isra:15, "Barang siapa berbuat sesuai dengan petunjuk (Allah), maka sesungguhnya itu untuk (keselamatan) dirinya sendiri, dan barang siapa tersesat, maka sesungguhnya (kerugian) itu untuk dirinya sendiri. Dan seorang yang berdosa tidak dapat memikul dosa orang lain, tetapi Kami tidak akan menyiksa sebelum Kami mengutus seorang Rasul".

6. Sering mengingat kematian dan azab neraka.
Sering membaca dan merenungi ayat Al-Qur'an yang berhubungan dengan kematian dan azab neraka akan membuat hati kita takut untuk melakukan kemaksiatan.

7. Selalu berdo'a agar Allah Swt. selalu memberikan keistikamahan.
Menengadahkan tangan berdoa meminta keistikamahan adalah hal yang sangat penting. Sebagaimana doa dalam surat Ali Imran ayat 8, "(Mereka berdoa) Wahai Tuhan kami, janganlah Engkau condongkan hati kami pada kesesatan setelah Engkau berikan petunjuk kepada kami, dan karuniakanlah Rahmat kepada kami dari sisi-Mu, sesungguhnya Engkau Maha Pemberi".

Selain itu Rasulullah saw. juga pernah mengajarkan sebuah doa, "Wahai Dzat yang Maha membolak-balikkan hati, kokohkanlah hati kami terhadap agama-Mu dan atas ketaatan kepada-Mu".

Demikianlah beberapa hal yang bisa kita lakukan untuk terus berjalan dalam ketaatan. Mudah-mudahan setelah Ramadan ini kita semua selalu istikamah dalam ketaatan kepada-Nya. Bukan hanya taat dalam ibadah mahdoh saja tetapi juga ibadah yang lainnya. Terlebih semoga Allah istikamahkan kita dalam perjuangan menerapkan aturan-Nya secara kafah bukan hanya dalam individu, masyarakat, tapi juga dalam bernegara. 
Wallahu a'lam bi ash shawab.

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak