Oleh: Ummu Fairuz
Syukur alhamdulillah, senantiasa kita panjatkan karena hingga kini masih diberi umur yang panjang bisa berjumpa dengan bulan Ramadhan lagi. Ramadhan bulan penuh berkah karena pahala yang berlipat ganda dalam segala aktivitas ibadah yang dilakukan setiap muslim. Bahkan, dapat menjadikan muslim yang bertaqwa.
Sayangnya, tidak semua umat Islam memahami filosofi Ramadhan dalam menjalankan puasanya. Bahkan, hanya merasakan rasa lapar dan dahaga semata. Meskipun demikian, suasana Ramadhan ini senantiasa disambut dengan beragam sikap. Ada yang senang, namun adapula yang biasa-biasa saja. Malah merasakan puasa sebagaimana puasa-puasa sebelumnya.
Dari Abu Hurairah ra, Rasullah saw bersabda:
, مَنْ صَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ
”Barangsiapa yang berpuasa di bulan Ramadhan karena iman dan mengharap pahala dari Allah maka dosanya di masa lalu pasti diampuni." (HR. Bukhari dan Muslim).
Hadits di atas memberikan gambaran yang sangat jelas bahwa ketika berpuasa karena adanya iman yang terpatri dalam diri dan harapan yang besar kepada Allah Maha Besar tentang pahala yang diperoleh, maka akan menjalankannya penuh dengan keikhlasan dan keridhoan. Ujian dalam berpuasa dijadikan sebagai ladang untuk meraih pahala, bahkan sebagai penyucian jiwa muslim yang penuh dengan dosa. Dengan berpuasa karena iman, setiap muslim meyakini bahwa dosa-dosa yang terdahulu yang akan diampuni oleh Allah Swt.
Islam juga telah mewajibkan berpuasa bagi orang-orang beriman agar mreka bertaqwa. Sebagaimana Allah Swt berfirman dalam surat Al-Baqarah ayat 183:
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُوْنَۙ
"Wahai orang-orang yang beriman. Diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang sebelum kamu agar kamu bertakwa,"
Dalam ayat tersebut menunjukkan indikasi kata kutiba dengan makna 'diwajibkan' atas setiap orang-orang yang beriman untuk menjalankan puasa di bulan Ramadhan. Puasa telah dilakukan oleh orang-orang sebelumnya dengan syariat yang tentunya telah ditetapkan oleh Allah Swt dengan tujuan agar orang beriman dan juga orang sebelumnya menjadi umat yang bertaqwa.
Taqwa dalam hal ini menjalankan perintah Allah dan menjauhi larangannya. Beriman dan bertaqwa adalah hubungan yang saling terkait. Bahkan, level beriman menuju pada level bertaqwa. Apa yang menjadi sarananya? Salah satu contohnya adalah berpuasa di bulan mulia yaitu bulan Ramadhan. Adanya keistimewaan dalam bulan Ramadhan karena puasa itu sendiri yang diperuntukkan bagi kaum muslimin kepada Sang Pencipta, yaitu Allah Swt.
Dalam hadits qudsi yang driiwayatkan oleh Bukhari, 1761 dan Muslim, 1946:
عن أَبي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قال : قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : قَالَ اللَّهُ : كُلُّ عَمَلِ ابْنِ آدَمَ لَهُ إِلا الصِّيَامَ فَإِنَّهُ لِي وَأَنَا أَجْزِي بِهِ
Dari Abu Hurairah ra berkata, Rasulullah saw bersabda, “Allah berfirman, ‘Semua amal anak Adam untuknya kecuali puasa. Ia untuk-Ku dan Aku yang akan membalasnya. "
Hadits di atas menunjukkan bahwa puasa adalah ibadah yang diperuntukkan kepada Allah Swt. bahkan Allah Swt sendiri secara spesial akan membalasnya. Bukan berarti Allah itu lemah karena butuh puasa dari hambanya.Tidaklah demikian melainkan puasa ini adalah aktivitas yang istimewa dihadapan Aĺlah Swt. Mengapa? Karena, berpuasa di bulan Ramadhan akan memperoleh pahala berlipat ganda. Sebagaimana hadits Rasulullah saw,
“Setiap amalan kebaikan yang dilakukan oleh manusia akan dilipatgandakan dengan sepuluh kebaikan yang semisal hingga tujuh ratus kali lipat. Allah Ta’ala berfirman: “Kecuali amalan puasa. Amalan puasa tersebut adalah untuk-Ku. Aku sendiri yang akan membalasnya. Disebabkan dia telah meninggalkan syahwat dan makanan karena-Ku. Bagi orang yang berpuasa akan mendapatkan dua kebahagiaan yaitu kebahagiaan ketika dia berbuka dan kebahagiaan ketika berjumpa dengan Rabbnya. Sungguh bau mulut orang yang berpuasa lebih harum di sisi Allah daripada bau minyak kasturi.” (HR. Bukhari no. 1904, 5927 dan Muslim no. 1151).
Ada juga keistimewaan yang lain di bulan Ramadhan selain berpuasa. Adanya peristiwa diturunkannya (nuzulul qur'an)Al Qur'an. Adanya malam lailatu qadar yang di mana setiap muslim mengaharapkan mendapatkannya di 10 malam terakhir. Sehingga, fadhilahnya beri'tikaf atau berdiam diri di masjid dengan berbagai amalan-amalan yang dilaksanakannya.
Oleh karena itu, pentingnya setiap umat Islam menemui bulan Ramadhan sebagai bulan yang istimewa dengan mengencangkan dalam optimalisasi amalan fardiyah dan amalan lainya dengan mempersiapkannya jauh sebelum ramadhan itu tiba sebagaimana Rasulullah saw. dan para sahabatnya penuh daya dan upaya dan sungguh-sungguh dalam menjalankan puasanya tanpa melewatkan sediikitpun waktunya.
Hendaknya kaum muslimin memahami bulan Ramadhan adalah bulan istimewa agar menjadi mukmin yang bertaqwa. Semoga kita bisa dipertemukan kembali dengan bulan Ramadhan tahun depan.
Wallahu a'lam bishowwab.