Mandalika, Pariwisata dan Devisa Negara



Oleh: Yuke Octavianty

(Komunitas Pejuang Pena Dakwah)


Pulau Mandalika, Nusa Tenggara Barat kini tengah mendunia. Pasalnya ada perhelatan akbar yang baru beres digelar di sana, ajang motoGP. Perhelatan akbar ini disinyalir dapat menghidupkan kembali sektor ekonomi dalam negeri setelah sekitar 2 tahun diterpa pandemi (deskjabar.pikiran-rakyat.com, 19/3/2022). Menurut Menteri PUPR (Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat), Basuki Hadimuljono, perhelatan moto GP dapat menjadi ajang promosi pariwisata sehingga dapat meningkatkan perekonomian. Dan diperkirakan dapat mendongkrak devisa negara.


Di sisi lain, diprediksikan, fenomena motoGP ini juga dapat meningkatkan perputaran uang hingga mencapai lebih dari Rp 3 trilliun. Hal tersebut diungkapkan oleh Nicke Widyawati, Direktur Utama Pertamina, sponsor utama perhelatan moto GP (indobalinews.pikiran-rakyat.com).  


Sektor pariwisata di Mandalika ini pun digadang-gadang dapat menyerap sekitar 6.900 tenaga kerja lokal (beritasatu.com, 16/3/2022). Sehingga diharapkan dapat meningkatkan pendapatan penduduk sekitar. 


Di sisi lain, pembangunan infrastruktur di wilayah Nusa Tenggara Barat pun mengalami peningkatan pesat karena adanya keberadaan sirkuit Mandalika (antaranews.com, 2/3/2022). Guna mendukung acara internasional tersebut. H. Lalu Gita Ariadi, Sekretaris Daerah Propinsi NTB, mengatakan bahwa pembangunan infrastruktur di NTB sangat cepat. Salah satunya, peningkatan kualitas serta kapasitas Bandara Internasional, Zainuddin Abdul Madjid, terminal domestik dan internasional.


Kawasan Mandalika yang merupakan Kawasan Ekonomi Khusus, adalah salah satu agenda Proyek Ekonomi Nasional yang disinyalir dapat mendongkrak sektor ekonomi melalui sektor pariwisata terintegrasi, MICE (Meeting, Inventions, Conventions and Exhibitions). 


Euphoria berlebihan karena agenda internasional. Padahal kondisi umat masih belum terkendali. Apalagi terpaan pandemi belum benar-benar usai. 


Proyek ini sungguh proyek tersier, yang tak mengutamakan nasib rakyat. Dampak nyata yang akan tampak adalah adanya pola kehidupan rakyat di wilayah tersebut akan semakin mudah terbaratisasi, karena arus wisatawan asing, yang pasti membawa kebudayaan mereka yang dapat merusak kebudayaan masyarakat setempat. Tak heran agenda ini akan mengubah pemikiran umat menjadi lebih permisif terhadap budaya Barat (muslimahnews.net, 22/3/2022). Pengarusan sekulerisme, pluralisme, inklusivisme dan moderasi beragama akan semakin mudah mempengaruhi kehidupan. 


Inilah kegagalan sistem sekuler liberalis yang mengutamakan materi. Tanpa memikirkan akhlak dan akidah umat yang pasti akan terganggu karena agenda tersebut. 


Pendongkrakan ekonomi nasional melalui penggenjotan sektor pariwisata sebetulnya tidak efektif dilakukan demi menstabilkan sektor ekonomi yang kini tengah oleng. Berdasarkan kitab “Politik Ekonomi”,  karya Abdurrahman El Maliky, disebutkan ada 4 sumber ekonomi utama bagi negara, yaitu, pertanian, perindustrian, perdagangan dan tenaga kerja. Sehingga jelaslah, bahwa sektor pariwisata bukan sektor utama untuk perbaikan sektor ekonomi. Bahkan dapat dikatakan bahwa sektor pariwisata adalah sektor tersier. 


Sistem sekuleristik, memisahkan kehidupan dari aturan agama (baca: syariat Islam). Bahkan cenderung menghilangkan aturan agama. Inilah titik kesalahan terbesar dalam sekulerisme.


Sehingga tampaklah, bahwa Proyek Strategis Nasional di Mandalika, NTB, adalah proyek ambisius negara. Program-programnya, membius umat agar dapat menerima bahwa penggenjotan sektor ekonomi melalui "ide" pariwisata sebagai pemasukan besar bagi negara. Padahal semuanya hanyalah halusinasi. Angan-angan belaka. Buktinya, yang tersejahterakan bukanlah rakyat sekitar. Namun, perusahaan-perusahaan raksasa yang dipegang oleh para oligarki di dalam negeri. Miris.


Jelaslah kondisi tersebut menciptakan kesulitan bertubi-tubi bagi negara. Terjebak dalam lingkaran negara imperialis. Dan ini pun bermuara pada hilangnya kendali kedaulatan negara. 


Pariwisata dalam Islam sebetulnya boleh-boleh saja. Selama tidak melanggar batas syariat Islam. Syariat Islam, mengatur sektor pariwisata sebagai sektor pendukung syiar dan dakwah Islam. Sebagai sektor yang dapat mempromosikan kehebatan Daulah di mata dunia. Sehingga dapat menjadi sektor yang mendukung penyebaran dakwah Islam. Bukan sebagai sektor utama yang dapat memperbaiki perekonomian suatu negara. 


Kini, saatnya mencampakkan sistem batil, yang hanya ciptakan kesengsaraan bagi masa depan umat. Menggadaikan nasib negara pada negara-negara penjajah dunia. 


Sebagai kaum muslimin, tentu kita harus menerima segala yang Allah tetapkan dengan memegang erat syariat Islam. Sepasrah-pasrahnya. Karena yang Allah SWT. tetapkan, pasti maslahat untuk umat. Tak perlu berpikir panjang. 


Wajib hukumnya bagi kita kembali pada pangkuan syariat Islam. Karena dengannya, dapat ditanggalkan segala kelam. Bangkit dalam syariat Islam sesuai teladan Rasulullah SAW. Melalui metodenya, membentuk wadah berupa Khilafah manhaj An Nubuwwah. Dan kini, saatnya berhijrah. Agar kehidupan segera berubah.


Wallahu a'lam bisshowwab.

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak