LPG NAIK LAGI?



Oleh : Ummu Rozana

 Harga LPG nonsubsidi disebut-sebut bisa naik lagi. Hal ini karena harga minyak dunia yang terus merangkak naik ke level US$ 130 per barel.
Kondisi ini bisa mempengaruhi harga bahan baku untuk LPG nonsubsidi. Dikutip dari data Reuters disebutkan harga minyak Brent saat ini tercatat di level US$ 129,78 per barel atau naik 9,9%. Lalu untuk West Texas Intermediate (WTI) AS naik menjadi US$ 126,51 naik 9,4%. ( finance.detik.com /7 maret 2022)

Melonjaknya harga LPG non subsidi dengan harga Rp 11.500 per kg, kemudian naik pada Desember 2021 menjadi Rp 13.500 per kg, dan pada Minggu 27 Februari 2022 kembali naik menjadi Rp 15.500 per kg.

 Kenaikan dari  harga gas LPG nonsubsidi 3 bulan berturut turut ini, Dikhawatirkan akan melonjaknya harga gas melon. Dikarenakan banyaknya pembeli atau pelanggan gas non subsidi 5 kg  atau 12 kg beralih menggunakan  gas bersubsidi  ( gas melon ) yang harganya  lebih murah. 

 Karena meningkatnya pengguna gas melon, otomastis akan membuat stok barang menipis bahkan kosong dan akhirnya yang terjadi adalah kelangkaan yang puncaknya adalah naiknya gas melon.

Penjelasan Kepala Dinas Perdagangan Kota Jogja Yunianto Dwi Sutono mengatakan besar kemungkinan harga gas LPG ukuran 3 kilogram ikut terkerek kenaikan harga sejumlah komoditas barang, termasuk LPG nonsubsidi.

 Dampak yang begitu dirasakan langsung adalah usaha warung. Untuk menutup kerugian akan mahalnya gas LPG ini, maka mereka akan menaikkan harga makanan atau harga tetap tapi dengan porsi kebih sedikit dari biasanya. Dan ini dipastikan akan berdampak lagi akan nilai jual beli masyarakat yang akan menurun. Tak heran jika akhirnya akan membuat rugi pemilik warung yang akhirnya akan bangkrut.

Datangnya masalah lain yang terjadi adalah praktek kecurangan, yakni mengurangi isi LPG  oleh oknum agen ataupun diberi campuran bahan lain untuk mendapatkan keuntungan yang besar, yang justru nanti akan berdampak keselamatan yakni meledaknya gas LPG.

Kita ketahui, impor LPG dari tahun ke tahun memang terus meningkat. Karena memang indonesia mengimpor minyak baik mentah maupun olahan. Dan pada 2019  indonesia mengimpor 75% dari total kebutuhan LPG.

Alasan lain adalah bahwa  produksi kilang dalam negeri belum memadai. Medio 2011, misalnya, nilai impor masih di angka 48,9% dari total kebutuhan. Sedangkan awal 2022 ini, angkanya sudah mencapai 80% dengan total nilai hampir Rp100 triliun.

Sebenarnya Indonesia Kaya akan SDA yang melimpah dengan cadangan gas terbesar kedua setelah Cina di kawasan Asia Pasifik.

 Menurut BP Energi Statistics, Indonesia memiliki cadangan gas mencapai 2,8 triliun meter kubik. Seharusnya mampu untuk mengatasi  dan berinovasi dalam penggunaan LPG. Yakni dalam tata kelola yang bobrok ( kapitalisme) menuju kepada tata kelola  yang solutif( islam). Karena masalah mendasar negeri ini adalah tata kelola dengan asas kapitalis dengan semua aset atau SDA dikuasai asing dan digunakan oleh asing. 

Dan negara tidak bisa mengambil alih dalam pengelolahan SDA ini.
Seperti adanya pipa gas alam dari Natuna yang justru disalurkan ke Singapura.  Yang seharusnya bisa digunakan untuk masyarakat indonesia secara luas.

Bersumber dari sistem kapitalisme saat ini. Sangat miris ketika sumber kekayaan melimpah ruah ini, tak lain karena dimiliki dan dikuasai asing, maka rakyatpun tidak ikut merasakan hasil dari kekayaan bumi sendiri karena dikendalikan oleh pihak asing. Bahkan harus membayar mahal atas kekayaan sendiri.
  
BAGAIMANA DENGAN ISLAM?

Hal ini berbeda dengan sistem pengelolaan SDA dalam Islam  yakni Semua SDA akan dikelola oleh negara untuk dikembalikan lagi untuk kepentingan  rakyat. Karena asas didalam islam adalah Riayah syu'unil umah yakni melayani atau mengurus ummah dengan sebaik baiknya.

Rasulullah saw. bersabda, “Kaum muslim berserikat dalam tiga perkara yaitu padang rumput, air dan api.” (HR Abu Dawud dan Ahmad)

Hadits diatas mengandung arti bahwa 3 perkara diatas haram dimiliki atau dikelola perorangan apalagi asing.

Maka disini islam menjadikan negara yakni 
Khilafah untuk mengelola SDA   ( gas alam dan minyak ) secara mandiri dengan berbagai usaha dan inovasi dalam menemukan energi alternatif sehingga terhindar dari intervensi asing sehingga menjadi negera yang kuat dan tidak bergantung kepada negara lain.
 Untuk hasil pengelolahan tersebut akan diberikan pada rakyat, baik muslim maupun nonmuslim dengan harga murah bahkan gratis.

Dan hasil dari penjualan atau pendapatan  tersebut yang nantinya akan digunakan untuk kepentingan rakyatnya itu sendiri yakni pendidikan, kesehatan dll. Dan juga mampu membangun infratstruktur dalam rangka memudahkan urusan rakyat dan negara.
 
Dan itu sudah terbukti sejak 14  abad yang lalu. Bagaimana khilafah mampu menjadikan rakyatnya sejahtera dengan begitu gemilang.

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak