Oleh. Ummu Silmi
Ummahat Salihah, hari ini kita telah berada di penghujung bulan Ramadan, yang artinya bulan Ramadan sebentar lagi akan meninggalkan kita. Tentunya sebagai seorang muslim kita patut bersedih dan rindu bertemu kembali Ramadan tahun depan. Namun, di sisa Ramadan ini tentunya masih ada kesempatan bagi kita untuk mengisinya dengan memperbanyak ibadah, doa dan amal saleh lainnya.
Ramadan adalah madrasah untuk membentuk dan menggapai ketakwaan, la'allakum tattaquun. Sebagaimana firman Allah Swt. dalam Al Qur'an surat Al Baqarah ayat 183; "Wahai orang-orang yang beriman! Diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa".
Lantas apa itu makna takwa yang Allah sebutkan dalam firman-Nya di atas?
Takwa adalah takut kepada Allah yang Maha Agung, mengamalkan seluruh isi yang terkandung di dalam Al Quran, serta tidak memilih-milih, yang dirasa berat ditinggalkan, sementara yang mudah dan menguntungkan dilaksanakan.
Sebagaimana firman Allah dalam surat Al-Ahzab ayat 36; "Tidaklah patut bagi laki-laki mukmin maupun perempuan mukmin, jika Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada pilihan (yang lain) tentang urusan mereka".
Takwa juga berarti menyiapkan bekal untuk menghadapi hari akhirat, merasa puas dg pemberian Allah meski sedikit.
Bulan Ramadan juga menjadi momen bagi kaum mukminin dan mukminat untuk mewujudkan ketaatan kepada Allah Swt. Tentunya ada banyak pelajaran yang bisa kita ambil di bulan Ramadan ini. Berikut poin penting dari madrasah Ramadan untuk membangun ketakwaan hakiki, antara lain:
Pertama, Ramadan mengajarkan muqarabah, yaitu merasa diawasi oleh Allah Swt. Dengan sikap muraqabah ini, tentunya kita akan selalu berhati-hati dalam bertindak. Seseorang akan bertindak sesuai apa yang dia pahami. Maka pemahaman seseorang itu haruslah benar atau sesuai petunjuk Allah Swt. Agar seseorang memiliki pemahaman yang benar, maka pemikirannya harus diasah dengan pemikiran yang benar, yaitu dengan belajar Islam kaffah.
Maka seseorang akan bertindak dan berbuat sesuai pemahaman yang lahir dari pemikiran Islam yang dia pelajari. Kemudian dengan landasan keimanan dan ketakwaannya tadi, seseorang akan menyelaraskan, menyesuaikan perbuatannya dengan pemahaman Islam (hukum syarak). Ia akan merasa takut melakukan perbuatan yang tidak sesuai dengan hukum syarak atau yang dilarang oleh Allah Swt.
Kedua, Ramadan mengajarkan ketundukan mutlak hanya kepada Allah Swt. Apapun yang diperintahkan oleh Allah, maka kita akan sepenuhnya menaatinya. Misalnya, ketika di dalam Al-Qur'an Allah memerintahkan berjihad, qishas bagi pembunuh, potong tangan bagi pencuri, rajam bagi pezina dll, seharusnya kita menerima perintah tersebut dengan sikap sami'na wa atha'na, kami mendengar dan kami taati. Tanpa menimbang untung rugi, entah melanggar HAM, atau kompromi lainnya. Hal ini sama seperti halnya ketaatan kita menerima perintah saum Ramadan, perintah berjilbab dan berkerudung bagi muslimah, dan seterusnya.
Ketiga, Ramadan juga melatih kita untuk mujahadah, yaitu bersungguh-sungguh di jalan Allah Swt. Sebagai seorang mukmin sudah sepantasnya kita bersungguh-sungguh melaksanakan perintah Allah dengan sepenuh hati, ikhlas, sabar, dan istikamah, walau itu berat. Meski harus berpayah-payah dalam menjalankan ibadah saum, cibiran orang ketika menyampaikan dakwah, ketika baru hijrah dengan pakaian takwa dibilang radikal, dan seterusnya.
Keempat, Ramadan mengajarkan kepada kita untuk meyakini janji Allah, dimana Allah akan membalas ibadah kita dengan kebahagiaan dunia dan akhirat. Jadi bila kita melaksanakan ibadah, baik ibadah mahdhah maupun ghairu mahdhah, dan meninggalkan apa yang Allah larang, baik dalam bulan Ramadan maupun bulan selainnya, maka Allah akan memberi balasan yang setimpal, tanpa ada kerugian sedikitpun bagi kita. Allah berfirman di dalam Al-Qur'an surat Al-Zalzalah ayat 7-8;
"Maka barangsiapa mengerjakan kebaikan seberat zarrah, niscaya dia akan melihat (balasannya). Dan barangsiapa mengerjakan kejahatan seberat zarrah, niscaya dia akan melihat (balasannya).
Kelima, Ramadan juga mengajarkan kepada kita untuk meyakini bahwa akhirat itu lebih baik daripada dunia. Orang yang berpuasa rela kehilangan kenikmatan dan kesenangan dunia, demi meraih kenikmatan di akhirat yang akan diberikan kepada hamba-Nya yang taat tentunya. Berarti apabila kita meyakini bahwa kehidupan akhirat lebih baik daripada dunia, seperti yang digambarkan di dalam Al-Qur'an, di mana Allah menggambarkan kenikmatan surga dan juga siksa neraka, tentu bagi seorang mukmin akan melakukan amal perbuatan yang dapat mengantarkannya menuju surga-Nya Allah.
Demikianlah poin penting yang bisa kita ambil demi meraih ketakwaan hakiki di bulan Ramadan ini. Maka dengan mewujudkan poin penting selama madrasah Ramadan tersebut, insyaAllah kita akan menjadi pribadi yang taat secara hakiki kepada Allah Swt.
Ummahat salihah, tentunya ketakwaan hakiki yang ingin kita wujudkan bukan hanya sekadar ibadah ritual (mahdhah) saja, namun juga mencakup ibadah ghairu mahdhah, mencakup semua aspek kehidupan, baik itu sosial, ekonomi, politik, budaya, hukum, pemerintahan dan lainnya. Ketakwaan yang hakiki, yakni ketaatan secara kaffah kepada syariat Allah adalah bukti keimanan dan kecintaan kita kepada-Nya. Ketakwaan hakiki yang hendak kita raih selama Ramadan ini tentunya harus kita pelihara di luar bulan Ramadan juga, bahkan senantiasa menghiasi diri seorang mukmin dalam hidup berkeluarga, bermasyarakat maupun bernegara.
Wallahu a'lam bi ash shawab.
Tags
Opini