Oleh Maftucha
(Anggota Aliansi Penulis Rindu Islam)
Waktu itu aku merasa jadi orang yang paling beruntung di dunia, bagai dapat durian runtuh. Bagaimana tidak seseorang yang selama ini aku idolakan tiba-tiba ada di depan mata. Sosoknya yang santun, cukup agamis meskipun belum berhijab, suaranya yang indah membuat siapa saja terpesona.
Dengan pede nya aku masuk ke hotel yang entah berbintang berapa, melihat-lihat informasi kedatangan sang artis. Dan saat itulah kemudian sang artis yang berasal dari negeri jiran tersebut keluar beserta body guard nya. Alamak cantik sekali, lebih cantik daripada melihat di televisi. Segera saja aku dan fans lainnya berebut minta tanda tangan di bingkai foto yang kami bawa.
Walaupun terbatas, waktu itu aku masih bisa mengkoleksi kaset dan poster bergambar idolaku tersebut. Seandainya dompetku tebal pasti konser yang diadakan di kotaku tersebut aku ikuti, hehe maklum saya termasuk anak kampus yang mandiri, biaya kuliah dan pernak perniknya semuanya cari sendiri.
Zaman dulu belum ada facebook, twitter, IG apalagi what's app, jd masih sulit untuk follow artis favorit kita dengan mudah. HP juga belum pakai touch screen masih jadul sekali, kalaupun ada yang punya pasti hanya kalangan orang berduit.
Itu pengalaman lucu dan aneh delapan belas tahun lalu, kenapa aneh? Ya kalau di pikir-pikir kenapa ya kita begitu nge-fans dengan seseorang melebihi ibu ayah bahkan diri kita sendiri, tiap hari putar kaset nyanyiannya sampai hafal, rindu hingga mata sembab, rela membeli apapun yang berhubungan dengan sang idola, padahal sang artis sendiri tidak kenal kita, bahkan tidak pernah memikirkan kita.
Alhamdulillah Allah telah menunjukkan kepadaku siapa seharusnya manusia yang pantas jadi idola. Bukankah Rasulullah telah bersabda ketika ada seorang laki-laki bertanya "Wahai Nabi, jika ada orang yang mencintai suatu kaum (yang berbuat kebaikan), namun bagaimana jika ia tak menyerupai mereka (dalam segi amal)?”. Kemudian Nabi menjawab dengan santun, “Orang akan dikumpulkan bersama yang ia cintai, dan kamu juga akan dikumpulkan bersama yang kamu cintai"
Dari hadits itulah aku sadar bahwa seharusnya kita mengidolakan seseorang yang bisa membawa kita ke surga bukan sebaliknya. Se-agamis apapun kalau dia tidak menutup aurat apalagi aktivitasnya sudah jelas tidak dibenarkan dalam Islam pasti akan mengundang dosa. Dan kita menjadi pendukungnya, astaghfirullah hal'adhim.
Umat Islam terutama generasi muda saat ini sedang mengalami sindrom akut, mengidolakan orang kafir. Lihat saja konser mereka selalu penuh, apalagi yang berbau artis Korea laris manis bak kacang goreng.
Secara tidak sadar kita digiring melalui 3F (Fun, Food dan Fashion), semuanya berkiblat kepada gaya orang kafir. Mari kita cermati hiburan yang ada di sekitar kita, nyanyian, sinetron semuanya mengumbar hawa nafsu. Konten-konten hiburan tidak lagi memperhatikan adab namun yang penting lucu dan terlihat menghibur.
Fashion kita juga berkiblat pada Barat, kalaupun ada yang menutup aurat namun tidak sempurna. Semuanya mengalihkan perhatian kita pada masalah yang ada yakni kemunduran berpikir dan terjajahnya umat Islam. Dan bagi generasi muda yang paling berbahaya adalah memalingkan peran pemuda sebagai agent of change
Pelajaran berharga lainnya adalah, kita jangan pernah diam ketika ada saudara kita yang butuh untuk diselamatkan (hehe bahasanya dalam sekali). Rasulullah juga sudah menyampaikan melalui sebuah hadits " Sampaikanlah dariku walaupun satu ayat" karena kita tidak pernah tahu hidayah datang melalui siapa? aku sendiri juga tidak menyangka bahwa hidayah yang datang kepadaku justru melalui orang yang aku anggap ilmu agamanya sedikit, namun ucapannya sangat mengguncang kesadaranku.
Hidayah bisa melalui siapa saja, sehingga kita jangan pernah malu atau takut untuk menyampaikan kebenaran. Bukankah seseorang yang sadar dari kekeliruannya kemudian taubat dan melakukan kebaikan-kebaikan yang telah kita sampaikan maka kita akan mendapatkan pahala yang sama dengan pelakunya, sebuah amal jariyah yang tidak akan habis hingga kehidupan akhirat.
Tags
Opini