Ritual Klenik Kian Nyata: Tantang Allah Yang Maha Kuasa



Oleh: Hamnah B. Lin

         Aksi pawang hujan, Rara Istiani Wulandari dalam melakukan ritualnya untuk menyingkirkan hujan dari lokasi acara MotoGP Mandalika 2022 menjadi viral dan sorotan dalam dan luar negeri (RepublikMerdeka, 20/3/2022).
         Masih dari sumber yang sama, bahwa banyak pihak yang memberikan apresiasi atas aksi pawang hujan tersebut, hingga banyak yang tertawa melihat aksinya di tengah penonton.
         Salah satu pihak yang memberikan tanggapan tersebut, yaitu Ketua Umum (Ketum) Persaudaraan Alumni (PA) 212, Ustaz Slamet Ma'arif saat melihat video penjelasan Rara cara mengatasi hujan di lokasi MotoGP.
         "Hehehe sumpah pingin ketawa tapi malu, malu jadi bahan ketawaan negara maju," ujar Slamet kepada Kantor Berita Politik RMOL, Minggu malam (20/3).
         Tanggapan juga muncul dari Ustadz Basalamah, yang kami ambil dari laman suarasurakarta, 20/2/2022. Beliau menyampaikan bahwa jika berkaca pada ajaran Islam, mempercayai pawang hujan hukum haram. Hal itu diutarakan oleh seorang pendakwah Ustaz Khalid Basalamah melalui akun twitter @eshatehsyah. "Pawang hujan itu dukun atau penyihir. Taro telur di belakang rumah, taro keris supaya tidak hujan itu jin yang jaga," ucap Ustaz Khalid Basalamah. 
         Sungguh memprihatinkan, praktek kesyirikan makin nyata tampak didepan mata. Sudah tak ada lagi rahasia, karena ibarat senjata, sudah menjadi senjata pamungkas untuk menyerang "kekuatan yang tak terbatas".
         Kini, syirik dianggap lumrah dan wajar. Bersedekah ke lautan, mendatangi dukun (orang pintar), membanggakan satu sistem atau hukum yang datangnya bukan dari Allah, ataupun membayar pawang hujan untuk mengatur turun atau tidaknya hujan.
         Apakah karena kebodohan mendominasi umat hingga umat tidak lagi mampu membedakan mana kesyirikan dan kebaikan? Setan berhasil menjadikan orang sensitif pada dosa tapi tidak sensitif pada kesyirikan. Padahal dosa bisa diampuni oleh Allah Swt. sementara kesyirikan tidak akan bisa diampuni oleh Allah Swt. apalagi kesyirikan itu sampai dibawa mati.
           Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah berkata: “Syirik ada dua macam; pertama syirik dalam Rububiyyah, yaitu menjadikan sekutu selain Allah yang mengatur alam semesta dan yang kedua Uluhiyyah, yaitu beribadah (berdo’a) kepada selain Allah, baik dalam bentuk do’a ibadah maupun do’a masalah." Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bahwa beliau bersabda “Sesungguhnya jampi-jampi, jimat, tiwalah (semacam pelet) itu termasuk perbuatan syirik.” (HR. Ahmad, Abu Dawud, Ibnu Majah, dan Al-Hakim, dan beliau menshahihkannya)
.         Dan syirik merupakan bentuk kemaksiatan yang paling besar kepada Allah Azza wa Jalla, syirik merupakan sebesar-besar kezhaliman, sebesar-besar dosa yang tidak akan diampuni. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman: “Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya.” (QS. An Nisa’: 48).
          Minimnya pemahaman agama membuat kesyirikan mudah diterima. Allah Swt. berfirman, “Dan mereka menyembah selain daripada Allah apa yang tidak dapat mendatangkan kemudaratan kepada mereka dan tidak (pula) kemanfaatan, dan mereka berkata: “Mereka itu adalah pemberi syafaat kepada kami di sisi Allah.” Katakanlah: “Apakah kamu mengabarkan kepada Allah apa yang tidak diketahui-Nya baik di langi dan tidak (pula) di bumi?” Maha Suci Allah dan Maha Tinggi dan apa yang mereka mempersekutukan (itu)." (QS Yunus: 13)
         Dalam surah lain Allah mengabarkan, “Ingatlah, hanya kepunyaan Allah-lah agama yang bersih (dari syirik). Dan orang-orang yang mengambil pelindung selain Allah (berkata): “Kami tidak menyembah mereka melainkan supaya mereka mendekatkan kami kepada Allah dengan sedekat-dekatnya.” Sesungguhnya Allah akan memutuskan di antara mereka tentang apa yang mereka berselisih padanya. Sesungguhnya Allah tidak menunjuki orang-orang yang pendusta dan sangat ingkar.” (QS Az Zumar: 3)
         Pelaku kesyirikan memiliki seribu satu alasan untuk membenarkan perbuatan syiriknya meski telah diperingatkan oleh Allah lewat kalam-Nya. Jika masyarakat sudah dikepung oleh kesyirikan dan telah terbiasa berinteraksi dengan kesyirikan, mereka pun memakluminya padahal kesyirikan ialah puncak kemungkaran. Membiarkannya, justru menjadi malapetaka di tengah umat Islam. 
        Malapetaka terbesar lainnya adalah mengabaikan penerapan syariah secara kâffah apalagi menolaknya. Sebabnya, hilangnya penerapan syariah secara kâffah menjadi pintu bagi penyebaran berbagai kemungkaran dan kemaksiatan lainnya di masyarakat. Penerapan syariah secara kâffah tidak akan terwujud kecuali dengan pengangkatan seorang imam atau khalifah, yakni dengan tegaknya Khilafah. Hilangnya Khilafah, dengan begitu, termasuk kemungkaran paling besar. Bahkan hilangnya Khilafah—yang mengakibatkan hilangya penerapan syariah secara kâffah—oleh para ulama disebut sebagai ummul jarâim (induk kejahatan) dan menjadi bencana terbesar yang menimpa umat Islam. 
         Saat ini ketiadaan Khilafah menjadikan kesyirikan merajalela. Karena sistem demokrasi kapitalistik merupakan induk dari kemaksiatan dan kesyirikan. Kebebasan yang diusung telah membawa jauh umat ini dari standart baku yang benar menurut Islam. Semua terasa abu-abu, tidak jelas hitam dan putih, tidak jelas mana yang halal dan haram, tidak jelas mana yang harus dibela dan mana yang harus dilawan.
          Maka peran negaralah yang menjadi kunci hilaangnya berbagai praktek syirik ini. Negara akan memberikan ilmu di majelis-majelis yang tersebar ditengah masyarakat. Hingga terwujudlah perintah Allah SWT tentang wajibnya menuntut ilmu bagi seluruh kaum muslim. Dan negara yang mengambil aturan Allah untuk dijadikan sebagai hukum/aturan dalam negaranya adalah sumber dari kebaikan dan barakahnya negara tersebut.
         Maka janganlah diam dengan praktek kesyirikan yaang makin menggila. Teruslah bersuara dan bergerak agar Allah ridha dengan negeri kita. Jangan diam dalam arti sepakat dengan kesyirikan, dimana itu artinya adalah menantang Allah SWT Yang Maha Kuasa.
Wallahu a'lam biasshawab.

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak