Semua Naik, Apakah Ini Pengabaian Penguasa Terhadap Rakyatnya?

 


Oleh Nidya Ayu Zulkarnain


Melonjaknya bahan pokok membuat para masyarakat  mengeluh, apalagi kenaikan tersebut terjadi ketika di bulan Ramadhan. Jangankan untuk berbelanja di Mall,  di pasar tradisional pun ikut mengalami dampaknya.


 Setiap hari masyarakat terus mengalami kesusahan pada bulan Ramadhan,  tapi nyatanya tidak hanya di bulan Ramadhan yang kita sendiri tidak paham kapan diumumkannya kenaikan, terkadang pada saat malam hari dan esoknya sudah berlaku harga naik. Bagaimana bisa emak-emak tidak menjerit, semua bahan pokok naik. Padahal Seharusnya ini sudah menjadi hal yang biasa ketika pemerintah dengan sengaja menaikkan bahan pokok ditengah bulan Ramadhan.


Sejumlah kebutuhan pokok yang banyak mengalami kenaikan seperti gula pasir, minyak goreng, tepung terigu, daging sapi, daging ayam, cabe bahkan bahan bakar minyak pun juga mengalami kenaikan yang awalnya dibuat seolah - olah  langka dan stok bahan bakar kosong, ketika barang tersebut ada tiba tiba dengan harga yang fantastis.  


Belum lagi harga-harga yang naik tersebut telah mendapat restu dari pemerintah. Tarif Pajak Pertambahan Nilai (PPN) misalnya  yang mulai hari ini jadi 11 persen merupakan mandat yang tertuang dalam Undang-Undang (UU) Harmonisasi Peraturan Perpajakan. Pahadal realitasnya, meskipun kecil kenaikan ini akan berdampak kepada harga jual produk-produk yang dibutuhkan rakyat. 


Kita semua mendambakan harga murah, di samping sikap para pejabat yang empati terhadap nasib rakyat. Namun, itu semua hanya akan kita dapati dalam aturan Islam.


 Islam mengatur dalam segala aspek, misalnya bagian dari kepemilikan umum, sebagaimana sabda Rasulullah ﷺ bahwa, “Kaum muslim berserikat dalam tiga perkara yaitu padang rumput, air, dan api.” (HR Abu Dawud dan Ahmad). 


Peran negara ini pun semata-mata karena menjalankan mandat sebagaimana sabda Rasulullah saw., “Imam/Khalifah adalah pengurus dan ia bertanggung jawab terhadap rakyat diurusnya.” (HR Muslim dan Ahmad). 


Berdasarkan kedua hadis ini, Islam menutup ruang bagi adanya tipe-tipe pejabat yang inkonsisten memperjuangkan nasib rakyat, termasuk yang terisak-isak menuntut harga semua bahan pokok dan BBM diturunkan. Kiprah para pejabat di negara Islam adalah tulus mengabdi mengurusi urusan umat, bukan sekadar pencitraan. Mereka sadar sepenuhnya bahwa menjabat adalah memegang amanah besar sehingga mereka justru akan sungguh-sungguh melaksanakan tugasnya.


Atas dasar ini, Islam juga mustahil melahirkan para pejabat yang minim empati pada rakyat, juga meminimalisasi terbitnya kebijakan-kebijakan yang menyusahkan rakyat. Semua tanggung jawab yang mereka tunaikan adalah bagian dari tanggung jawab keimanan.


Wallahu a'lam bishawwab

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak