Oleh : Mira Sutami H ( Pemerhati Sosial dan Kebijakan Publik )
Generasi adalah harapan bagi bangsanya. Di tangan - tangan merekalah tampuk kepemimpinan akan kita serahkan. Namun potret buram dunia remaja saat ini kian membikin miris para orangtua. Banyak sekali kenakalan serta tindak kriminal dilakukan oleh para pemuda bahkan pelajar. Bahkan para pelajar itu seringkali melakukan aktivitas yang membahayakan semisal tawuran. Bahkan mereka melakukan tawuran sesama pelajar tanpa sebab yang jelas bahkan mereka mempersenjatai diri dengan senjata tajam. Sampai - sampai jatuh korban pula.
Baru - baru ini ada dua kejadian tawuran yang terjadi di dua tempat yang berbeda. Pertama kejadian di Depok namun belum sampai terjadi tawuran bahkan 7 orang ABG diamankan polisi. Polisi mengetahui hal itu karena para ABG itu mencari lawan lewat media sosialnya. Mereka mencari lawan di Jalan Cagar Alam, Depok. Polisi mengamankan ABG tersebut bersama senjata tajam 2 celurit dan 2 parang. ( detiknews.com,27/2/2022 )
Sedang kejadian ke 2 terjadi di Salatiga yang tawuran tersebut melibatkan sejumlah pelajar SMP. Polisi pun berhasil menggagalkan aksi tawuran tersebut. Delapan siswa SMP diamankan dengan sejumlah senjata tajam diantaranya sabit dan sabuk gir sepeda motor. Polisi dapat mencegah aksi tawuran tersebut setelah mendapatkan laporan dari warga sekitar lokasi kejadian. Bahkan dua kelompok pelajar tersebut sudah berhadap - hadapan. (Republika.co.id, 15/2/2022)
Dua kasus diatas bukanlah kasus yang pertama terjadi. Kasus tawuran bahkan sering berulang terjadi baik antar pelajar atau bahkan antar pemuda. Bahkan pada tahun 2021 Polresta Bogor kota menangani 45 kasus tawuran pelajar. Hal ini terjadi di sejumlah wilayah kota Bogor. ( Bogor.Ayoindonesia.com, 17/12/2021)
Menurut Retno Listyarti , Komite Bidang Pendidikan KPAI, KPAI mencatat ada 17 kasus kekerasan yang melibatkan peserta didik dan pendidik. Kasus tawuran antar pelajar itu terjadi di 11 provinsi, seperti Jawa Barat, Jawa Timur, DI Yogyakarta, DKI Jakarta, Banten, Kepulauan Riau, Sulawesi Tenggara, Kalimantan Utara, NTT, NTB dan Sumatera Selatan. Bahkan menurutnya meski andemi Covid 19, namun tawuran tetap terjadi. Bahkan menurut data Polres Bogor sepanjang 2021 terjadi peningkatan jumah tawuran. Bahkan ada korban meninggal sebanyak 5 orang. Bahkan ada 1 korban yang mengalami kelumpuhan akibat dikeroyok oleh temannya. ( PikiranRakyat.com, 29/12/2021)
Sebenarnya banyak pihak yang telah melakukan pembinaan agar tidak lagi ada tawuran. Namun faktanya tawuran terus saja terjadi semakin meningkat saja jumlah tawuran yang terjadi. Bahkan korban tawuran juga makin berjatuhan. Mengapa hal ini terjadi ? Bila kita telisik dengan cermat semua akibat dari penerapan sistem sekuler. Sistem sekuler telah mencetak generasi yang jauh dari agama. Sehingga para generasi saat ini mudah tersulut emosi. Apalagi tontonan yang mereka saksikan juga berbau kekerasan dan tidak berfaedah. Bahkan kurikulum pendidikan saat ini lebih mengedepankan ilmu pengetahuan dan teknologi. Minim nilai agama, apabila belajar agama hanya sekedar teori semata tanpa ada praktek dalam kehidupan sehari - hari.
Bukan rahasia umum bila generasi muslim adalah target bagi penjajah barat. Mereka ingin melemahkan mereka tanpa mereka sadari. Para generasi dicekoki dengan budaya bebas nilai. Dan pandangan bahwa segala sesuatu yang berasal dari barat itu paling bagus. Para penjajah melenakan generasi lewat makanan, pakain, film, dan kesenangan yang lain. Para penjajah mengemas semua semenarik mungkin sehingga para generasi bahkan orang tua juga tidak sadar akan hal itu.
Sedang negara juga abai terhadap masalah yang melanda generasi saat ini. Mereka lebih berpihak pada penjajah juga karena para penguasa ingin melanggengkan kedudukan mereka dengan mengikuti arahan barat. Akibatnya generasi menjadi tumbal kepentingan politik. Mereka tidak paham bahwa generasi harus diselamatkan agar menjadi generasi terbaik. Namun akibat keserakahan sistem kapitalisme yang diterapkan saat ini. Itu semua tak lagi jadi tujuan mereka, yang penting mereka untung.
Hal ini saat berbeda dengan sistem lslam dimana generasi sangat dijaga sekali. Dari sistem pendidikannya saja berbasis akidah. Dimana tujuan sistem pendidikan lslam itu mencetak generasi yang bertakwa kepada Allah sekaligus cakap di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi. Serta menjadikan seluruh syariat lslam yang untuk mengatur hidup mereka. Maka tak heran bila di jaman kekhilafahan terdahulu banyak bermunculan ulama sekaligus ilmuwan. Semisal ibnu Sina, Al Khawarizmi, Al Farabi, Al Battani, At Tabrani dan masih banyak lagi yang lainnya. Dimana ilmu dan penemuan mereka masih bisa kita nikmati saat ini. Hal ini bertolak belakang dengan produk generasi saat kapitalisme yang diterapkan.
Dan hal itu hanya akan terjadi ketika lslam di diterapkan secara menyeluruh dalam seluruh aspek kehidupan. Tentu saja dengan institusi khilafah tentunya. Bila umat peduli akan nasib generasi saat ini maka kita harus berupaya untuk kembali pada aturan Allah secara sempurna tanpa memilih - milih aturan yang bisa kita lakukan. Namun kita harus berjuang untuk kembali kepada lslam sebagaimana baginda nabi contohkan.
Wallahu a'lam bish shawab