Oleh : Ummu Hanif, Pemerhati Sosial Dan Keluarga
Marhaban yaa Ramadhan. Tidak terasa kita telah melewati sepertiga pertama Ramadhan. Sebagaimana yang kita pahami, Ramadhan adalah kesempatan yang Allah berikan kepada kita untuk memperbanyak amal kebaikan karena bernilai pahala. Rasulullah dan para sahabat tidak hanya memperbanyak ibadah mahdhah, tetapi juga melaksanakan semua amal kebaikan, seperti menuntut ilmu, bersedekah, melakukan dakwah di tengah umat, dan sebagainya. Bahkan, Rasulullah dan para sahabat berjihad saat Ramadhan, di antaranya Perang Badar al-Kubra dan Penaklukan Makkah dalam keadaan berpuasa! Masyaallah.
Demikian istimewa dan pentingnya Ramadhan, begitu banyak pahala yang Allah limpahkan untuk kita semua saat bulan mulia ini. Banyak pula aktivitas kebaikan yang bisa kita lakukan. Dan yang tak kalah pentingnya adalah menjaga amal kita, agar tidak sampai sia – sia. Tentu sabda Rosulullah SAW berikut, harus terus kita ingat dan upayakan sebaik – baiknya.
“Berapa banyak orang berpuasa, hasil yang diperoleh dari puasanya hanyalah lapar dan hausnya, dan banyak orang yang melakukan salat malam (Tarawih), tetapi sebenarnya hanya begadang saja.” (HR Ath Thabrani)
Maka hadis qudsi ini bisa kita jadikan pegangan untuk menjaga amal puasa kita. Allah Swt. Berfirman dalam sebuah hadist qudsi, “Setiap amal anak Adam untuknya, kecuali puasa. Sesungguhnya itu untuk-Ku dan Aku yang akan mengganjarnya. Puasa itu adalah perisai. Jika datang hari puasa, janganlah seseorang di antara kalian berkata rafats dan jangan memaki. Jika ada orang yang mencacinya atau sehingga memancingnya berkelahi, hendaklah ia berkata, ‘Aku sedang berpuasa’. Demi Zat yang jiwa Muhammad di tangan-Nya, sesungguhnya bau mulut orang yang berpuasa di sisi Allah lebih wangi daripada wangi misk. Orang yang berpuasa memiliki dua kebahagiaan: jika ia berbuka ia berbahagia; jika bertemu Tuhannya, ia berbahagia karena puasanya.” (HR Al-Bukhari, Muslim, An-Nasai, Ibnu Majah, dan Ahmad)
Dari hadist qudsi ini juga beberapa hadist terkait kita bisa pahami, bahwa ada hal – hal yang bisa membuat amal puasa kita sia – sia. Diantaranya adalah berkata dusta. Berkata dusta bisa membuat puasa seorang muslim bisa sia-sia dan merasakan lapar dan dahaga semata. Dari Abu Hurairah, Rasulullah saw. bersabda, “Barang siapa yang tidak meninggalkan az-zuur (perkataan dusta) dan malah mengamalkannya, Allah tidak butuh dari rasa lapar dan haus yang ia tahan.” (HR Bukhari)
Selanjutnya adalah berkata lahgwu (sia – sia, tidak berfaedah, senda gurau semata) dan rafat (porno). Dari Abu Hurairah, Rasulullah saw. bersabda, “Puasa bukanlah menahan makan dan minum saja, tetapi puasa adalah menahan diri dari perkataan laghwu dan rafats. Apabila ada seseorang mencelamu atau berbuat usil padamu, katakanlah padanya, ‘Aku sedang puasa, aku sedang puasa.'” (HR Ibnu Majah dan Hakim)
Selanjutnya adalah ghibah (membicarakan keburukan orang lain). Rasulullah saw. bersabda , “Lima hal yang bisa membatalkan pahala orang berpuasa: membicarakan orang lain, mengadu domba, berbohong, melihat dengan syahwat, dan sumpah palsu.” (HR Ad-Dailami)
Selanjutnya adalah berbuat haram (maksiat). Jelas kemaksiatan adalah jalan menuju dosa. Maka tidak salah jika sebagian ulama menyebut puasa yang sia-sia sebagai sejelek-jeleknya puasa, yaitu berpuasa, tetapi hanya menahan lapar dan dahaga, sedangkan perbuatan maksiat masih terus dilakukannya.
Saudaraku, mari kita berupaya keras agar tidak terjebak pada puasa yang sia-sia, yakni sekadar mendapatkan lapar dan dahaga. Marilah kita menjauhi berbagai hal yang dapat mengurangi kesempurnaan pahala puasa. Mari kita maksimalkan amal kebaikan pada bulan mulia ini, tingkatkan intensitas ibadah, perbanyak menuntut ilmu, tingkatkan kepedulian, berdakwah kepada Islam, serta terus gelorakan spirit perjuangan menegakkan syariat Islam, terutama saat dan selepas Ramadhan nanti. Semoga Ramadhan kali ini, adalah Ramadhan terakhir kita tanpa adanya khilafah. Aamiin. Wallahualam bissawab