Renungan Akhir Ramadan, Kokohkan Iman, Terapkan Islam



Oleh. Iis Siti Maryam

Segala puji bagi Allah yang telah memberi kita kesempatan menikmati keberkahan bulan Ramadan dan menyampaikan kita kesepuluh terakhir di bulan ini. Semoga Allah Swt. mengizinkan kita dan menyempurnakan Ramadan ini dengan saum, amal ibadah dan ketaatan kita dalam meraih derajat takwa.

Gema takbir, tahlil dan tahmid yang kita kumandangkan nanti adalah sebagai wujud kesadaran bahwa kita adalah kecil dan hanya Allahlah Yang Maha Agung, juga sebagai bukti ketundukan kita kepada-Nya bahwa tidak ada Tuhan yang wajib disembah selain Allah. Hanya kepada Dialah kita bersyukur atas nikmat yang kita rasakan.

Sejatinya Ramadan adalah momentum untuk mengokohkan keimanan dan menjadikan sebagai landasan dalam menjalankan puasa Ramadan. Sehingga ketika Ramadan berakhir, kita memiliki keimanan yang tangguh dan merasakan manisnya keimanan tersebut. Seperti dalam hadis riwayat Bukhari dan Muslim, Nabi Saw. bersabda: "Barangsiapa puasa Ramadan dengan iman dan semata mengharap rida Allah maka ia diampuni dosanya yang telah lewat".

Sayang, sebagian umat belum merasakan kokoh dan manisnya iman, karena masih ada kaum muslim yang menjadikan hukum buatan manusia sebagai landasan dan sistem kehidupan, padahal keimanan kita menyatakan bahwa hanya Allah Swt. sajalah yang berhak menentukan hukum. Dalam Al-Qur'an surat al-Maidah ayat 50, Allah Swt. berfirman: "Apakah hukum jahiliyah yang mereka kehendaki, hukum siapakah yang lebih baik daripada hukum Allah bagi orang-orang yang yakin?".

Rasulullah Saw. mengajarkan bahwa keimanan harus dibarengi dengan keterikatan terhadap hukum syariat Islam. Dalam Al-Qur'an surat an-Nisa ayat 65, Allah Swt. berfirman: "Maka demi Tuhanmu, mereka tidak beriman sebelum mereka menjadikan engkau (Muhammad) sebagai hakim dalam perkara yang mereka perselisihkan (sehingga) kemudian tidak ada rasa keberatan dalam hati mereka terhadap putusan yang engkau berikan dan mereka menerima dengan sepenuhnya".

Kekokohan iman sejatinya makin mendorong kita untuk terikat dengan hukum syariat Islam dan memperjuangkannya. Kita tidak akan pernah takut kepada siapapun selain Allah Swt.

Untuk mengokohkan keimanan kita dibulan Ramadan, ada baiknya kita meneladani dari puasanya generasi sahabat, yaitu:

Pertama, para sahabat tidak hanya membaca Al-Qur'an tetapi juga memahami dan mengamalkan isi kandungan Al-Qur'an. Dan mereka menjadikan Al-Qur'an sebagai pedoman hidup yang harus menjadi konstitusi kaum muslimin.

Kedua, para sahabat melaksanakan puasa bukan hanya menahan haus dan lapar, tetapi menahan segala sesuatu yang diharamkan oleh Allah Swt. seperti tidak berdusta, tidak berbuat kerusakan dan tentunya tidak berhukum kepada selain hukum Allah Swt.

Ketiga, para sahabat menjadikan Ramadan ini sebagai bulan tobat yaitu taubatan nasuha, tobat yang sebenar-benarnya dengan menyesali segala dosa dan tidak melakukannya kembali.

Oleh karena itu puasanya para sahabat tidak hanya memberikan kebaikan secara individual, tetapi juga memberikan dampak yang besar bagi masyarakat, disamping lebih mendekatkan diri kepada Allah Swt. Dan juga merupakan dorongan besar untuk beramal saleh. Untuk itu kita renungkan Ramadan terakhir tahun ini, sejauh manakah kita menghambakan diri kepada Allah?

Tentu saja kita berharap Ramadan tahun ini adalah Ramadan yang bisa membawa perubahan, saatnya kita mengokohkan keimanan kita, dengan keimanan segala keragu-raguan tentang syariat Islam yang dilontarkan oleh setan dari kalangan jin dan manusia, insya Allah tidak akan mampu menggoyahkan iman kita.

Oleh karena itu, di akhir Ramadan ini marilah kita kokohkan dan perjuangkan penegakkan syariat Islam sebagai wujud ketakwaan kita kepada Allah Swt. Sebagaimana firman Allah dalam Al-Qur'an surat Ali-Imran ayat 133: "Bersegeralah kalian menuju ampunan dari Tuhan kalian dan surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa.

Wallahu'alam bi ash shawab.

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak