Ibu, Jangan Tinggalkan Daku!




Oleh : Ummu Mustanir
(Ibu Rumah Tangga)

Penemuan Dua Balita di Pinggir Jalan

Polres Serang masih mencari orangtua dua balita yang ditelantarkan di depan PT CBS, Kawasan Modern Cikande, Kecamatan Kibin, Kabupaten Serang, Banten.

Dua anak laki-laki berusia 9 bulan dan 3 tahun kini dalam kondisi sehat dan berada di rumah aman Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Permpuan dan Anak Kabupaten Serang.

Kepala Seksi Humas Polres Serang Iptu Dedi Jumhaedi mengatakan, unit Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA) Sat Reskrim Polres Serang masih mencari orangtua yang tega menelantarkan dua balita di depan PT CBS pada Minggu (3/4/2022).

"Masih dilakukan penyelidikan. Kita masih meminta keterangan saksi dan lainnya," kata Dedi kepada wartawan di Serang. Kamis (7/4/2022). (Kompas.com, 7 April 2022, 21:12 WIB)

Penerapan Sistem yang Salah Menghasilkan Ibu dengan Pemikiran Bermasalah

Masih segar di telinga khalayak mengenai Ibu yang tega menganiaya ketiga anaknya bahkan menyebabkan anak ke-2 nya meninggal dunia. Publik juga masih belum lupa ada seorang ibu yang membuang bayinya ke dalam sumur lantaran begitu seringnya ia dirundung. Dirundung karena bayinya minum susu formula, bayi dilemparkan ke sumur. Kurang kasih sayang suami dan tertekan secara emosional, lantas anak disiksa dan dibunuh dengan alasan takut jika anak-anaknya akan menjalani hidup semalang ibunya. Dan terulang lagi, orangtua membuang kedua anak balitanya dan belum diketahui pelakunya serta belum jelas alasannya meski platform media sosial menduga bahwa ini musabab himpitan ekonomi.

Para ibu kali ini memang benar-benar dalam puncaknya frustasi. Bagaimana tidak Minyak goreng kini tidaklah langka tapi harganya semakin menggila. Sementara itu seorang putri proklamator menyarankan untuk merebus, mengukus dan merujak. Permasalahannya bukan ibu-ibu yang tak pandai variasi teknik memasak, tanpa diajari ibu-ibu adalah yang paling mahir soal teori menghidangkan makanan. Tapi masalahnya adalah Negeri penghasil sawit paling besar di dunia bisa mengalami kelangkaan minyak, ada apa? Bukankah ini sebagaimana pepatah 'ayam mati kelapara di lumbung padi'.

Harga Pertamax naik lalu pejabat dengan entengnya menyuruh kembali bersepeda dan jalan kaki. Apakah tidak ada solusi lain yang ada dalam akal para pemikir Negeri ini? Rakyat harus rela bersepeda dan jalan kaki sementara para pejabat tanpa rasa malu berwisata menggunakan mobil dinas yang dibeli menggunakan uang rakyat. Bahkan gorden legislator harganya Rp.90 Juta dan mereka boleh berangkat menumpang tidur di gedung pembuatan regulasi dengan setelan mewah karya merek terkenal berskala internasional?

Permasalahan ibu tak berhenti soal minyak goreng dan bahan bakar semata. Ada banyak kebutuhan lainnya yang juga harganya terus merangkak naik tanpa dibarengi pendapatan yang memadai. Mencari uang susah, setelah uang itu didapatkan tak mampu juga mencukupi kebutuhan keluarga. Belum lagi cibiran-cibiran dari orang-orang yang tak bertanggungjawab yang mampu menyumbang depresi terbesar bagi seorang ibu. Seorang ibu tak butuh dikomentari tentang bagaimana ia melahirkan anaknya apakah itu melalui proses normal ataupun Caesar. Seorang ibu tak butuh komentar apakah asupan anaknya benar-benar ASI atau hanya susu formula. Dan penghinaan fisik maupun non fisik terhadap anaknya maupun soal pola pengasuhan terhadap anak (parenting) baik secara langsung maupun tidak langsung akan membebani seorang ibu.

Dan inilah yang terjadi ketika seolah 'uang' merajai segalanya. Setiap orang menjadi gelap mata, termasuk seorang ibu terhadap anaknya sekalipun. Seorang ibu sampai tega menyiksa anaknya dan tidak takut menelantarkan anak dengan hanya meletakkan anaknya di pinggir jalan dengan perlengkapan pakaian dan sebotol susu, lalu buru-buru pergi menggunakan ojek online. kedua anak balita ini belum sempurna akalnya bahkan mereka masih sehat ceria dan berlarian ke sana kemari di Rumah. Tapi 10 tahun kedepan jika mereka mengingat kembali peristiwa hari menyedihkan yang terjadi pada mereka ini tentu akan menjadi ingatan paling pahit sepanjang kenyataan yang dihadapi oleh keduanya. Mereka saat ini tersenyum ceria karena belum tahu arti kerasnya dunia kapitalisme, jika sempurna akalnya tentulah mereka akan terus menangis meneriakkan 'Ibu, Ayah jangan tinggalkan aku!'. 

Namun demikian, karena yang dianggap rezeki hanyalah 'uang'. Sehingga kehadiran anak dianggap bukan rezeki bahkan karena kita memiliki kewajiban memenuhi sandang pangan papan nya dianggap hanya membebani hidup serta mengurangi rezeki (yang dianggap nya sebatas uang). Lantas solusi pintas yang diambil adalah dengan berlepas diri dari tanggung jawab merawat anak yakni menyiksa, membunuh dan menelantarkan. Nauzubillahi mindzalik!

Seorang ibu yang jauh dari keluarganya misalkan merantau atau tinggal cukup jauh dari saudara-saudara nya. Tanpa adanya dukungan suami, keluarga ataupun tidak ada lingkungan yang mensupport ia maka tindakan-tindakan nekat semacam ini akan terus terjadi. Ditambah lagi peraturan hari ini sangat menjauhkan aturan hidup dari Agama (Sekulerisme). Sehingga membentuk seorang ibu yang berpemikiran menimbang segala keputusan hidup hanya berdasarkan untung-rugi secara finansial dan manfaat yang akan didapatkannya dalam sebuah keputusan (kapitalisme). Konsep inilah yang menghadirkan keberadaan ibu-ibu yang begitu tega berlaku amoral kepada anak-anaknya. Sehingga penyelesaian perkara ini bukanlah dengan membuat undang-undang baru oleh manusia melainkan kembali kepada peraturan dari yang Maha Memberi Hidup dan Maha Pengatur, Al Haliq Wal Mudabbir Allah Subhanahu Wa Ta'alaa.

Peraturan Islam tentang Penelantaran Anak

Penelantaran  anak apapun itu alasannya adalah hal yang dilarang baik itu secara agama maupun secara hukum yang berlaku di negara. Dalam QS At-Tahrim:6, Allah berfirman “Hai orang-orang yang beriman, perilaharalah dirimu dan kelaurgamu ke dalam api neraka.” Seorang tabi’in, Qatadah menafsirkan bahwa “Engkau perintahkan manusia untuk taat kepada Allah dan melarang mereka durhaka kepada-Nya. Engkau tegaskan mereka untuk mematuhi perintah Allah, membantu mereka untuk menjalankannya. Apabila mereka berbuat hal-hal maksiat, maka peringatkan dan cegah mereka.”


Rasulullah SAW bersabda : “pria adalah seorang pemimpin di dalam kelaurganya sebab dia akan ditanya tentang kepemimpinannya, wanita adalah pemimpin rumah suami dan anak-anaknya, dia akan ditanya tentang kepemimpinannya (HR Bukhari Muslim. Orang tua mempunyai 3 peran terhadap anak menurut Zakiyah Drajat dkk yaitu merawat tumbuh kembang anak, membantu anak dalam menyesuaikan diri dengan lingkungannya serta merawat psikologis dan emosional anak. Kewajiban orang tua terhadap anak adalah : Menyediakan hidup yang baik, Menerima nama yang baik, Disembelihkan aqiqahnya, ASI selama 2 tahun, Menyediakan makan, minum, pakaian, pendidikan, agama, akhlaq, pengajaran Al-Quran, Kesehatan yang baik, Memberikan kasih sayang, keamanan dan perlindungan

Dalam QS An-Nisa’:9, sudah sangat jelas dalam hukum Islam bahwa Islam sangat melarang penelantaran anak. Sebab seorang anak akan mewarisi apa saja yang dimiliki orang tua, menjaga keturunan keluarga serta harapan agama dan bangsa di masa depan. Orang tua berkewajiban menjaga, mendidik dan memelihara agar anak dapat memajukan dan memperjuangkan agama dan bangsa dengan baik bukan malah menelantarkannya

“Cukup berdosa orang yang yang mengabaikan hak seseorang yang menjadi tanggungannya” (HR Abu Daud Nasa’i dan Hakim).

Jika memang seorang ayah yang telah bekerja tidak mencukupi kebutuhan si anak, maka ayah boleh meminta bantuan ahli waris anak karena ahli waris berkewajiban menafkahi si anak (Al-Baqarah: 233). Waris adalah siapapun yang akan mendapat warisan jika si anak telah meninggal. Jika si anak adalah orang dewasa, maka yang menjadi ahli waris adalah 15 pria dan 10 wanita. Jika si anak belum dewasa, maka ahli waris selain ayahnya adalah 3 pria yaitu kakek dari bapak, paman si anak atau paman sebapak dan 3 wanita yaitu ibu si anak, nenek dari pihak ibu anak atau nenek dari pihak ayah anak.

Balasan bagi Orang Tua yang Menelantarkan Anak adalah Orang tua akan  mendapat hukuman dari Allah. Jika Allah sudah memberi hukuman, maka tidak ada hal yang dapat manusia lakukan. Rasulullah SAW mengingatkan, “Sesungguhnya pada hari kiamat ada manusia yang tidak akan diajak bicara, tidak disucikan dan tidak dilihat”. Kemudian Nabi ditanya “Siapakah orang-orang itu?” Nabi Muhammad SAW lalu menjawab “Anak yang berlepas diri dari orang tuanya dan orang tua ynag berlepas diri dari anaknya,” (HR Ahmad)

Penelantaran anak juga sering disebabkan oleh tidak adanya keluarga yang sanggup menanggungnya. Mungkin saja hal ini disebabkan karena keluarga besar sedang menghadapi masalah keuangan atau karena faktor bencana alam. Maka dalam hal ini yang memberikan nafkah adalah tanggung jawab Negara (ketika menerapkan aturan yang menerapkan Al Qur'an dan berpegang teguh pada Sunnah). Nabi Muhammad SAW bersabda, “ Siapa saja yang meninggalkan harta untuk warisnya. Dan siapa saja ynag meninggalkan “kalla” (orang lemah yang tidak punya anak anak dan orang tua), maka mereka menjadi kewajiban kamu.”

Selain sebagai Nabi, Rasulullah SAW juga menjadi pemimpin Dawlah Islamiyyah. Nafkah sang anak oleh Dawlah Islamiyyah diambil dari kas negara (Baitul Maal) pada pos zakat. Jika dana ini habis, maka diambil dari dana pos lain. Apabila dalam kas Negara, sudah habis hartnya, maka kewajiban menyelamatkan anak yang terlantar diberikan kepada orang-orang kaya. QS Adz-Dzariyat:19,

“Dan di dalam harta mereka, ada hak bagi  orang miskin yang meminta-minta”. Bahkan Rasulullah juga bersabda, “Tidakkah beriman kepada-Ku, siapa saja yang telah tidur kekenyangan, akan tetapi dia mengatahui bahwa tetangga sampingnya sedang kelaparan (HR Al-Bazzar).

Wallahu'Alam bish shawwab

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak