Oleh. Iis Siti Maryam
Alhamdulillah, tahun ini kita masih dipertemukan dengan bulan Ramadan. Bulan yang dianugerahkan Allah Swt. kepada kaum muslim, bulan yang penuh dengan rahmat, kemuliaan dan kemenangan. Allah Swt. menjanjikan pada bulan mulia ini pahala yang berlipat ganda bagi umat yang melaksanakan amalan-amalan saleh.
Allah Swt. juga menciptakan Lailatulqadar dan menurunkan Al-Qur'an pada bulan mubarak ini. Al-Qur'an adalah penuntun, panduan serta pijakan bagi kaum muslim untuk meraih derajat kemuliaan. Dalam hadis riwayat muslim, Rasulullah saw. bersabda: "Sesungguhnya Allah akan mengangkat derajat suatu kaum dengan Al-Qur'an ini dan dengannya pula Allah menjatuhkan kaum yang lain".
Baru-baru ini ada seorang pendeta bernama Saifuddin Ibrahim yang meminta hapus 300 ayat Al-Qur'an yang dianggap biang intoleransi. Dalam youtube pribadinya (chanel Saifuddin Ibrahim) sekalipun pada saat ini sudah tidak ditemukan video tersebut, tetapi rekamannya sudah tersebar di berbagai media sosial. Dia mengatakan bahwa menteri agama perlu menghapus atau merevisi 300 ayat dari Al-Qur'an Indonesia karena memicu intoleran, radikal dan membenci orang lain karena beda agama. Sungguh pernyataan pendeta tersebut membuat geram kaum Muslim.
Bahkan tidak sampai di situ pendeta Saifuddin Ibrahim menilai ayat-ayat suci yang diklaimnya keras, tidak pantas diajarkan di lingkungan madrasah atau pesantren karena dia menganggap di situlah basis teroris terbentuk. Dan masih banyak lagi pernyataan pendeta tersebut yang dianggap sebagai penistaan terhadap umat Islam.
Dari kejadian tersebut seharusnya umat Islam introspeksi dan refleksi terhadap Al-Qur'an, karena bukan kali pertama Al-Qur'an dinistakan umat lain bahkan umat Islam sendiri. Al-Qur'an adalah kalamullah yang diturunkan Allah Swt. sebagai mukjizat nabi Muhamad saw. Al-Qur'an bukan kumpulan pengetahuan semata tetapi pedoman hidup dan sebagai solusi tuntas atas persoalan yang dihadapi oleh umat manusia.
Dengan Al-Qur'an manusia dapat menentukan mana perkara yang benar dan yang salah. Baik buruk pun jelas dapat dibedakan, karena Al-Qur'an benar-benar pembeda. Kitabullah ini diturunkan untuk mengeluarkan manusia dari kegelapan jahiliah menuju cahaya Islam. Ibarat air yang cocok bagi kehidupan, begitu pula Al-Qur'an bagi kehidupan manusia.
Ajaran Islam memang telah lengkap dan memenuhi syarat hidup. Namun tetap saja diperlukan orang-orang yang menjaga Al-Qur'an supaya berarti dan memberi arti, karena manusia itu sendiri yang memberi arti terhadap kandungannya. Al-Qur'an yang tidak dibaca dan dihidupkan dengan jiwa manusia hanya akan menjadi huruf-huruf mati belaka.
Sayang, kebanyakan kaum muslim sekarang ini tidak acuh terhadap Al-Qur'an. Bahkan mereka mencoba menakwilkan dan mengubah-ubah isi dan kandungannya padahal telah jelas maknanya. Mereka berusaha menundukkan Al-Qur'an agar sesuai dengan hawa nafsu mereka.
Al-Qur'an adalah sumber hukum yang mencakup seluruh aspek kehidupan, karena itu seharusnya umat Islam benar-benar menjaganya bukan sekedar fisiknya, tetapi kandungan yang ada di dalamnya, seperti menjaga dari berbagai penyimpangan dan penafsiran liberal yang justru menodai kesucian Al-Qur'an. Dan ini menimbulkan kekeliruan terhadap Al-Qur'an. Mengapa terjadi?
Ada beberapa sebab terjadinya kekeliruan terhadap Al-Qur'an:
1. Adanya paham sekuler, yaitu masuknya sekulerisme dalam benak kaum muslimin dalam berbagai level, mengakibatkan Al-Qur'an hanya diambil moralnya saja tetapi tidak dijadikan sebagai sumber hukum untuk kehidupan.
2. Hanya rutinitas tanpa bekas, saat Ramadan tiba antusias umat Islam terhadap rutinitas membaca Al-Qur'an begitu kuat, mereka berlomba- lomba untuk mengkhatamkannya, bahkan hal seperti ini sudah menjadi tradisi umat Islam. Tetapi anehnya, aturan hidup yang terkandung dalam Al-Qur'an malah dicampakkan, padahal dalam Al-Qur'an surat Al-Jumuah Allah berfirman: "Perumpamaan orang-orang yang dipikulkan kepada mereka Taurat, kemudian mereka tidak memikulnya (tidak mengamalkan isinya) adalah seperti keledai yang membawa kitab-kitab yang tebal". Amat buruk perumpamaan kaum yang mendustakan ayat-ayat Allah itu. Allah tidak memberi petunjuk kepada kaum yang zalim.
3. Tidak ada institusi yang menerapkannya. Al-Qur'an berisi aturan hidup yang harus diterapkan, di dalamnya terdapat hukum-hukum yang mengatur seluruh aspek kehidupan. Ada interaksi yang dilakukan manusia dengan Allah, dengan dirinya sendiri dan dengan sesamanya, semua berada dalam wilayah Al-Qur'an, tetapi banyak hukum yang hanya bisa dilakukan oleh negara, seperti hukum yang berkaitan dengan pemerintahan, kekuasaan, ekonomi, sosial, pendidikan, politik luar negeri dan sebagainya.
Maka dari itu, dibutuhkan peran penguasa untuk melaksanakannya. Penguasa dan umat Islam harus bersama-sama menerapkan, menjaga dan membela Al-Qur'an. Karena Rasulullah, sahabat dan para khalifah terdahulu juga telah mempertahankan ayat demi ayat Al-Qur'an dengan perjuangan, pengorbanan, air mata bahkan jiwa raga. Seperti kata Nabi: "Siapa yang meletakkan Al-Qur'an sebagai pemimpin di depannya niscaya ia akan menuntunnya ke surga. Sebaliknya siapa saja yang meletakkan Al-Qur'an di belakangnya niscaya ia akan menjerumuskannya ke neraka".
Marilah, pada bulan Ramadan yang mulia ini sejatinya kita jadikan momentum untuk lebih serius menegakkan institusi yang akan menerapkan Al-Qur'an secara total dalam kehidupan. Supaya hukum-hukum Al-Qur'an tidak lagi diabaikan.
Wallahu'alam bi ash shawab.
Tags
Opini