Kenaikan Harga Pangan dan BBM, Permainan Kapitalis Makin Menyulitkan Hidup Rakyat




Oleh : Mauli Azzura

Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) menemukan komoditas daging ayam, bawang putih, cabai, gula, minyak goreng, daging sapi, telur dan tepung terigu selalu mengalami kenaikan harga tiap jelang Ramadhan. Komisioner KPPU Dinni Melanie mengatakan, sebagian besar komoditas belum menunjukkan gejala kelangkaan. Hanya saja KPPU menyoroti lonjakan cabai merah yang diduga disebabkan oleh faktor cuaca. (Kompas.com 02/04/2022)

Kenaikan harga pangan sebelum Ramadhan dan idul fitri seolah membudaya tiap tahun, terlebih di tahun ini yang masih dalam lingkup pandemi yakni virus corona. Sebelumnya telah terjadi kelangkaan dan kenaikan harga mintak goreng. Disusul dengan kenaikan harga pangan lain nya, dan berujung pada kenaikan BBM.

inkonsistensi pejabat perihal kenaikan harga BBM ini justru ibarat memperoleh penguatan dari Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Nicke Widyawati. Nicke menjawab berbagai kritik terkait kenaikan harga BBM jenis Pertamax, dari sebelumnya Rp9.200 menjadi Rp12.500 per liternya.

Pertamina, kata Nicke, terpaksa menaikkan harga Pertamax demi menghindari kerugian akibat lonjakan harga minyak mentah dunia imbas konflik bersenjata di Ukraina. Nicke mengaku tidak habis pikir dengan berbagai kritik yang datang. Padahal, katanya, harga BBM di Indonesia itu termasuk yang termurah di dunia dan untuk itu pemerintah menyubsidinya luar biasa besar. (Kompas.com 07/04/2022).

Yang jadi pertanyaan terkait hal ini adalah, masyarakat menilai mereka membeli BBM dengan harga cash, bagaimana mungkin akan mengalami kerugian yang besar ? . Dan pertanyaan-pertanyaan sederhana mulai bermunculan dalam kalangan masyarakat.

Lagi-lagi gambaran kapitalisme yang tidak mampu membendung harga-harga yang kian mempersulit masyarakat. Siapa yang tidak menginginkan harga BBM murah? Dan sudah dipastikan harga murah tidak akan terjadi pada era kapitalisme. Karena para kapitalis hanya memanfaatkan demi keuntungan pribadi. Berbeda bila dalam sistem Islam. Islam mengatur BBM sebagai bagian dari kepemilikan umum, sebagaimana sabda Rasulullah ﷺ bahwa, “Kaum muslim berserikat dalam tiga perkara yaitu padang rumput, air, dan api."
(HR Abu Dawud dan Ahmad)

Yang artinya, BBM tidak boleh dimiliki/dikelola atas nama individu, apalagi oleh oligarki maupun swasta asing. Negara Islam hanya diperkenankan mengelola BBM untuk dikembalikan dalam kemanfaatan yang besar bagi rakyat, bukan demi prinsip bisnis dan capaian profit. sebagaimana sabda Rasulullah saw., “Imam/Khalifah adalah pengurus dan ia bertanggung jawab terhadap rakyat diurusnya.”
(HR Muslim dan Ahmad)

Wallahu a'lam bishowab.

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak