Oleh : Ummu Khielba
(Komunitas Pejuang Pena Dakwah)
Stunting masih menjadi persoalan serius bagi bangsa ini. Pasalnya, status Indonesia masih berada di urutan 4 dunia dan urutan ke-2 di Asia Tenggara terkait kasus balita stunting. Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) memprediksi bahwa dalam kurun waktu 4 tahun (2022-2025) dari 20 juta kelahiran bayi, tujuh juta di antaranya berpotensi mengalami stunting.
Pemkab Bogor bersama Pemprov Jawa Barat berkomitmen untuk terus menekan angka stunting dengan prevalensi kurang dari 20 persen di tahun 2023 mendatang.
Pada tahun 2020, telah ditetapkan 38 desa di 14 kecamatan dan di tahun 2021 telah ditetapkan 68 desa di 26 kecamatan sebagai lokus fokus intervensi stunting untuk penajaman sasaran wilayah penanganan stunting. (www.radarbogor.id , 22/3/2022).
"Saya harap para duta penurunan stunting dapat menjadi lokomotif dalam menyebarkan informasi ke pelosok daerah. Memberikan perhatian dan pembinaan pada para remaja agar mereka kelak menjadi calon orang tua yang cerdas, sehat dan melahirkan anak-anak yang sehat dan berkualitas,” ujar Wakil Bupati Bogor, Iwan Setiawan saat melantik 10 Ketua Tim Penggerak Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (TP-PKK) Kecamatan di Gedung Tegar Beriman Kabupaten Bogor, Selasa (22/3/22).
Iwan Setiawan mengatakan, berdasarkan hasil pemantauan status gizi balita melalui kegiatan Bulan Penimbangan Balita (BPB) tahun 2021, yang diinput melalui aplikasi EPPGBM (Elektronik Pencatatan Pelaporan Gizi Berbasis Masyarakat), dari jumlah balita 530.793 jiwa, diperoleh hasil prevalensi stunting sebesar 28.565 atau 12,69 persen balita stunting.
Beberapa program diluncurkan pemerintah untuk mengatasi masalah ini, di antaranya adalah Program Kemitraan Pemerintah dengan Dunia Usaha dan Masyarakat. Sejumlah danapun digelontorkan.
Stunting adalah kondisi gagal tumbuh akibat kekurangan gizi di seribu hari pertama kehidupan anak. Kondisi ini berefek jangka panjang hingga anak dewasa dan lanjut usia.
Ada banyak faktor yang menyebabkan stunting (pola asuh, pola makan, sanitasi, pencegahan perkawinan anak, dan bimbingan calon pengantin) yang kesemuanya terkait dengan kemiskinan akibat penerapan sistem kapitalis, di mana kebutuhan rakyat tidak disubsidi, banyaknya kebijakan pemerintah yang menyusahkan rakyat, dan kebijakan-kebijakan pro-oligarki.
Solusi stunting saat ini akibat akar masalahnya tidak tersentuh, masalah permukaannya saja yang terus ditampakkan yang solusinya tetap solusi praktis bahkan komersil. Lebih parah lagi, atasi stunting dengan utang yang akan menambah masalah. Kekayaan alam yang melimpah ruah protein hewani dan nabati, kaya akan sumber mineral, sumber daya alam yang takkan habis dilekang waktu. Semuanya hanya jadi cerita dan hanya segelintir orang merasakannya, semuanya dinikmati para kapital oligarki.
Akar masalah stunting akibat dari masalah kemiskinan sehingga berpengaruh pada kebutuhan nutrisi penopang kesehatan dan mengakibatkan nutrisi otak kurang memadai alhasil pendidikanpun jadi terkendala. Dalam Islam, masalah kesehatan dan pendidikan menjadi poin penting negara karena akan melahirkan generasi kuat, cerdas, produktif dan inovatif dilengkapi pola pikir pola tingkah laku berkepribadian islam.
Semua fasilitas ini digratiskan oleh negara dan negara berperan mengayomi rakyat bukan hanya sebagai regulator dan fasilitator bahkan sebagai pelaku komersil. Islam hadir dengan program terbaik mengentaskan kemiskinan yang sistemik, salah satunya dengan kekayaan alam yang dikelola oleh negara dan hasilnya untuk kesejahteraan rakyat.
Maka meninggalkan sistem kapitalisme yang rusak seraya berpaling ke sistem Islam yang bersumber dari Zat Yang Maha Benar dan telah terbukti mensejahterakan adalah sebuah kehrusan yang mendesak agar stunting tak terus membayangi generasi.
Wallahu'alam.
Tags
Opini