Oleh: Ummu Fairuz
Hingga kini, bara di Palestina masih saja membayangi. Israel menunjukkan kekejamannya kembali. Hal itu dilakukan oleh tentara Israel yang menembak mati seorang perempuan Palestina di dekat Bethlehem, Tepi Barat.
Menanggapi kejadian itu Kementerian Kesehatan Palestina menyatakan, perempuan berusia 40-an tahun itu meninggal dunia di salah satu rumah sakit di kota Beit Jala. Menurut Kemenkes Palestina, perempuan itu tewas karena kehilangan banyak darah akibat arteri yang robek terkena hitam panas tentara Israel. Dilansir dari AFP, tentara Israel kemudian mengonfirmasi insiden tersebut dengan dalih petugas melepaskan tembakan peringatan ketika melihat perempuan itu mendekati tentara di dekat kota Husan.
(www.cnn.indonesia.com,11/04/2022)
Sungguh, sikap yang ditunjukkan beberapa pemimpin dunia sangat tidak adil. Palestina yang telah dulu tertindas, tapi dunia memilih menyibukkan diri dengan masalah Ukraina. Mereka memberi dukungan dan perhatian lebih, bahkan Indonesia yang menjadi mayoritas muslim di dunia meminta agar invasi Rusia ke Ukraina diberhentikan.
Jika kita ketahui bahwa presiden Ukraina pun mendukung zionis Israel untuk melenyapkan saudara kita di Palestina. Ada darah-darah yang mengalir di tubuh mereka. Bahkan, ada getah zalim Ukraina yang nyatanya menjadi penyumbang penduduk ilegal zionis dan di bumi suci Palestina.
Ketidakadilan ini sangat terlihat ketika negara-negara tetangga membuka daerah perbatasan untuk para pengungsi Ukraina, serta negara-negara di Eropa begitu sibuk memberikan bantuan dana, perlengkapan tempur dan logistik, dan tidak ketinggalan negeri-negeri muslim lainnya memberi kecaman atas Rusia.
Di sisi lain, Palestina harus menelan pil pahit bertahun-tahun atas kekejaman Israel. Dunia dan negeri-negeri muslim seolah bungkam. Palestina harus berjuang sendiri mempertahankan kehormatan dan wilayah mereka dan hanya Allah yang menjadi penguat dikala gempuran melanda yang merenggut nyawa orang-orang terkasih dari mereka. Bahkan, setiap tahunnya ketika bulan Ramadhan tiba, saudara-saudara kita yang hendak beribadah ke Masjidil Al-Aqsa yang diberkahi tidak lepas dari kebrutalan Israel.
Palestina tanah yang diberkahi, kini harus berjuang sendiri ketika sang perisai itu runtuh di tangan terlaknat Mustafa Kamal yang mengkotak-kotakan negeri-negeri kaum muslim.
Tragedi Palestina dan Israel hampir 100 tahun lamanya. Akar masalahnya adalah tidak adanya junnah (perisai).
Permasalahan Palestina adalah tentang eksistensi sebuah negara. Keberadaan Israel yang berdiri di atas tanah yang bukan haknya merupakan awal dari sebuah bencana. Bukan persoalan tapal batas karena seolah-olah hari ini kita hanya melihat masalah Palestina dan Israel adalah batas wilayah. Padahal, permasalahannya adalah keberadaan Israel sebagai penjajah. Jadi, masalah Palestina adalah masalah eksistensi bukan perbatasan karena Palestina itu bukan sekedar wilayah dalam batasan-batasan yang ditetapkan secara sepihak pada tahun 1948. Apalagi pada tahun 1967 dengan wilayah yang semakin sempit. Jadi sangat keliru jika sebagian muslim menyerukan agar tanah Palestina dikembalikan sebagaimana dalam batas-batas yang ditetapkan secara sepihak tahun 1948. Harus dicamkan bahwa upaya mengembalikan Palestina tidak lain mengembalikan semua bagian wilayahnya. Sebab wujud Palestina adalah mencakup semua wilayah yang diduduki Israel bukan sebagian apalagi sebagian kecil wilayah yang dibatasi oleh batas wilayah selama ini.
Seharusnya, para pemimpin muslim merujuk pada ajaran Islam bahwa mereka tidak dibenarkan ikut campur apalagi membantu dan mendukung salah satu negara kafir harbifi'lan. Tapi sulit memang karena para pemimpin muslim saat ini hanya sebagai pengekor yang menggantungkan nasib negaranya kepada negara adidaya. Mereka terikat dengan kuat sehingga tidak berani mengambil sikap karena ketidakberdayaan.
Dunia Islam telah kehilangan wibawanya dihadapan musuh-musuh Allah. Padahal, dalam Islam tugas pemimpin adalah menegakkan kewibaan Islam dengan menjadikan ideologi Islam sebagai satu-satunya asas dalam pengaturan seluruh urusan rakyat. Pemimpin dalam sistem Islam berfungsi sebagai junnah (perisai), sekaligus pengurus bagi rakyatnya. Fakta ini pernah terjadi manakala Islam tegak dan berjaya dan berhasil membebaskan Palestina dari kezaliman kekuasaan Romawi. Tentara-tentara Islam selalu menjadi garda terdepan yang dinantikan ketika kedzoliman hadir di tengah-tenagh mereka.
Umat Islam begitu sejahtera di bawah naungan kekhilafahan, sebuah sistem pemerintahan yang menerapkan syari'atnya dalam setiap lini kehidupan.
Wallahu a'lam bishshowab.