Oleh: Ummu Diar
Sya'ban akan menuju pertengahan, artinya Ramadhan semakin mendekat. Tentu ini merupakan kabar gembira bagi siapapun yang telah mengetahui keutamaan bulan penuh berkah tersebut. Berbagai persiapan dilakukan, semuanya ditata agar berkesempatan merasakan lezatnya ibadah Ramadhan. Sya'ban dilalui dengan perencanaan, melanjutkan semangat Rajab untuk menyambut limpahan pahala bulan mulia.
Tak ketinggalan pula persiapan secara batin, melalui panjatan doa yang dipersering:
اللَّهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِيْ رَجَبَ وَشَعْبَانَ وَبَلِّغْنَا رَمَضَانَ
Artinya: “Ya Allah, berkahilah kami pada bulan Rajab dan bulan Sya’ban dan pertemukanlah kami dengan bulan Ramadhan.”
Hanya saja, tidak sedikit yang justru terlena ketika berada di antara Rajab dan Ramadhan. Karena itu, Nabi mengingatkan:
ذَلِكَ شَهْرٌ يَغْفَلُ عَنْهُ النَّاسُ
“Itu adalah bulan, dimana orang-orang melalaikannya.” (Hr. at-Tirmidzi dan an-Nasa’i dari Usamah bin Zaid ra)
Para ulama’ pun mengatakan, “Hadits ini menjadi dalil tentang disunahkannya menghidupkan waktu-waktu yang dilalaikan orang dengan ketaatan. Itu tentu lebih dicintai Allah Azza wa Jalla. Sebagian ulama’ salaf suka menghidupkan waktu di antara dua Isya’ [Maghrib-Isya’] dengan shalat. Mereka mengatakan, “Ini adalah waktu yang dilalaikan.”
Maka menjadi penting bagi setiap diri untuk terus bermuhasabah, terus menjaga diri agar tidak termasuk di antara mereka yang melalaikan. Mengapa? Sebab selama Rajab kemarin tidak sedikit di antara kita yang memulai menanam benih kebaikan. Dalam hal memperbanyak sunnah hingga dalam urusan menjalankan kewajiban dakwah.
Dan apabila menoleh pada beberapa peristiwa sejarah, terutama yang berhubungan dengan dakwah, Rajab memberikan teladan perjuangan umat terdahulu ketika meninggikan Islam. Dakwah dilakukan sepenuh cinta, hingga melalui jalan juang fisik yang luar biasa. Peristiwa penting tersebut banyak yang berlangsung di bulan Rajab, dari tahun ke tahun.
Di antaranya adalah peristiwa hijrah pertama ke Habasyah, peristiwa Isra' Mi'raj, pertemuan Nabi SAW dengan kaum Anshar, peralihan kiblat kaum muslimin, pengiriman detasemen Abdullah bin Jahsyi yang menjadi awal perang Badar, peristiwa Tabuk, pembebasan Damaskus, peristiwa Yarmuk, pengembalian Baitul Maqdis, hingga peristiwa duka runtuhnya kekhilafan Utsmaniyah di 28 Rajab 1342 H.
Deretan peristiwa ini merupakan pengingat bahwa di samping menanam benih ibadah sunnah, Rajab juga diwarnai semangat juang meninggikan Islam. Seimbang antara kewajiban dan penyempurnaan kewajiban melalui sunnah. Dan inilah yang sekiranya perlu terus dipupuk selama Sya'ban. Perlu terus dijaga agar semangat syiar Islam, semangat meninggikan amar makruf nahi munkar tidak
Betapa baiknya bila banyak kewajiban yang akan meningkat tatkala Ramadhan datang. Bukankah itu derajatnya lebih tinggi dibandingkan yang sunnah? Dan betapa berkahnya jika banyak kewajiban yang dilipatgandakan pahalanya?
Itulah kiranya salah satu alasan yang menyebabkan umat terdahulu tidak surut memperjuangkan Islam di saat bulan Rajab maupun Sya'ban. Kala itu memang mereka terkoordinasi dalam kesatuan kepemimpinan Islam. Sehingga arah perjuangan meninggikan Islam terjaga dan terorganisir. Hal itu tentu berbeda dengan kondisi saat ini.
Iya pasca keruntuhan kekhilafahan Utsmaniyah, praktis kesatuan kepemimpinan kaum muslimin tidak lagi ada. Kondisi umat berubah. Yang awalnya hidup dalam suasana Islam terjaga, justru dikepung dengan kondisi sebaliknya. Apa yang diharamkan Islam malah merajalela, sedangkan apa yang diajarkan Islam dinilai aneh atau bahkan dianggap berbahaya.
Maka relevan apa yang disampaikan oleh Ustadz Taufiq NT dalam acara puncak Ekspo Rajab 1443 H, "Runtuhnya khilafah adalah musibah. Yang harus kita lakukan adalah tetap menyampaikan kebenaran di tengah-tengah umat meskipun ditolak, karena Allah akan mengganti dengan pahala yang besar." [1]
Informasi akan kondisi inilah yang sekiranya tepat untuk dijadikan landasan dalam menjaga semangat Rajab dan mempersiapkan Ramadhan terbaik, yakni menjaga untuk terus berusaha menyampaikan kebenaran di tengah-tengah umat. Menjalankan kewajiban menyampaikan Islam, sembari tidak melepaskan aktivitas sunnah yang lainnya. []
Referensi:
1. https://www.muslimahvoice.com/2022/02/runtuhnya-khilafah-adalah-musibah.html