Oleh: Siti Maisaroh, S.Pd.
(Relawan Opini)
Beberapa pekan lalu, media sosial heboh dengan status rektor Institut Teknologi Kalimantan (ITK) pada akun facebooknya. Status yang ditulis setelah mewawancarai sejumlah mahasiswa yang mengikuti seleksi beasiswa LPDP tersebut berujung kontroversi lantaran mengandung unsur SARA (Suku, Agama, Ras dan Antargolongan).
Dikutip dari (fajar.co.id), Guru besar ITK itu menyinggung perihal kalimat yang kerap digunakan dalam ajaran Islam seperti Insya Allah, Barakallah dan Qadarullah. Ia juga menulis mengenai alat penutup kepala (hijab) seperti ala manusia gurun.
Cara pandang dan pikir dari rektor tersebut terkesan angkuh, dimana menilai prestasi unggul dilihat dari prestasi akademik bahkan menganggap semestinya manusia cerdas adalah para penolak ketaatan pada agama. Inilah bukti bahwa sekulerisme telah merusak mentalitas kaum intelektual. Para intelektual pengidap islamofobia seperti kasus ini dalam sistem demokrasi yang mengagungkan kebebasan masih akan ada.
Sangat berbeda dengan sistem islam yang melahirkan intelektual sekaligus ulama, orang-orang yang paling besar ketundukan dan takut pada murka Allah Subhana Wa Ta'ala. Bukan hanya jago dalam masalah ilmu pengetahuan dan teknologi alias ilmu dunia tetapi juga jago dalam ilmu agama atau perkara akhirat.
Diantaranya, Ibnu Sina yang terkenal di dunia medis dan dijuluki sebagai Bapak Kedokteran Modern, yang oleh Barat dinamakan Avicenna. Dua karyanya ensiklopedia filsafat Kitab al-Shifa’ (The Book of Healing) dan The Canon of Medicine kini dipakai sebagai standar ilmu medis di seluruh dunia. Tidak melulu soal bidang ilmu dunia, ia juga sudah menghafal Al Quran sejak berusia 5 tahun dan menamatkannya pada usia 10 tahun.
Ada pula dari kalangan wanita seperti Maryam Al-Astrulabi seorang penemu astrolab (cikal bakal GPS), Fatimah Al-Fihri seorang arsitek muslimah sebagai pendiri universitas tertua di dunia yakni Universitas Al Qarawiyyin atau Al-Karaouine yang diakui dalam Guinness Book World of Records yang terletak di jantung kota tua Fez, Maroko. Dari kampus ini melahirkan dan mencetak banyak ilmuwan-ilmuwan penting dalam peradaban, baik ilmuwan Barat maupun Islam. Serta masih banyak lagi ilmuwan atau para intelektual Islam yang memiliki sumbangsih pada peradaban manusia hingga kini.
Mereka semua lahir dari sistem Islam yang memiliki aturan sempurna. Mereka menyandarkan akal dan kejeniusannya pada akidah Islam, bukan yang lain serta untuk kemashalatan umat. Sistem pendidikan Islam juga memiliki tujuan membentuk pribadi yang bersyakhsiyah Islam yang memiliki pola pikir Islam dan pola sikap Islam. Semua pemikiran dan aktivitasnya mengikuti cara pandang Islam.
Karena tujuan dari pendidikan Islam bukan hanya mencetak generasi berilmu, tetapi juga bertakwa. Sehingga ilmu yang diperoleh dapat bermanfaat bagi banyak umat dan tidak membuatnya berani untuk menentang hukum-hukum Allah. Justru semakin membuat orang yang berilmu semakin takut akan azab Allah jika menyia-nyiakan peringatanNya dalam alQur'an.
Kaum muslim pernah ada dalam masa kejayaan dan peradaban emas hampir 14 abad karena diatur oleh sistem pemerintahan Islam (khilafah). Maka sudah seharusnya kita sadar dan kembali diatur dengan aturan Islam.
Wallahu a'lam bishowwab.