Ibu Bunuh Anak, Fitrah Keibuan Hilang? Salah Siapa?



Oleh: Ayu Susanti, S.Pd 

Kasih sayang ibu sepanjang masa, kasih sayang anak sepanjang galah. Kita sering mendengar peribahasa ini. Dan tidak ada yang meragukan kasih sayang seorang ibu kepada anaknya yang sangat tak terhingga. Namun miris jika ada berita yang mengejutkan publik dimana seorang ibu membunuh anaknya sendiri dengan sadis.

Kasus pembunuhan sadis dengan pelaku seorang ibu muda berinisial KU (35 tahun) di Tonjong, Brebes, Jawa Tengah, yang menggorok leher anak kandungnya yang berusia 6 tahun, dan melukai 2 anak kandung lainnya menggegerkan masyarakat. Sebab, ibu muda yang dikenal pendiam di antara para tetangganya ini, tega menghabisi darah dagingnya sendiri dengan sadisnya. (https://www.republika.co.id/, 20/03/2022). 

Kasus ini cukup menyita perhatian publik. Bagaimana tidak? Seorang ibu yang seharusnya bisa menjaga anaknya dan memberikan kasih sayang penuh kepada buah hatinya ternyata melakukan tindakan yang membahayakan buah hatinya sendiri. Mengapa hal ini bisa terjadi?

Ahli Psikologi Forensik, Reza Indra Giri Amriel mengimbau, kepada pihak kepolisian untuk memeriksa lebih lanjut kejiwaan pelaku. Walaupun dari berita yang ada, penyebab pelaku melakukan tindakan sadis tersebut kepada anaknya karena alasan ekonomi, kesulitan hidup. (https://www.republika.co.id/, 20/03/2022).

Seorang ibu adalah pelita bagi anak-anaknya, contoh bagi buah hatinya. Menjadi seorang ibu memang tidaklah mudah. Ibu harus mampu mengelola berbagai hal dalam hidupnya. Seperti manjamen keuangan, manjamen rumah tangga, mendidik anak-anaknya sampai manajemen emosi pun sang ibu harus bisa mengelolanya dengan baik. Tentu hal ini harus dibantu oleh support system yang baik. Namun apa jadinya berbagai beban yang dipikul sang ibu harus ditanggung sendiri? Apa jadinya jika lingkungan pun tidak bisa membuat seorang ibu selalu bisa menjaga stabilitas emosi dalam dirinya?

Tidak sedikit faktor ekonomi menjadi penyebab seorang ibu tega menghabisi anak kandungnya sendiri, alasan ribut dan tidak harmonis dengan suami atau berbagai alasan lainnya menjadi faktor lain mengapa sang ibu tega menghabisi buah hatinya sendiri. Jika kita perhatikan dari berbagai kasus yang ada di negeri ini, tentu kita dapati kasus seorang ibu membunuh anaknya bukanlah hanya terjadi saat ini saja. Namun kasus ini selalu menghiasi fenomena masyarakat saat ini. 

Jika kita berusaha melihat lebih seksama, banyak faktor yang menjadi penyebab mengapa seorang ibu tega melakukan hal demikian. Faktor ekonomi, ketidakharmonisan dengan pasangan dan lain sebagainya haruslah didalami dan dicari solusi yang mengakar. Sekulerisme (pemisahan agama dengan kehidupan), aturan yang menstandarkan segala sesuatunya pada materi ini bisa merubah siapa saja untuk berorientasi materi. Aturan hidup yang tidak menggunakan aturan agama, akan melahirkan sebuah kehancuran belaka. Dalam sekulerisme, manusia berhak untuk membuat dan mengatur hidupnya sendiri. Sehingga aturan bermasyarakat dan bernegara dibuat oleh manusia termasuk dalam pengaturan ekonomi. Kebutuhan hidup yang semakin melambung, hampir semua kebutuhan naik drastis bahkan minyak goreng yang menjadi bahan utama ibu-ibu untuk memasak pun ikutan langka dan naik harga. Serta beban hidup lain yang menghimpit rakyat bisa jadi menjadi faktor seorang ibu mengalami stress dan bahkan sampai depresi. Seorang ibu harus berpikir keras untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Terlebih jika seorang ibu harus berjuang sendiri memenuhinya dan tidak ada support system yang bisa membuat dirinya kuat dan berjuang bersama. 

Kasus pembunuhan yang dilakukan seorang ibu kepada anak akan terus terjadi dan berulang selama sistem hidup yang diberlakukan adalah sistem hidup buatan manusia yakni sekulerisme. Karena untuk menyelesaikan masalah ini tidak cukup dengan menyembuhkan kejiwaan seorang ibu secara personal. Namun negara bertanggung jawab untuk menghilangkan berbagai faktor yang menjadi penyebab mengapa sang ibu bisa berbuat demikian. 

Negara berkewajiban untuk memenuhi kebutuhan primer warganya dan pun menjaga kekuatan keimanan warga negaranya dan berusaha untuk mencegah warga negaranya agar tidak melakukan sebuah perbuatan keji dengan memberlakukan sistem hidup yang berasal dari Allah, Sang Pencipta dan Pengatur kehidupan. 

Islam adalah agama sempurna yang Allah turunkan untuk mengatur kehidupan manusia agar bisa selamat dunia dan akhirat. Islam tidak hanya bisa mengatur masalah kejiwaan seorang ibu, tapi pun dalam Islam diatur bagaimana mekanisme negara untuk menjamin dan mengatur urusan hidup rakyatnya dengan baik. Sehingga stress, depresi dan lain sebagainya bisa dihindari. 

Oleh karena itu, sudah saatnya kembali kepada Islam kaffah yang bisa menyelesaikan berbagai masalah dengan tuntas. 
Wallahu’alam bi-showab.

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak