Oleh : Ummu Fairuz
Berbagai kenaikan harga barang telah terjadi di negeri ini. Belum usai kepanikan masyarakat akibat kelangkaan minyak goreng, kini masyarakat harus menghadapi harga elpiji nonsubsidi yang mengalami kenaikan. Bagaikan tidak pernah ada akhirnya, kesusahan yang susul menyusul ini membuat masyarakat Indonesia harus merasakan ketar ketir dalam memenuhi kebutuhan pokok mereka.
Dikutip dari detik fianance pada Senin, 28 Februari 2022, PT Pertamina (Persero) melalui Sub Holding Commercial & Trading, PT Pertamina Patra Niaga bahwa harga gas LPG 12kg di tingkat agen naik menjadi Rp 187 ribu per tabung. Bila dijual secara eceran, harga gas LPG 12 kg per tabung bisa mencapai Rp 200 ribu.
Sebagaimana keputusan yang telah diambil oleh PT Pertamina (Persero) kembali menaikkan harga gas elpiji nonsubsidi per tanggal 27 Februari 2022. Sebelumnya Pertamina juga sempat mengerek harga gas jenis ini pada Desember 2021. Pertamina menyebutkan, penyesuaian ini dilakukan mengikuti perkembangan terkini dari industri minyak dan gas.
“Tercatat, harga Contract Price Aramco (CPA) mencapai US$ 775 metrik ton, naik sekitar 21% dari harga rata-rata CPA sepanjang tahun 2021,” kata Pjs. Corporate Secretary PT Pertamina Patra Niaga, SH C&T PT Pertamina Irto Ginting dalam keterangan tertulis yang diterima Kontan.co.id, Senin (28/2/2022).
Telah diketahui bersama bahwa Indonesia merupakan salah satu negara terkaya dari sisi sumber daya energi primer baik yang tidak dapat diperbaharui seperti minyak, gas dan batu bara maupun yang dapat diperbaharui seperti energi biomassa. Gas alam adalah bahan bakar fosil dalam wujud gas yang terbentuk dari sisa-sisa hewan, tanaman, serta mikroorganisme. Sisa-sisa tersebut tersimpan selama jutaan tahun di bawah permukaan bumi.
Indonesia sendiri dikenal sebagai negara yang memiliki kekayaan flora dan fauna. Inilah mengapa terdapat beberapa daerah di Indonesia sebagai penghasil gas alam terbesar seperti propinsi Kalimantan Timur, Sumatera Selatan, Papua Barat dan Kepulauan Riau. Meskipun demikian, potensi alam yang dimiliki bangsa ini tidak selaras dengan kesejahteraan masyarakatnya. Sungguh disayangkan, masyarakat justru kesulitan dalam memperoleh dan menikmati hasil kekayaan alam negerinya.
Realita yang kita diapati tidaklah mengherankan, apabila potensi tersebut tidak dikelola dengan baik oleh penguasa. Pengelolaan kekayaan alam yang melimpah tersebut justru diserahkan kepada swasta dan asing. Dalam produksi gas, sebagian besar diikat oleh kontrak yang bersifat jangka panjang. Disisi lain, sejumlah produksi ladang gas di negeri ini lebih banyak diekspor ke manca negara seperti ke Jepang, Korea Selatan dan AS. Dengan sistem kontrak tersebut, alokasi untuk domestik menjadi minim.
Kondisi tersebut merupakan sebuah fakta terang benderang bahwa kondisi energi bangsa Indonesia sedang terjajah. Kondisi ini muncul karena jeratan ideologi kapitalisme dalam pengelolaan sumber daya alam Indonesia yang menyebabkan negara tidak memiliki kedaulatan energi. Berbeda dengan konsep dalam agama Islam yang menetapkan bahwa sumber energi yang jumlahnya melimpah masuk ke dalam kategori milik publik yang pengelolaannya oleh negara dan seluruh hasilnya dikembalikan kepada publik. Hanya melalui konsep yang demikianlah, bangsa ini dapat mewujudkan kedaulatan energi.
Tidak lagi pilihan terbaik yang bisa diambil, selain menegakkan kembali sistem Islam dalam kehidupan ini agar tercapai keberkahan bagi seluruh alam.
Wallahu a’lam bishshawab
Tags
Opini