Politik Klenik di Tengah Situasi Penuh Kritik

Oleh: Yuke Octavianty
(Komunitas Pejuang Pena Dakwah)


Saat penolakan terhadap pembangunan IKN (Ibu Kota Negara) terus bergelora, justru para pemimpin negara melakukan aktivitas tak terduga. Dalam acara "camping" Presiden yang dilakukan di titik nol Ibu Kota Negara pada tanggal 14/3/2022, dijadwalkan juga kehadiran para gubernur se-Indonesia untuk melakukan ritual "Kendi Nusantara" (kumparan.com, 14/3/2022). 


Dalam acara tersebut, para gubernur diminta membawa tanah dan air dari daerah masing-masing. Air satu liter dan tanah sekitar 2 kg. Demikian diungkapkan H.M. Syafranuddin, Gubernur Kalimantan Utara. Pun demikian dengan pemimpin daerah lain. Semua tanah dan air yang terkumpul akan disatukan dalam kendi yang dinamakan Kendi Nusantara, yang terbuat dari tembaga (kumparan.com, 14/3/2022). Dan selanjutnya kendi ini akan disimpan di titik nol Ibu Kota Negara. 


Tentu hal ini menimbulkan pertanyaan besar di benak rakyat. Untuk apa para pemimpin negeri melangsungkan ritual yang dianggap "aneh" seperti ini?


 Dalam cuitan tweeternya, Tifatul Sembiring, anggota DPR RI, berkomentar, "Jika tanah dan air dari setiap propinsi ini dikumpulkan, ya boleh-boleh saja. Tapi, jika tujuannya ritual mistis, ngalap berkah dan berlindung kepada selain Allah SWT., maka MUI dan para ulama harus memberikan peringatannya".


Senada dengan Tifatul, Dosen Program Studi Pendidikan Sosiologi Antropologi FKIP Universitas Lambung Mangkurat, Nasrullah menganggap Kendi Nusantara yang diadakan Jokowi cenderung mengada-ada (nasional.tempo.co, 15/3/2022). 
Advokat Muslim Ahmad Khozinudin S.H. mempertanyakan relevansi antara penyatuan tanah dan air dalam kendi dengan pembangunan IKN. Beliau merasa heran, saat Presiden Jokowi melakukan ritual yang jelas melanggar syariat, di saat yang sama juga meminta keberkahan dari Allah SWT. "Kemanakah logika para pemikir intelektual saat kebodohan yang begitu telanjang seperti ini?" Demikian imbuhnya (mediaumat.id, 16/3/2022). Tentu hal ini akan merusak pemikiran umat. Sekaligus merusak akidahnya.
Saat setumpuk masalah yang dihadapi negeri ini terus menggunung, para pemimpin pun menjadi sangat bingung. Hingga akhirnya hilang arah dalam mengendalikan akal sehat. Akhirnya memilih jalan pintas, berharap agar segala masalah dapat tuntas dengan jalan kesyirikan. 


Tradisi "klenik" semacam ini tentu jauh dari tuntunan syariat. Inilah buah dari sistem demokrasi sekuler yang jauh dari aturan agama (syariat Islam). Saat syariat ditanggalkan, tentu semua masalah pun akan tambah berantakan. Karena meniadakan Allah SWT. dalam proses penyelesaiannya. Sistem cacat yang hingga saat ini dianut adalah sistem yang sesat. Sistem rusak yang harus segera dicampakkan. Karena terbukti tak bisa menuntaskan semua masalah. 


Dari Abu Hurairah ra., Rasulullah SAW. bersabda, " Barangsiapa mendatangi dukun, lalu mempercayai apa yang diucapkannya, maka ia telah kafir terhadap apa yang diturunkan kepada Muhammad SAW. (HR. Abu Daud).


Islam-lah kunci utama solusi segala masalah. Islam dengan segala syariatNya yang sempurna dalam pengaturan kehidupan. Tak menyandingkan Allah SWT. sebagai pengatur alam semesta dengan segala sesuatu apapun. Saat Allah SWT. disandingkan dengan sesuatu (sesembahan) yang lain, adzab-lah yang akan datang. Karena menyekutukan Allah adalah salah satu dosa besar yang tak diampuni. Dan tentu mengundang murka Allah SWT. 


Negeri yang sejahtera hanya dapat diraih dengan penerapan syariat Islam yang sempurna. Inilah urgenitas yang sebenarnya. Syariat Islam dalam wadah institusi yang shahih, teladan Rasulullah SAW., Khilafah manhaj An Nubuwwah. 


Wallahu a'lam bisshowwab.

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak