Polemik Ritual Kendi Nusantara



Oleh: Luthfia ‘Indana Zulfa

Dalam rangka mengawali pembangunan IKN (Ibu Kota Negara) di Kalimantan Presiden Indonesia, Joko Widodo bersama para gubernur mengadakan ritual kendi nusantara (14/3). Sebelumnya para gubernur sudah menyiapkan satu liter air dan dua kilogram tanah dari masing-masing daerah. Setelah itu, keseluruhan air dan tanah dimasukkan ke dalam sebuah kendi besar yang disebut sebagai kendi nusantara. Diharapkan dengan ini dapat menyatukan Indonesia dan harapan baru lainnya.

Kegiatan yang dilakukan di titik nol kilometer Ibu Kota Negara (IKN) baru ini rupanya mendapat banyak pertentangan. Ditengah polemik terkait pindahnya ibu kota Negara yang belum selesai, datang lagi masalah tentang diadakannya ritual nusantara tersebut. pasalnya ritual ini dianggap sebagai ritual syirik dan tak boleh dilakukan. Beberapa orang menanyakan bagaimana nasib Indonesia apabila diawali dengan ritual seperti itu.

Seperti yang diketahui Indonesia masih cukup kental dengan hal-hal klenik dibeberapa daerah tertentu. Dan saat ini Islam adalah agama mayoritas di Indonesia. Mempercayai selain Allah adalah perbuatan syirik. Dan syirik adalah dosa besar yang tidak diampuni Allah SWT. Sebagaimana Firman-Nya:

اِنَّ اللّٰهَ لَا يَغْفِرُ اَنْ يُّشْرَكَ بِهٖ وَيَغْفِرُ مَا دُوْنَ ذٰلِكَ لِمَنْ يَّشَاۤءُ ۚ وَمَنْ يُّشْرِكْ بِاللّٰهِ فَقَدِ افْتَرٰٓى اِثْمًا عَظِيْمًا 
“Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni (dosa) karena mempersekutukan-Nya (syirik), dan Dia mengampuni apa (dosa) yang selain (syirik) itu bagi siapa yang Dia kehendaki. Barangsiapa mempersekutukan Allah, maka sungguh, dia telah berbuat dosa yang besar." (QS. An Nisa: 48).

Dari ayat di atas dijelaskan bahwa syirik adalah dosa yang tidak akan diampuni Allah SWT. Perbuatan syirik membuat Allah murka dan dapat mengundang datangnya Azab. Lebih baik membuat kegiatan yang bermanfaat dan mendapatkan ridho-Nya.

Ditengah-tengah perdebatan pindahnya Ibu kota Negara ini, seharusnya pemerintah dapat menyelesaikannya dengan baik, bukan menambah masalah baru. Penerapan sistem kapitalis demokrasi di Indonesia membuat para pemilik modal ikut memiliki kepentingan dalam pemindahan ibu kota. berbeda halnya dengan penerapan sistem Islam, dalam islam kepentingan umat menjadi prioritas Negara. Sehingga tidak ada istilah yang kaya makin kaya dan yang miskin semakin miskin. Sebagai umat Islam, sudah sepatutnya kita menerapkan aturan Islam bukan yang lain.

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak