Oleh: Ummu Hannun
Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB) telah menetapkan tanggal 15 Maret sebagai Hari Internasional Melawan Islamofobia. Hal itu diumumkan pada sidang umum PBB selasa 15 Maret 2022 di markas besar PBB di New York Amerika Serikat. PBB juga mempublikasikan lewat jejaring sosial twitter Melalui akun resmi PBB Rabu (16 Maret 2022). Dalam cuitannya di twitter tersebut, PBB menyatakan bahwa Sidang Umum PBB menyerukan penguatan upaya internasional untuk mendukung dialog global yang mempromosikan budaya toleransi dan perdamaian, berlandaskan pada penghargaan terhadap HAM dan keberagaman beragama dan berkeyakinan. (suara.com 16/4/2022)
Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) melalui perwakilannya dari Pakistan yakni Munir Akram adalah yang mengusung resolusi ini. Dan PBB menyepakati resolusi tersebut melalui konsensus di Markas Besar PBB Selasa (15/3/2022). Dan alasan kenapa tanggal 15 Maret dipilih menjadi Hari Internasional Melawan Islamophobia, karena tanggal tersebut bertepatan dengan peristiwa penyerangan dua Masjid di Christchurch, Selandia Baru oleh seorang teroris bersenjata ketika momen shalat Jum'at tahun 2019 lalu. Kejadian ini memakan korban tewas sebanyak 51 orang dan 40 lainnya luka-luka. (suara.com 16/4/2022)
Ditetapkannya tanggal 15 Maret sebagai Hari Anti Islamofobia oleh PBB menjadi dasarnya pengakuan internasional bahwa Islam merupakan agama yang penuh toleransi dan perdamaian bukan agama teroris yang selama ini dituduhkan oleh kalangan non-Muslim terutama di negara barat. Sementara teroris yang sesungguhnya tak lain adalah mereka sendiri yang membentuk dan meyakini Islamofobia.
Istilah Islamophobia jika merujuk pada Wikipedia adalah istilah kontroversial yang merujuk pada prasangka, diskriminasi, ketakutan, dan kebencian terhadap Islam. Islamophobia dipopulerkan oleh Negara Sekuler di Amerika dan Eropa pada tahun 1980-an yang menyebarkan opini publik bahwa Islam identik dengan terorisme dan ekstrimisme, puncaknya pada 11 November 2001 ketika terjadi peledakan terhadap gedung World Trade Center (WTC) dan Pentagon di Amerika, dan presiden Bush kala itu mengkambing hitamkan pimpinan Al-Qaeda Osama Bin Laden sebagai dalang dari peledakan tersebut. Sontak, pernyataan Bush tersebut menimbulkan Islamophobia dikalangan umat Islam dunia terutama muslim AS. Banyak diantara muslim yang mengalami kekerasan dan dituding sebagai teroris.
Negara-negar Sekuler terutama Negara Barat sepertinya sengaja menciptakan narasi-narasi Islamophobia ini, lalu kenapa mereka melakukan hal itu? Ternyata alasan dibalik dimunculkannya isu Islamophobia tak lain karena ketakutan Barat terhadap kebangkitan kembali Islam seperti dahulu, Barat takut Islam akan menggeser Sekularisme yang selama ini mereka tanam, mereka takut kedigdayaannya turun bahkan hilang.
Bercermin pada kejayaan dan kegemilangan Islam dengan Dinasti Ottoman-nya yang menguasai sepertiga dunia 100 tahun yang lalu, tentu menjadi mimpi buruk bagi kaum Sekuler, kebangkitan Islam selalu menghantui dan membuat hidup mereka tidak tenang. Ketakutan mereka ibarat ketakutan Fir'aun terhadap mimpi buruknya mengenai kehancuran dan kematiannya oleh seorang pemuda Bani Israil, yang akhirnya mendorong Fir'aun untuk membunuh setiap bayi laki-laki bani Israel yang lahir. Begitu pula yang dilakukan Barat, mereka membunuh Islam perlahan-lahan dengan menghancurkan sendi- sendinya sedikit-demi sedikit, salah satunya dengan narasi Islamophobia yang mereka gaungkan sebagai bentuk kewaspadaan mereka terhadap kebangkitan Islam.
Gencarnya narasi-narasi Islamophobia yang digaungkan Barat menimbulkan maraknya kasus penistaan agama, penyiksaan terhadap kaum muslimin diberbagai belahan dunia, pelarangan menggunakan simbol-simbol Islam dan banyak lagi yang lainnya.Hal ini sungguh membuat umat Islam menederita.
Lalu sampai kapan penderitaan kaum Muslimin ini akan berakhir,apakah dengan ditetapkannya tanggal 15 Maret sebagai Hari Internasional Melawan Islamophobia akan mampu membebaskan umat Islam dari penderitaan panjangnya selama ini? Tentu tidak, karena butuh lebih dari sekedar resolusi PBB untuk mewujudkannya.
Selama umat Islam masih mau diatur oleh aturan Sekuler sangat mustahil penderitaan ini akan berakhir, apalagi dengan hanya bermodal resolusi PBB yang notabene merupakan produk Sekuler itu sendiri. Sementara PBB sendiri lahir dari negara-negara Sekuler Barat yang sudah jelas membenci Islam dan ingin menghancurkannya. Merekalah yang menyulut isu-isu terorisme lalu melemparkan fitnah serta hasutan yang akhirnya memunculkan Islamophobia dikalangan masyarakat dunia yang non-Muslim bahkan yang Muslim.
Meskipun Islam adalah Agama terbesar di dunia dan Jumlah penduduknya terbesar di dunia namun selama ini Umat Islam seolah dibuat tak berdaya dengan semua penderitaan yang dialami. Para pemimpin negara yang berlebel Muslim seolah tak perduli dengan penderitaan yang dialami saudara-saudara seiman di belahan bumi lain. Mereka cenderung saling acuh satu sama lain, mereka hanya memperdulikan negerinya sendiri bahkan ada pula pemimpin yang acuh terhadap penderitaan rakyatnya sendiri.
Tidak adanya persatuan antar negeri-negeri Muslim, dan tidak adanya keinginan umat Islam untuk kembali kepada aturan Islam serta pemisahan agama dari kehidupan membuat Umat Islam sangat mudah diobok-obok kaum Sekuler. Ketiadaan Khalifah sebagai pemimpin membuat umat Islam bak anak ayam yang kehilangan induknya. Tidak ada pelindung yang akan membela hak-hak kaum Muslimin menjadikan Islam sebagai sasaran empuk para Sekularisme untuk melakukan perbuatan semena-mena terhadap kaum Muslimin.
Lalu bagaimana cara kita terbebas dari cengkraman Sekularisme yang membelenggu kaum Muslimin selama ini? Tentu hal ini tidak bisa dilakukan dengan serta- merta melainkan dengan perlahan kita harus menyadarkan Umat Islam untuk kembali kepada aturan Islam, merubah pemikiran dan pemahaman masyarakat yang selama ini dikuasai oleh ide-ide Sekularisme dengan cara mendakwahkan Islam secara pemikiran, yang nantinya akan menyadarkan Umat akan peran Islam yang bukan hanya sebagai agama ritual saja melainkan sebuah idiologi sempurna yang diciptakan Allah swt, untuk mengatur umat-Nya, memberikan solusi dari semua problematika manusia.
Seperti Firman Allah swt :
أفحكم الجاهلية يبغون ومن أحسن من الله حكما لقوم يوقنون
“Apakah hukum Jahiliah yang mereka kehendaki, dan (hukum) siapakah yang lebih baik daripada (hukum) Allah bagi orang-orang yang yakin?”(Surah al-Maidah [5]: 50).
Dengan mendakwahkan Islam lewat pemikiran akan mampu membentuk pemikiran umat yang cemerlang sehingga lebih jeli dalam menyikapi semua masalah yang terjadi. Dakwah pemikiran juga akan mampu membangkitkan ghirah umat untuk membangkitkan kembali kejayaan Islam dahulu. Membangun kembali puing-puing peradaban Islam dan menyatukan umat Islam dunia dalam satu kepemimpinan yaitu Khilafah ala minhajin Nubuwwah, dengan Khalifah sebagai pemimpin dan pelindung umat Islam yang dengan ijin dan Rhido Allah swt akan mampu membebaskan kaum Muslimin dari segala penderitanya selama ini, Aamiin. Wallahu 'alam bish shawwab.

Tags
Opini