Oleh : Ummu Fairuz
Mahasiswa adalah sosok yang dianggap sebagai agen perubahan. Mengapa? Karena mahasiswa identik dengan usia muda dan memiliki idealisme yang cukup tinggi. Sejak awal April 2022 yang lalu, aksi demontrasi yang dilakukan oleh mahasiswa trending di Twitter. Aksi ini mendapatkan banyak dukungan dari berbagai pihak, terutama masyarakat yang merasa terwakilkan dengan penolakan beberapa kebijakan yang menyengsarakan rakyat. Termasuk juga dengan penolakan wacana perpanjangan jabatan Presiden yang menjabat saat ini.
Peristiea aksi ini diusung oleh BEM SI 2022. Mahasiswa dari berbagai penjuru Ibu Kota Jakarta bergerak menuju Gedung DPR pada Senin siang (11/4). Para mahasiswa dari 18 universitas di Indonesia yang menggelar aksi demonstrasi di Jakarta, mendesak Presiden agar memberikan pernyataan jelas untuk menolak wacana perpanjangan jabatan atau penundaan pemilu. Mereka menilai pernyataan terakhir presiden kepada menterinya "masih bersayap dan memberikan peluang bagi DPR untuk mengubah Undang-undang". Ditambah lagi, dengan pernyataan LBP tentang big data 100 juta lebih menyatakan publik ingin penundaan Pemilu 2024 dan perpanjangan masa jabatan presiden.
Saat itu mahasiswa benar-benar menunjukkan taringnya sebagai agen perubahan. Padahal, beberapa waktu lalu mahasiswa sempat dikerdilkan karena tidak melakukan pergerakan sama sekali di tengah karut-marutnya kebijakan penguasa yang semakin menyengsarakan rakyat. Namun, mahasiswa perlu memahami apa yang menjadi akar persoalan semua problem tersebut. Semua kebijakan penguasa yang pro elite dan oligarki hakikatnya bersumber dari sistem politik demokrasi, yang lahir dari ideologi kapitalisme. Sudah sekian kali pergantian rezim di negeri ini, tetapi tidak mampu mewujudkan kesejahteraan rakyat. Artinya, jika hanya menuntut pergantian rezim, sementara masih menggunakan ideologi kapitalisme liberal, maka Indonesia akan tetap dengan persoalannya.
Untuk itu, mahasiswa harus memiliki agenda pergerakan yang mandiri dan bebas dari campur tangan rezim. Mahasiswa muslim sebagai agen perubahan sosial semestinya memiliki asas perubahan yang shohih dalam merespon persoalan sehingga bebas dari berbagai kepentingan. Perubahan hakiki hanya akan terwujud jika beralih dari kapitalisme liberal kepada sistem yang benar Islam kaffah.
Risalah Islam sebagai ideologi yang ada di dunia ini harus menjadi agenda perjuangan mahasiswa. Inilah satu-satunya jalan untuk menjaga kemurniaan pergerakan mahasiswa dari tangan kotor yang hendak membelokkan pada kepentingan mereka. Oleh karena itu, perjuangan mahasiswa harus berpijak pada ideologi Islam. Mahasiswa harus bangkit dan melawan ideologi batil yang menyengsarakan umat di bawah komando antek penguasa kapitalisme.
Berdasarkan hal di atas, maka mahasiswa harus bergerak dengan cara mengerahkan waktu, pikiran, dan energi untuk mewujudkan perubahan hakiki, bukan hanya dengan pergerakan semu yang tidak membawa perubahan berarti.
Berangkat dari sinilah, aksi yang dilakukan oleh para mahasiswa tidak akan sia-sia karena telah menjadikan Islam sebagai sesuatu yang diperjuangkan dengan harapan agar bisa mengembalikan peradaban mulia ini terterapkan di muka bumi.
Wallahu a'lam bishshowab.