Oleh Rizkika Fitriani
Mahasiswa yang tergabung dalam BEM Seluruh Indonesia (SI) akan menggelar aksi demonstrasi di Istana Negara, Jakarta, pada 11 April 2022. Pihak BEM SI memperkirakan sebanyak 1.000 mahasiswa akan ikut demo. Salah satu tuntutannya adalah soal isu penundaan pemilu yang sempat didesak pada aksi 1 April kemarin.
Yang pertama menuntut Presiden Joko Widodo bersikap tegas menolak dan memberikan pertanyaan sikap terhadap penundaan Pemilu 2024 atau masa jabatan tiga periode, karena sangat jelas mengkhianati konstitusi," katanya kepada MPI, beberapa waktu lalu.
Kedua mahasiswa menuntut dan mendesak Presiden Jokowi untuk menunda dan mengkaji ulang UU IKN termasuk dengan pasal-pasal yang bermasalah, serta dampak yang ditimbulkan dari aspek lingkungan, hukum, sosial ekologi, dan kebencanaan.
Ketiga mendesak untuk menstabilkan harga dan ketersediaan bahan pokok di masyarakat. Keempat kami harap Presiden Jokowi mengusut tuntas para mafia minyak goreng serta mengevaluasi kinerja menteri terkait.
Mahasiswa juga menuntut penyelesaian konflik agraria. Terakhir, mahasiswa meminta presiden dan wakil presiden berkomitmen penuh dalam menuntaskan janji kampanya di sisa masa jabatannya. Mahasiswa juga menuntut penyelesaian konflik agraria. Terakhir, mahasiswa meminta presiden dan wakil presiden berkomitmen penuh dalam menuntaskan janji kampanya di sisa masa jabatannya. (Okezone.com, 10/4/2022)
Aksi pada tanggal 11 kemarin membuat heboh publik. Aksi tersebut bukanlah untuk yang pertama kali dilakukan para mahasiswa, justru kesekian kalinya. Begitu banyak para mahasiswa yang memenuhi jalan raya dengan seragamnya masing-masing disertai spanduk yang berisikan slogan mengenai permasalahan. Namun mirisnya, lagi-lagi membuat banyak korban, demo tersebut bukanlah demo secara sehat, justru banyak juga yang terjadi tindak kekerasan. Alih-alih tujuan demo untuk mendesak agar situasi negara saat ini menjadi stabil, justru malah semakin menjadi-jadi.
Tidak heran dinegeri demokrasi yang seakan buta dan tuli tidak mendengar apapun keluhan dari setiap polemik yang rakyat hadapi. Begitu juga dengan para mahasiswa yang saat ini lebih mengarah untuk mendesak pergantian rezim, seakan dengan pergantian rezim bisa dijadikan solusi dan membawa perubahan ke arah lebih baik lagi.
Seharusnya mahasiswa paham mengenai akar permasalahan saat ini, yaitu terletak pada sistem demokrasi itu sendiri, bukan hanya terletak pada rezim hari ini.
Sudah berapa kali rezim/pemimpin berganti di negeri ini, bahkan dari dulu sering mengadakan demo agar diganti rezim yang baru, namun justru masalah tetaplah masalah, tak kunjung henti walau rezim sudah berganti. Itu artinya walaupun berganti rezim beribu kali kalau sistem demokrasi tetap diterapkan dinegeri ini, maka tak akan ada solusi hakiki untuk mengatasi setiap masalah yang terjadi.
Sungguh menggetarkan hati begitu semangat para mahasiswa yang turun kelapangan atas dasar kepedulian dan kesadaran bahwa situasi saat ini sedang dalam permasalah. Itu artinya jiwa pejuang generasi muda sudah tertanam. Hanya saja yang perlu diperbaiki yaitu mengenai proses berpikir. Karena faktanya, proses berpikir terbagi menjadi tiga,
Pertama, pemikiran dangkal. Pemikiran tersebut hanya sekedar melihat dan merasakan, tapi tidak mencari tau tentang apa yang telah terjadi.
Kedua, pemikiran mendalam. Pemikiran mendalam yaitu tau permasalahan tapi tidak paham akar permasalahan dan solusi dari permasalahan tersebut.
Ketiga, pemikiran cemerlang. Yaitu pemikiran yang paham akar permasalahan dan paham solusi hakiki untuk mengatasinya.
Melihat fakta hari ini, pemikiran yang mendominasi saat ini yaitu pemikiran mendalam yang hanya terfokus permasalahan tapi tidak sadar akar permasalahannya dari mana dan bagaimana solusi yang tepat untuk menghentikan permasalahan. Padahal jelas sekali, akar permasalahannya yaitu akibat diterapkannya sistem demokrasi yang semakin nyata kecacatannya.
Setiap kebijakan yang lahir dari demokasi pastilah menimbulkan polemik dan ujung-ujungnya menyengsarakan masyarakat. Karena memang faktanya negeri saat ini tidak berpihak pada masyarakat, tapi lebih berpihak pada oligarki yang hanya mementingkan pribadi.
Seharusnya, sebagai masyarakat terkhusus generasi muda, harus mempunyai pemikiran yang cemerlang dengan meninggalkan sumber kerusakan dan tidak lagi menaruh harapan perubahan pada sistem rusak saat ini. Hanya dengan diterapkannya sistem Islam yang mampu membawa perubahan mendasar.
Jiwa dan raga generasi muda seharusnya digunakan untuk menjadi pejuang Islam, karena memang itulah kewajiban yang harusnya dilaksanakan. Demi mencapai perubahan. Jangan sampai setiap pengorbanan yang dilakukan saat ini berujung sia-sia akibat tak paham akar permasalahan. Dengan terjadinya setiap polemik atas setiap kebijakan seharusnya semakin menambah masyarakat semakin sadar bahwa hanya dengan diterapkannya sistem Islam yang mampu membawa perubahan dan segara persoalan terselesaikan.
Wallahu a'lam bishawwab