Gerakan Islam Moderat Akibatkan Ruh Ramadhan Sekarat



Oleh : Ummu Hanif, Pemerhati Sosial Dan Keluarga

Gerakan Islam moderat sudah semakin akut di dalam diri kaum muslimin. Bahkan di saat Ramadhan pun, semangat Islam moderat masih cukup tinggi. Sebut saja anjuran nyeleneh yang mengimbau umat Islam menghormati orang yang tidak berpuasa, tidak boleh ada razia orang-orang yang lagi makan di warung-warung saat siang hari, dan menganggap penertiban warung-warung makan yang buka tengah hari sebagai bentuk kezaliman. 

Banyak yang mengkritik sikap mereka seperti itu, tetapi tidak sedikit yang menyatakan dukungannya. Sikap moderat menjadi alasan untuk bersikap toleran tanpa batas kepada siapa pun, bahkan tanpa merasa bersalah keluar dari syariat Islam. Akibatnya, makin banyak orang yang makin cuek dengan lingkungan sekitarnya. Entah segan menegur ataukah tidak mau ribut, yang pasti suasana Ramadhan makin kehilangan “ruh-nya”. 

Padahal kita ketahui Bersama, Ramadhan adalah bulan suci penuh berkah. Amal saleh yang dilaksanakan di dalamnya pun dilipatgandakan pahalanya oleh Allah Swt. Bahkan kitab suci AL qur’an, yang menjadi panduan kaum muslimin, diturunkan pada bulan suci ini. Allah menjadikan satu malamnya sebagai Lailatulqadar, yang nilainya lebih baik dari seribu bulan. 

Sungguh, hal ini berbanding terbalik dengan suasana Ramadhan pada era kekhalifahan Islam. Suasana siang hari Ramadhan, kaum muslimin berpuasa dan menjaga kekhusyukannya. Orang non muslim maupun muslim yang berudzur syar’i akan menjaga makan – minumnya, bukan justru diumbar tanpa ada rasa bersalahnya. Adapun suasana malam hari saat Ramadhan, kaum muslim melakukan sholat Tarawih di masjid-masjid secara berjemaah. Bahkan di ibu kota, khalifah biasanya memimpin langsung sholat tersebut. Mereka hidupkan malam-malam ramadhan dengan memperbanyak ibadah, baik sholat, zikir, membaca Al-Qur’an, dan mengadakan berbagai pertemuan untuk mengkaji Islam. 
Setelah melewati larut malam, menjelang subuh, mereka bangun untuk melakukan sunah sahur. Sahur ini pun di dalamnya mengandung banyak keberkahan, kata Nabi saw.. Oleh karena itu, waktu sahur tidak pernah terlewatkan begitu saja, kecuali akan mereka gunakan sebaik-baiknya. 
Setelah mengambil sahur secukupnya, mereka tidak tidur, tetapi menghidupkan malam-malamnya dengan memperbanyak zikir, membaca Al-Qur’an, dan qiyam al-lail.

Sungguh suasana seperti itu tidak mustahil bisa kembali kita rasakan jika kesadaran untuk mengembalikan Khilafah Islamiah tumbuh dalam jiwa dan pikiran umat Islam, bahkan keberkahan pasti akan Allah turunkan dari langit dan bumi sebagaimana yang pernah dijanjikan dalam kalamNya. Wallahua’lam bi ash showab.

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak