Derita Ibu di Naungan Sistem Kapitalisme



Oleh: Linda Ummu Khansa

Lagi-lagi sebuah berita pilu dan mengejutkan datang di tengah himpitan masalah yang tak kunjung reda. Kunti Utami (35), seorang ibu di Brebes, Jawa Tengah (Jateng), diduga menggorok tiga anaknya sendiri. Satu anaknya tewas dengan luka sayat di leher, sementara dua lainnya dilarikan ke rumah sakit (RS). (detik.com, 21/03/2022)

Siapa tidak sedih mendengarnya. Seorang ibu yang seharusnya menjadi pelindung, justru sebaliknya. Tak ayal banyak pihak yang mengutuk sang Ibu akibat perilakunya. Namun tak sedikit pula yang memberikan pandangan dari sudut yang berbeda, meski tak bermaksud membela.

Di antaranya adalah pandangan bahwa tekanan hidup yang menimbulkan depresi. Merasa kurang kasih sayang bahkan sering melakukan kekerasan ditambah lagi, kesulitan ekonomi. 
Memang tidak dapat dipungkiri bahwa salah satu penyakit akut yang sedang melanda masyarakat kini adalah depresi sosial yang berkepanjangan. Kehidupan yang serba sulit, mulai dari harga bahan-bahan kebutuhan pokok yang terus meroket, sulitnya para suami mendapatkan pekerjaan dengan upah yang layak, kebutuhan sandang, pangan, papan untuk anak-anak dan keluarga semakin.
Lemahnya penerapan ajaran Islam di dalam menjalani kehidupan turut melengkapi problem ini. Sistem Kapitalisme dengan asas sekularisme, dimana sistem kehidupan ini memisahkan agama dari kehidupan, maka aturan-aturan turunannya tentu melahirkan konsep-konsep kehidupan yang kering dari ruh, dari nilai-nilai agama.

Demikian pula dengan sistem ekonominya. Sistem ekonomi kapitalisme betul-betul memberikan beban dan kesulitan yang bertubi-tubi. Lihat saja kasus terdekat, yakni masalah kelangkaan minyak goreng, dan kini berlimpah ruah namun dengan harga yang melambung tinggi. Penerapan kapitalisme akan selalu berimbas pada penderitaan rakyat dan kegembiraan bagi konglomerat, pengusaha, dan korporasi. 

Sistem ekonomi kapitalisme berpijak pada prinsip kebebasan kepemilikan. Dengan prinsip ini, siapa pun bebas memiliki harta, baik milik individu maupun umum. Walhasil, kebebasan kepemilikan tidak memiliki batas harta mana yang boleh dan tidak boleh individu miliki. Prinsip ini yang melahirkan liberalisasi pasar dan menjadi role model ekonomi bagi kapitalisme. 

Imbasnya demikian keras menghantam ibarat palu, termasuk kepada para ibu. Bahkan dapat dikatakan bahwa para yang paling merasakan. Betapa tidak? Memikirkan bagaimana agar dapur terus mengepul, setiap hari mendengar rintihan dan rengekan anak-anak minta jajan, mainan, pakaian, dan sebagainya, namun tak mampu memenuhinya,l
Belum lagi kebutuhan sekolah, listrik, air, dan berbagai kebutuhan primer lainnya. Tak sedikit PP pula para ibu yang turut andil mencari tambahan penghasilan. Tentu akan memberikan pengaruh terhadap ketenangan dalam memberikan pengasuhan dan pendidikan terbaik bagi anak-anaknya.

Aneh jika masih berharap pada sistem kapitalisme yang masih diterapkan saat ini untuk memberikan kesejahteraan dan keadilan. . Tiada lain bahwa satu-satunya pilihan sistem terbaik adalah sistem Islam. Sistem yang berasal langsung dari wahyu Allah.

Dalam sistem Islam, negara menjamin penuh pelayanan kesehatan. Negara merupakan institusi yang berkuasa penuh terhadap berjalannya sistem kesehatan dalam negerinya. Swasta boleh berpartisipasi, tetapi sepenuhnya dalam pengarahan negara. Ini karena kesehatan adalah kebutuhan pokok masyarakat yang wajib negara penuhi.
Sistem pemerintahan yang berlandaskan akidah Islam jelas akan melahirkan penguasa dan para pegawai negara yang mencintai rakyatnya. Semua aturan akan dibuat sedemikian rupa agar rakyat mudah melaksanakannya. Alhasil, tidak akan ada birokrasi yang menyebabkan rakyat sulit mengurus dan mengakses pelayanan kesehatan.

Semua ini turut ditunjang Baitulmal sebagai kas negara yang kuat dan stabil. Jika dalam sistem demokrasi kapitalistik defisit APBN menjadi sumber masalah, justru dalam Islam, Baitulmal akan menjadi solusi permasalahan. 
Tercukupi berbagai kebutuhan dengan dukungan anggaran yang sangat memadai sudah barang tentu berimplikasi positif pada seluruh aspek kehidupan, termasuk ketenangan bagi para ibu serta tercukupi berbagai kebutuhan.

Oleh karena itu maka penerapan sistem Islam secara utuh menjadi perkara urgen, di samping jelas kewajibannya berdasarkan dalil-dalil syara. Wallahu a'lam bishsshawwab.

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak