Makna Kemenangan Dalam Idul Fitri



Oleh : Ummu Hanif, Pemerhati Sosial Dan Keluarga

Kaum muslimin di seluruh dunia sedang merayakan hari kemenangannya yakni Idul fitri. Menurut para ulama’, kemenangan di sini maksudnya adalah takwa yang menjadi baru (meningkat). Oleh karenanya, seharusnya terlahir jutaan umat Islam yang semakin meningkat ketakwaannya kepada Allah Swt. Sebagaimana firman Allah SWT dalam qur’an surat Al – Baqoroh ayat 183. 
“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa”. 

Pertanyaannya adalah apakah kita benar-benar telah menjadi orang yang bertakwa? Untuk mengetahuinya, mari kita lihat bagaimana sikap dan ketaatan kita terhadap berbagai perintah dan larangan Allah Swt.. Misalnya, ketika Allah Swt. memerintahkan kita berpuasa, kita telah mampu menaati dan mengamalkan kewajiban tersebut. Selanjutnya, bagaimana sikap dan ketaatan kita terhadap perintah Allah Swt. yang lain? Seperti kewajiban qishash berkenaan dengan orang-orang yang dibunuh misalkan, kewajiban rajam bagi pezina misalkan, dan lain sebagainya. Apakah kita siap untuk menaatinya? Atau, justru mengabaikannya dan tidak peduli terhadap kewajiban tersebut? 

Jadi, hakikat kemenangan adalah ketika umat Islam menjadi umat yang bertakwa kepada Allah SWT. Saat ini, kita menyaksikan masih banyak perintah Allah SWT yang belum diamalkan dan berbagai larangan Allah yang masih dilanggar, terutama syariah Islam yang berkaitan dengan pengaturan kehidupan bermasyarakat dan bernegara, baik dalam bidang pemerintahan, ekonomi, politik, sosial, budaya, pertahanan dan keamana serta lain sebagainya.

Belum diamalkannya syariah Islam secara kaffah dalam kehidupan kita inilah yang menyebabkan kehidupan kaum muslimin saat ini terpuruk, terjajah, hancur dan tertindas. Saudara-saudara kita di Palestina, Suriah, Irak, Afghanistan, Xinjiang, Chechnya, Rohingya, Thailand Selatan, Filipina Selatan, dsb, mereka dijajah, disiksa, dan banyak yang diusir dari negerinya, tanpa ada yang melindungi dan membelanya.
Di Indonesia, rakyat semakin miskin, harga-harga kebutuhan pokok yang terus membumbung tinggi, pajak yang makin memberatkan, kekayaan alam kita dikeruk oleh korporasi-korporasi asing, layanan kesehatan dan Pendidikan yang berkualitas makin mahal, pergaulan pemuda dan pemudinya semakin rusak, korupsi kian merajalela, kerusakan lingkungan yang semakin parah, dan sebagainya.

Pangkal keterpurukan ini adalah karena umat Islam telah banyak menyimpang dari aturan Allah SWT. Keadaan itu telah diterangkan oleh Allah Swt.,
“Siapa saja yang berpaling dari peringatan-Ku maka sesungguhnya baginya kehidupan yang sempit dan Kami akan mengumpulkan dia pada Hari Kiamat nanti dalam keadaan buta…” (QS Thaha: 124)
Menurut Imam Ibnu Katsir makna “berpaling dari peringatan-Ku” adalah, “menyalahi perintah-Ku dan apa yang Aku turunkan kepada Rasul-Ku, melupakannya dan mengambil petunjuk dari selainnya.” (Ibnu Katsir, Tafsir al-Qur’an al-‘Azhim, V/323). Sedangkan penghidupan yang sempit tidak lain adalah kehidupan yang semakin miskin, sengsara, menderita, terjajah, teraniaya, tertindas dan sebagainya, sebagaimana yang kita saksikan dan rasakan sekarang ini di dunia Islam.

Pada Hari Raya Idulfitri, kita harus menjadikan sebagai momentum untuk membuktikan diri, bahwa kita adalah umat yang layak dan berhak untuk disebut sebagai umat yang bertakwa di hadapan Allah SWT, yakni yang siap tunduk secara total kepada syariat-Nya. Wallahu a’lam bi ash showab.

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak