Oleh : Ummu Fairuz
Berbagai manuver yang terjadi dalam dunia perpolitikan seringkali terjadi. Belum lama ini telah terjadi sebuah peristiea, yaitu ritual mengisi Kendi Nusantara yang dilakukan Presiden Joko Widodo (Jokowi) bersama 34 gubernur se-Indonesia di titik nol Ibu kota Negara (IKN) Nusantara dinilai sebagai bentuk politik klenik. " Praktek semacam itu dalam terminologi sosiologi budaya dan sosiologi politik bisa dikategorikan sebagai politik klenik. Suatu praktik politik mengimplementasikan kemauan penguasa IKN berdasar imajinasi irasonalitasnya yang meyakini semacam adanya mistisisme tertentu, " Kata pengamat politik dari Universitas Negeri Jakarta Ubedilah Badrun kepada kompas. com, Minggu (13/3/2022).
Saat ini, kita hidup di zaman modern dan dunia sudah melaju menuju 5.0. Ternyata, masih ada fenomena nuansa klenik dalam politik. Tentunya, kita sebagai masyarakat akan bertanya apakah klenik itu ada
dalam politik? Karena, politik itu fungsinya untuk mengurusi masalah kepemimpinan dan masalah negara dan masalah sosial masyarakat.
Dalam kehidupan kapitalisme-sekularisme saat ini, maka kita tidak akan menggunakan dasar halal haram dalam melakukan perbuatan. Tentunya dalam melakukan kegiatan politik itu bisa saja terdapat nuansa klenik. Karena dalam demokrasi itu adanya kebebasan berpendapat maupun kebebasan berekspresi . Makanya, bisa jadi adanya klenik dalam berpolitik dengan sistem demokrasi yang tidak menggunakan dasar halal haram untuk berpolitik.
Fenomena klenik dalam politik itu bisa terjadi dalam demokrasi yang berdasarkan pada kapitalisme-sekularisme. Di mana, sekularisme adalah suatu paham yang memisahkan agama dari kehidupan. Sehingga dalam menjalankan aturan kehidupan termasuk berpolitik bisa saja ada unsur klenik yang itu merupakan perbuatan syirik yang di langgeng kan. Inilah gambaran saat kita hidup bermasyarakat dan bernegara yang menggunakan dasar kapitalisme sekuler.
Jika masih ada praktek klenik dalam politik yang menggunakan demokrasi berdasar sekularisme, maka apakah bisa Islam dan Alquran dijadikan sebagai pedoman dalam politik? Apakah bisa menjadikan Alquran dan halal haram sebagai petunjuk dalam mengatur urusan umat dengan kapitalisme juga sekulerisme yang didalamnya ada praktek klenik dalam politik? Padahal, kita bisa selamat dan damai dalam menjalani kehidupan ini jika menggunakan Alquran sebagai petunjuk.
Oleh karena itu, sudah seharusnya kapitalisme-sekularisme dicampakkan karena hanya menimbulkan kemudhorotan. Kemudian, digantikan dengan sistem Islam yang akan mengantarkan masyarakat menuju kehidupan penuh keberkahan.
Wallahu a'lam bishshowab.