Ustaz 'Radikal' dalam Sistem Liberal




Oleh: Lilih Solihah.

Beberapa hari ini beredar kabar di media sosial tentang daftar nama ustaz yang terkategori radikal, meski sumbernya masih harus dipastikan.
Isu radikalisme terus digaungkan. Jokowi mengingatkan para istri personel TNI dan Polri untuk tidak mengundang penceramah radikal dengan mengatasnamakan demokrasi. Jokowi juga menyinggung bahwa tidak ada demokrasi di tubuh TNI dan Polri. (kompas.com, 1/3/2022).

Merespons pernyataan Jokowi, Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) mengeluarkan sejumlah ciri penceramah radikal, yakni pertama, mengajarkan anti-Pancasila dan pro terhadap ideologi Khilafah atau yang ingin mendirikan negara Islam.
Kedua, mengajarkan paham takfiri atau mengafirkan pihak lain yang berbeda paham ataupun agama. Ketiga, menanamkan sikap antipemimpin atau pemerintahan yang sah.
Keempat, memiliki sikap eksklusif terhadap lingkungannya, bersikap intoleran terhadap perbedaan. Kelima, berpandangan anti budaya atau kearifan lokal keagamaan (cnnindonesia, 5/3/2022).

Namun anehnya, ustaz-ustaz yang dituding radikal itu justru merupakan deretan ustaz favorit umat. Misalnya saja Ustaz Felix Siauw yang banyak diikuti anak muda, juga Ustaz Abdul Somad yang digemari umat. mengapa rezim terus saja memviralkan topik seperti ini? Seberapa mendesak isu radikalisme untuk diarus utamakan?

Isu radikalisme sepertinya tidak habis-habis rezim gaungkan. Seolah-olah radikalisme adalah masalah utama negara. Permasalahan ini seolah lebih penting daripada kisruh minyak goreng yang mahal dan langka, korupsi yang merajalela, elpiji yang harganya melejit, tahu tempe yang sempat hilang di pasaran, wabah yang tidak kunjung usai, ekonomi yang masih seret, JHT yang ditahan, gaduh soal azan diserupakan dengan gonggongan anjing, dan aneka persoalan negara yang tidak kunjung mendapatkan penyelesaian secara tuntas

Sesungguhnya isu radikalisme bukanlah persoalan utama rakyat, melainkan isu pesanan dari negara-negara Barat (Amerika dan antek- anteknya) atas nama dunia internasional untuk menjauhkan umat Islam dari agama dan ideologinya. Dengan melarang rakyat dan aparat (TNI dan Polri) untuk mengundang dan mendengarkan tausiah para ustaz tersebut, penguasa berharap tidak ada lagi yang akan membedah kezaliman penguasa dan sistem kapitalisme yang mereka terapkan, sekaligus memberi solusi Islam terhadapnya. Begitulah kerjanya sistem kapitalisme yang kita emban saat ini, pelan- pelan agama semakin dijauhkan dari kehidupan

Sesungguhnya persoalan utama rakyat saat ini adalah penerapan sekularisme dan kapitalisme di tengah kehidupan mereka
Padahal solusi terhadap aneka kerusakan tersebut semuanya ada dalam Islam. Namun tidak hanya jauh, umat bahkan buta tentang Islam. Umat pun menempatkan Islam hanya sebagai agama ritual, sementara aspek politiknya ditinggalkan.

Sejatinya sudah saatnya umat melek dan sadar bahwa solusi untuk menyelesaikan permasalahan saat ini hanyalah dengan menerapkan Islam secara keseluruhan menjadi aturan kehidupan, karena hanya dengan Islam yang punya solusi sistematis, sempurna berasal dari Allah, pencipta kehidupan, manusia, dan alam semesta.


Wallahua'lam bisshawab...

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak