Oleh : Ummu Fairuz
Hingga saat ini, tawuran remaja masih dijadikan sebagai solusi dalam menyelesaikan permasalahannya. Tawuran menjadi tradisi buruk yang mengakar dan tak berkesudahan dikalangan pelajar di negeri ini. Semakin hari kasus tawuran remaja bukannya berkurang, akan tetapi hampir setiap hari menghiasi media massa. Sehingga menjadi polemik yang tak kunjung selesai.
Sebagaimana dilansir dari kompas.com (7/3/2022), Kapolres Metro Tangerang Kota menangkap enam pelajar SMP yang melakukan aksi tawuran di Poris Gaga, Batuceper, Kota Tangerang. Dalam aksi tawuran tersebut ada tiga orang yang mengalami luka bacok dibagian punggung, pinggang, dan perut sehingga harus dirawat di rumah sakit guna penangan medis.
Peristiwa yang sama juga terjadi di Jalan Cagar Alam, Depok. Tim Patroli Perintis Presisi Polres Metro Depok menangkap tujuh anak muda yang hendak melakukan tawuran dengan membawa empat senjata tajam jenis celurit dan perang. Para remaja tersebut diketahui tengah melakukan siaran langsung di media sosial untuk mencari lawan tawuran.
Mirisnya kasus tawuran ini selalu melibatkan remaja yang nota bene berseragam dan saling serang antar sekolah. Seragam yang dikenakannya pun sangat tidak mencerminkan seorang pelajar yang seharusnya sibuk belajar bukannya sibuk mencari lawan tawuran.
Apa yang terjadi sebenarnya bukan sepenuhnya salah mereka. Akan tetapi, sistem kehidupan kapitalis-sekuleris yang diterapkan saat ini memberikan pengaruh luar biasa bagi para remaja.
Sangat disayangkn, negara abai dalam memberikan perlindungan kepada generasi muda. Seharusnya, negara memiliki peran yang sangat besar dalam melindungi generasi muda karena negara memiliki kewenangan dalam menerapkan kebijakan demi para penerus peradaban suatu bangsa.
Banyaknya konten-konten di media sosial yang mencontohkan perilaku yang tidak baik dapat merusak pemikiran dan perilaku pada masyarakat, khususnya bagi generasi muda. seharusnya Negara dapat memilah konten mana saja yang dapat memberikan dampak postif atau negatif untuk masyarakat. Namun, dalam faktanya negara malah membiarkan hal tersebut bertebaran, sehingga banyak generasi muda saat ini kecanduan aplikasi-aplikasi yang berisi gaya hidup hedonis, perilaku anarkis dan lain sebagainya.
Suatu hal yang penting adanya, manakala negara hadir menjadi garda terdepan untuk menyelesaikan setiap permasalahan yang ada, tidak terkecuali permasalahan tawuran yang masih kerap terjadi di kalangan pelajar. Tidak bisa dimungkiri bahwa minimnya pendidikan akhlak menjadi salah satu faktor permasalahan ini terus berulang dan bahkan seperti tidak memiliki solusi. Penyelesaian problematika ini tidak bisa hanya dilihat dari satu sisi, melainkan dari berbagai sisi, baik dari sisi keluarga, masyarakat maupun negara.
Hanya negara yang menjadikan syariat Islam sebagai aturan mutlak yang diterapkan di tengah-tengah masyarakat yang dapat menuntaskan kasus tawuran remaja ini. Ketika Islam diterapkan secara kaffah atau menyeluruh sudah tentu permasalahan yang ada akan mendapatkan solusi terbaik sesuai dengan syariat Islam.
Oleh karena itu, sudah saatnya untuk mencampakkan sistem kapitalis-sekuleris, serta menggantinya dengan sebuah sistem yang bisa mengantarkan masyarakat menuju kehidupan penuh keberkahan, yaitu Islam.
Wallahu a'lam bishshowab.