Menuju Indonesia Emas 2045, BEM Nusantara Sultra Berkolaborasi




Oleh: Siti Maisaroh, S.Pd.
 (Relawan Opini)

Untuk menuju Indonesia emas di tahun 2045, seluruh pemuda khususnya mahasiswa harus mendalami bidangnya dan mengkader diri, karena hal tersebut merupakan bagian dari proses mencapai mimpi demi terwujudnya Indonesia emas. 

Hal itu disampaikan, mantan Komisioner Ombudsman Republik Indonesia (RI), La Ode Ida saat menjadi pembicara dalam giat, seminar nasional dan temu daerah Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Nusantara, Sulawesi Tenggara (Sultra) untuk mewujudkan Indonesia Emas 2045, Kamis (21/4/2022). La Ode Ida juga menyampaikan, mahasiswa harus quick response terhadap kebijakan-kebijakan publik yang mempengaruhi secara nasional. "Misalnya seperti kenaikan BBM," ucapnya (telisik.id, 21 April 2022). 

Mahasiswa adalah ujung tombak perubahan suatu negara, Agent of change. Perannya sebagai pemuda yang terdidik sangat diharapkan oleh bangsa dan negaranya. Karena di masa mendatang, nasib bangsa ada di pundak mereka. Merekalah yang akan menjadi pemimpin dan pengendali berjalannya keberlangsungan bangsa. 

Namun, di dalam sistem sekuler saat ini, mahasiswa hanya dibentuk untuk study oriented, dimana output yang dihasilkan bagi lulusan universitas adalah sebagai tenaga pekerja, bukan tenaga ahli. Wajarlah ketika berada di kampus, mahasiswa hanya fokus terhadap studinya, demi mendapat nilai dan predikat berupa materi yang tinggi. Bukan dikarenakan kemampuan atau keahliannya. 

Sehingga, ketika lulus kuliah, mereka hanya sebatas kerja dan mengabdi pada tuan (perusahaannya). Tidak mampu menjadi pengendali dan pelopor kebangkitan bangsanya.

Belum lagi mahasiswa yang masih bermental individual, alias pragmatis. Tidak peduli dengan berbagai problematika negerinya. Sebut saja mahasiswa 3 K, yakni kampus, kos dan kampung. Tidak punya rasa peka terhadap penderitaan yang dialami bangsanya.  

Padahal, mahasiswa punya ruang dan waktu yang terbuka lebar untuk mengembangkan dirinya agar bisa menjadi seorang ahli dibidangnya. Lebih dari sekedar tenaga atau pekerja. 

Tetapi sayangnya, semua itu tidak didukung oleh negara. Negara tidak memberikan pelayanan dan fasilitas yang dibutuhkan. Kalau pun ada, itu sangat terbatas dan hanya mampu dinikmati oleh segelintir orang yang punya modal. 

Dalam Islam, mahasiswa sebagai agen perubahan yang memiliki tanggungjawab menjadi generasi calon pemimpin negara. Maka bukan hanya memiliki kapabilitas dibidang tertentu namun juga memiliki visi masa depan sebagai penggerak perubahan ke arah yang lebih baik. 

Tidak sekedar menjadi mahasiswa, tetapi juga calon pengisi daulah yang memiliki keahlian yang berguna demi kemajuan peradaban umat manusia. Negara akan memfasilitasi segala sesuatunya agar tercetak para mahasiswa atau pemuda yang berilmu dan bertakwa. Sehingga ilmunya berkah dan bermanfaat bagi banyak umat. 

Sebagaimana sejarah meninggalkan jejak keberhasilan daulah Islam dalam mencetak generasi yang bermental pejuang. Ilmu yang didapatkan digunakan untuk perjuangan memuliakan agama Allah (Islam). Contohnya saja Muhammad al Fatih, sosok pemuda pembebas kota Konstatinopel. Pemuda hasil didikan negara yang bersistemkan Islam. Keberkahannya tidak hanya dinikmati oleh diri dan keluarganya saja, namun umat yang sangat membutuhkan kehadiran sosok bermental pejuang. 
Hadirnya untuk membebaskan segala bentuk penjajahan dan kesewenangan penguasa ataupun pihak lain yang semena-mena pada rakyatnya. Waallahu a'lam.

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak