Oleh: Krisdianti Nurayu Wulandari
Sejarah membuktikan bahwasannya dari sistem Islam terlahir generasi cermerlang yang tunduk pada Rabb-nya. Baik ulama', intelektual, cendekiawan, dan berbagai profesi lainnya. Sebab segala aktivitas yang mereka lakukan selalu dilandasi dengan taqwa juga rasa takut pada Rabb semesta alam. Hal ini menjadikan mereka selalu waspada dan berhati-hati dalam melakukan setiap amal perbuatan. Mereka tidak menjadikan kekayaan intelektual mereka sebagai senjata pemuas pribadi mereka. Juga tidak menjadikan kedudukan yang mereka miliki sebagai alat untuk mencari keuntungan pribadi apalagi digunakan untuk menyesatkan banyak orang.
Namun, hal yang berbeda kita jumpai pada sistem sekulerisme yang melahirkan generasi yang jauh dari agamanya. Bahkan phobia terhadap agamanya sendiri. Hal ini bisa terjadi pada siapapun baik dari kalangan intelektual, cendekiawan, bahkan seorang tokoh agama sekalipun.
Sebagai contoh, belakangan ini viral tulisan seorang Rektor ITK Balikpapan, Prof Budi Santosa Purwokartiko yang diunggah dalam status akun facebooknya. Dalam postingan itu, Prof Budi menyebut mahasiswi yang berjilbab dengan istilah manusia gurun.
Tentu, tulisan tersebut memicu kontroversi, lantaran dinilai rasis karena mengandung unsur SARA.
Nah, darisini dapat kita lihat bahwa sesungguhnya intelektualitas yang dimiliki oleh seseorang belum tentu akan mengarahkannya pada jalan kebaikan.
Kapitalisme dengan kebebasan berpendapat serta berekpresi yang sangat mereka junjung tinggi, nyatanya semakin berani untuk mengungkapkan rasa ketidaksukaan mereka terhadap syariat Islam, yang ujung-ujungnya selalu berakhir pada penistaan dan pelecehan agama.
Imam Syafi'ie mengatakan bahwa mengolok-olok Al-Quran dengan maksud lelucon dapat dikategorikan kafir.
Oleh karena itu, inteletualitas yang kita miliki harus tetap berdasar pada keimanan. Harus tetap berlandaskan aqidah. Dengan begitu, keimanan yang kita miliki dapat menuntun (inteletualitas) kita kepada jalan kebaikan dan kebenaran.
Begitulah perbedaan yang sangat menonjol antara sistem Islam dan sistem kapitalisme. Dalam sistem Islam, karena setiap aktivitas didasari dengan taqwa dan rasa takut pada Allah, maka dirinya akan senantiasa menyesuaiakan seluruh perbuatannya denga perintah dan larangan Allah. Mereka tidak akan ada niat sedikitpun untuk menodai agamanya sendiri. Mereka sangat mencintai Islam.
Sebaliknya, dalam kapitalisme yang berasas sekulerisme akan senantiasa menyerang umat Islam supaya phobia terhadap agama mereka sendiri bahkan menentang keras syariat Islam.
Wallaahu A'lam
Tags
Opini