Akademi Madrasah digital, Jebakan Sekulerisasi Dalam Bungkus Digitalisasi



Oleh : Ummu Hanif, Pemerhati Sosial Dan Keluarga

Kemenag tengah menggelar Akademi Madrasah Digital tahun 2021. Ajang ini digelar bekerja sama dengan salah satu operator selular di Indonesia, XL Axiata. Ajang ini sudah memasuki tahap final. Total ada 20 finalis yang akan berkompetisi untuk menjadi yang terbaik. (www.kemenag.go.id, 7/4/2022)

Akademi Madrasah Digital merupakan program tanggung jawab sosial - CSR (Corporate Social responsibility) yang diselenggarakan oleh XL Axiata dan Direktorat Kurikulum Sarana Kelembagaan dan Kesiswaan (KSKK) Madrasah Kementerian Agama RI. CSR Akademi Madrasah Digital sebagai ajang pengembangan siswa Madrasah Aliyah.

Akademi Madrasah Digital disebut menjadi ajang pengembangan siswa Madrasah Aliyah dengan menyiapkan generasi Indonesia unggul yang siap menghadapi era revolusi industri 4.0. Kemudian mampu menguasai teknologi informasi, khususnya internet of things, big data, komunikasi dan kewirausahaan.

Dari satu sisi, tidak ada yang salah dengan konsep digitalisasi, hanya saja, saat program ini tidak disertai dengan kurikulum berbasis aqidah dan penguatan keterikatan terhadap syari’ah, akan memalingkan Madrasah dari tujuan utamanya membentuk generasi berkepribadian Islam. Apalagi saat ini justru dikembangkan kurikulum moderasi dan kurikulum merdeka. Dimana Madrasah harus menjadi lembaga pendidikan yang moderat termasuk bagi guru maupun siswanya.

Hal ini tentu tidak sejalan dengan misi awal adanya madrasah sebagai lembaga pendidikan yang lahir dari rahim pesantren. Seharusnya Madrasah, yang merupakan pengembangan dari sistem pesantren, maka isi pendidikan madrasah itu tidak jauh berbeda dengan pesantren, yakni menekankan, muatan agama Islam dalam praktik pendidikannya. Namun, kini pelajaran agama di madrasah terus tereduksi demi mengejar kesejajaran dengan SMA dan SMK, dengan dalih kemajuan teknologi..
Inilah konsekuensi dari penerapan sekularisme yang tidak memberikan ruang kepada Islam untuk berpengaruh dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, sehingga kita tidak bisa berharap dengan sistem sekuler untuk mewujudkan lahirnya generasi muslim yang unggul, menguasai ilmu agama Islam sekaligus menguasai ilmu sains dan teknologi.

Generasi berkualitas hanya mungkin diwujudkan oleh sistem Islam. Dimana kurikulum berbasis aqidah Islam. Sejarah Islam telah mencatata lahirnya ribuan ulama yang memiliki sifat-sifat ilmuwan yang sempurna, salah satu contohnya adalah Ibnu Sina, “Beliau mempelajari Al-Qur’an dan ilmu-ilmu Islam, pada saat yang sama, beliau pun ahli dalam ilmu pendidikan, kedokteran dan juga matematika. Maka kondisi ini seharusnya semakin membuat kita rindu akan keberadaan sistem islam untuk mengatur kehidupan kita, sehingga keberkahan senantiasa kita rasakan, tidak hanya kelak di akhirat, namun sejak kehidupan di dunia. Wallahu a’lam bi ash showab

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak