Menyambut Ramadhan dengan Suka Cita Seluruh Umat



Oleh : Afrin Azizah

Bulan Ramadhan menjadi bulan yang penuh dengan berkah, banyak sekali keutamaan dalam berpuasa dibulan Ramadhan. Dari dilipatgandakannya pahala, diampuni dosa-dosa yang telah lalu hingga malam yang lebih baik dari 1000 bulan yakni malam Lailatul Qadr. Maka tidak sedikit kaum muslimin berlomba-lomba untuk memaksimalkan ibadah dibulan suci Ramadhan. 
Namun, ada opini mengejutkan saat menyambut bulan Ramadhan yang dimana membuat bulan Ramadhan makin kehilangan ruh-nya, Ketika pemikiran liberal mulai disebarkan, dengan beralasan toleransi dan moderasi beragama muncul opini mengejutkan yakni orang yang berpuasa harus menghormati orang yang tidak berpuasa dan orang yang tidak berpuasa harus menghormati orang yang sedang berpuasa. 
Maka tidak jarang muncul warung-warung makan yang masih buka disiang hari dan jika dilakukannya penertiban warung-warung tersebut malah dianggap sebagai bentuk kedzaliman. 

Perlu kita tahu bahwa bulan Ramadhan menjadi penuh berkah jika dimanfaatkan dengan sungguh-sungguh. Pada masa Rasulullah ﷺ dimana para sahabat menyambut datang nya bulan Ramadhan dengan suasana gembira. Seperti halnya yang dilakukan oleh Umar bin Khattab yang menyambutnya dengan meyalakan lampu-lampu penerang di masjid-masjid untuk ibadah dan membaca Al Qur’an. Konon, Umar adalah orang pertama yang memberi penerangan di masjid-masjid sampai pada masa Ali Bin Abi Thalib yang dimana malam pertama bulan Ramadhan datang ke masjid dan mendapati masjid yang terang itu ia berkata “ Semoga Allah menerangi kuburmu wahai Ibnul Al Khattab sebagaimana engkau terangi masji-masjid Allah dengan Al Qur’an.”

Dan tidak ketinggalan bahwa Rasulullah ﷺ meningkatkan kedermawanannya di bulan yang penuh berkah ini. Dan menjadikannya suri tauladan bagi kaum muslim yang lain untuk melakukan hal yang sam. Digambarkan Ibnu Abbas “ Beliau lebih dermawan di bulan Ramadhan melebihi angin yang berhembus.” (HR. Bukhari)

Berkah Ramadhan tidak hanya terjadi di malam hari saja akan tetapi juga pada siang hari. Tidak adanya orang makan dan minum serta apapun yang bisa membatalkan puasa menjadikan ibadah puasa lebih khusyu’ dilaksanakan dan itu juga sebagai bentuk untuk menghormati orang yang sedang berpuasa bukan malah sebaliknya.

Seperti yang terjadi pada seorang Majusi yang sangat taat dalam beribadah dan melaksanakan ajaran agamanya dengan baik. Namun, ia sangat menghormati agama orang lain meskipun berbeda dengan agamanya. Lalu pada suatu saat ia memergoki anaknya yang sedang makan disiang hari di tempat ramai pada bulan Ramadhan, kemudian ia mendatangi dan memarahi anaknya yang tidak menghormati orang Islam yang sedang malaksanakan ibadah puasa. Karena ia merasa malu malu dengan apa yang dilakukan anaknya.
Hingga datang waktunya orang Majusi ini meninggal,  seorang alim melihatnya dalam mimpi. Dalam mimpinya itu, si Majusi seakan-akan duduk di atas takhta kemuliaan yang ada di surga. ( www.republika.co.id 28/05/2018 )

Allah ﷻ berfirman :
“ Sesungguhnya orang-orang beriman, orang Yahudi, orang Sabiin, orang Nasrani, orang Majusi dan orang musyrik, Allah pasti memberi keputusan di antara mereka pada hari Kiamat. Sungguh, Allah menjadi saksi atas segala sesuatu. “ ( QS. Al-Hajj : 17)

والله أعلمُ ﺑﺎ ﻟﺼﻮﺍﺏ

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak