Oleh: Hamnah B. Lin
Di tengah terpaan kurikulum moderasi beragama dalam sekolah yang masif, generasi di ujung tanduk kehancuran. Ketakwaan kepada Allah SWT tidak lagi menjadi prioritas dalam membentuk kepribadiaan generasi, padahal dia muslim, yang ketakwaan kepada Allah SWT itu adalah kewajiban baginya.
Sebagaimana juga halnya dengan syariat menghormati orang tua, sudah semestinya tak perlu lagi ada penafsiran lain. Karena Allah SWT sudah jelas dalam Al- Quran surat Al-Isra ayat 23-24 yang artinya: "Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia."
Juga terdapat dalam hadits Rasulullah saw. yang diriwayatkan oleh HR. Tirmidzi yang berbunyi: "Ridho Allah itu tergantung ridho kedua orang tua dan murka Allah juga tergantung kepada murka kedua orangtua." (HR. Tirmidzi).
Memuliakan orang tua adalah sikap terpuji yang seharusnya dimiliki oleh setiap anak. Dalam Islam, memuliakan orang tua adalah bagian dari birrul walidain (berbakti kepada kedua orang tua). Menghormati, menghargai bahkan memuliakan orang tua harus senantiasa diajarkan kepada anak dalam keluarga terlebih terhadap anak remaja. Mereka diberitahu agar paham bahwa memuliakan orang tua merupakan akhlak yang terpuji, ada pahala yang akan didapatkan. Hubungan kasih sayang dan harmonis antara orang tua dan anak akan terealisasi.
Demikian juga bagi para orangtua, tantangan untuk bisa membentuk anak - anak menjadi shalih shalihah, sungguh luar biasa berat. Media sosial yang nyaris tiap hari dalam genggaman anak - anak, pelak telah menjadi teman bahkan lawan yang sedang berselimut. Maka orangtua juga harus punya bekal ilmu bagaimana mendidik anak - anak agar taat kepada Allah, Rasulullah dan orangtua, selain doa yaang harus terus dipanjatkan dalam setiap helaan nafas.
Allah Swt. berfirman, “Wahai orang-orang yang beriman! Peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, dan keras, yang tidak durhaka kepada Allah terhadap apa yang Dia perintahkan kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.” (QS At-Tahrim: 6)
Ayat ini memberi motivasi pada para orang tua yang beriman agar tidak membiarkan anak remajanya hidup seperti air mengalir tanpa ada pegangan dan tidak tahu ke mana arah hidup yang ingin ia tuju. Ini karena sudah tentu orang tua mana pun tidak ingin anaknya tercebur ke dalam neraka. Namun, sebaliknya, orang tua pasti berharap kelak berkumpul kembali bersama anak-anaknya di surga.
Allah Swt. telah menyediakan surga itu untuk orang tua dan remaja mukmin yang taat kepada Allah dan Rasul-Nya. “Barang siapa taat kepada Allah dan Rasul-Nya, Dia akan memasukkannya ke dalam surga-surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya. Dan itulah kemenangan yang agung.” (QS An-Nisa: 13)
Dengan pemahaman Islam kafah, remaja muslim akan memiliki karakter Islam yang melekat erat pada pola pikir dan pola sikapnya. Al-Qur’an dan Sunah akan menjadi pegangan hidupnya. Para orang tua harus senantiasa hadir menjaga agar pemahaman ini melandasi setiap perilaku anak remajanya. Sungguh, kehadiran orang tua sebagai sahabat yang membersamai dan senantiasa merangkul anak remajanya pada saat ia menjalani berbagai hal dalam kehidupannya adalah sangat ia butuhkan.
Senantiasa mengajak anak untuk Taqarrub ilallah, hal ini merupakan kebiasaan yang selalu hadir dalam keluarga. Ini akan menguatkan pola sikap remaja muslim. Mereka akan cenderung pada amal saleh, bukan amal sia-sia. Waktu luang akan mereka isi dengan membaca Al-Qur’an, bahkan menghafalnya. Ditambah berpuasa sunah, bersedekah, salat sunah, dan lain sebagainya.
Dari Ibnu Abbas ra., dikatakan bahwa ada empat golongan manusia yang dirindukan oleh surga. Nabi Muhammad saw. bersabda, “Surga merindukan empat golongan: orang yang membaca Al-Qur’an, menjaga lisan (ucapan), memberi makan orang lapar, dan puasa di bulan Ramadhan.
Yang perlu diperhatikan, bukan sekadar mengenalkan kepada mereka tentang fikih taharah, fikih pergaulan laki-laki dan perempuan, tetapi juga harus ditambah kepada sudahkah kita menanamkan Islam sebagai ideologi bagi remaja muslim sehingga dengan Islam menjadi jelas jati dirinya dan arah hidupnya mau ke mana? Dengan Islam, harusnya remaja muslim tidak mudah terpengaruh dan terombang-ambing tidak tentu arah sehingga tersesat tidak menemukan kebahagiaan sejati.
Suntikan imunitas dengan dosis yang sempurna hanya terwujud dengan pembinaan remaja muslim dengan Islam kafah, yakni penanaman dan penguatan akidah Islam disertai dengan pembentukan kesadaran untuk terikat dengan hukum syarak pada setiap sikap dan perilaku dalam kehidupan.
Allah Swt. berfirman, “Wahai orang-orang yang beriman! Masuklah ke dalam Islam secara keseluruhan, dan janganlah kamu ikuti langkah-langkah setan. Sungguh, ia musuh yang nyata bagimu.” (QS Al-Baqarah: 208)
Tafsir ringkas Kemenag RI tentang QS Al-Baqarah ayat 208 ini menyatakan, “Wahai orang-orang yang beriman! Masuklah ke dalam Islam secara keseluruhan. Kata as-silm atau as-salm di sini berarti Islam. Laksanakanlah Islam secara total, tidak setengah-setengah, dan janganlah kamu ikuti langkah-langkah setan yang menyesatkan dan memecah belah kamu. Sungguh, ia musuh yang nyata bagimu.”
Artinya, tidak ada celah untuk paham kebebasan dalam kehidupan kaum muslimin. Perintah Allah adalah melaksanakan Islam secara totalitas dan tidak setengah-setengah. Apa pun yang datang dari Islam harus diambil, tidak dipilah dan dipilih sesuka hati manusia. Pembinaan Islam kafah juga akan memberikan pemahaman kepada remaja sehingga memiliki kepekaan politik terhadap apa pun yang disodorkan di hadapan mereka, apa pun namanya. Mereka tidak mudah terkelabui dengan balutan madu perlindungan, hak asasi manusia, duta perdamaian, duta moderasi, dan lain-lain. Namun, mereka menjadi remaja muslim dengan karakter khas Islam ideologis.
Maka setelah remaja paham jati dirinya, dia akan bergerak di dalam masyarakat mengajak teman - temannya dalam ketaatan, bersama keluarga dia akan menjadi tim yang solid untuk menjadi problem solving. Keluarga kaaffah keluarga bahagia. Tiada kemuliaan selain dengan Islam.
Wallahu a'lam biasshawab