Resume Kajian Radio
04 Maret 2022/ 1 Sya'ban 1443 H
Narasumber : Ustadzah Umi Hamzah
Harapan dan doa setiap orangtua kepada anaknya dan menjadi perhiasan yang berharga bagi orangtua adalah ketika anaknya menjadi anak yang shalih/shalihah, taat beragama dan juga patuh kepada orangtua. Apalagi ditengah fenomena saat ini, anak durhaka kepada orangtuanya, seperti misalnya anak yang menghardik orangtua, tidak sekedar membantah ketika orangtua memerintah bahkan ada anak yang membunuh orangtuanya karena persoalan kecil.
Maka diperlukan upaya orangtua dalam pendidikan anak-anaknya dan sangat penting sekali orangtua mendidik anak sejak kecil agar anak menjadi anak yang berbakti kepada orangtua.
Pengisi tetap ajang Keluarga Sakinah Ustadzah Umi Hamzah memaparkan, menurutnya, ada beberapa upaya yang dapat dilakukan orangtua dalam mendidik anak-anaknya. "Ya tentu kita harus mengikuti berbagai langkah-langkah untuk bisa mewujudkan harapan tersebut." Ujarnya dalam kajian on air jumat (4/3)
Pertama, menanamkan konsep keimanan yang benar kepada anak. Ini adalah pondasi bagi anak karena tidak mungkin anak bisa berbakti kepada orangtua tanpa adanya pondasi keimanan. Kalau anak berbaktinya karena manfaat, maka pada saat manfaatnya sudah tidak didapatkan lagi oleh anak maka baktinya anak kepada orangtua juga hilang. Maka penting sekali menanamkan konsep keimanan yang benar, salah satunya anak harus bisa memahami bahwa hidup mereka adalah untuk beribadah. Karena Allah memerintahkan anak untuk berbakti kepada orangtua, pada saat anak berbakti kepada orangtua, anak sedang beribadah kepada Allah SWT.
Kedua, menjelaskan tentang kewajiban birrul walidain. Pahamkan kepada anak bahwa birrul walidain adalah bagian dari hukum Allah, sehingga ketika seorang anak berbuat baik kepada orangtua, mereka sedang menjalankan perintah dari Allah SWT.
Banyak sekali kita dapati nash-nash Al-Quran yang menunjukkan gambaran bentuk birrul walidain, seperti dalam QS. Al-Isra: 23-24, didalamnya terdapat bentuk birrul walidain untuk tidak mengucapkan 'tidak' dengan kata-kata kasar tetapi harus lemah lembut dan mendoakan kedua orangtua. Bentuk dari birrul walidain lainnya yaitu mengikuti perintah orangtua selama tidak menyalahi aturan Allah, menyenangkan hati orangtua, meringankan kesulitan keduanya.
Ketiga, menjelaskan kepada anak tentang keutamaan yang akan diperoleh ketika berbakti kepada kedua orangtua dan juga ada sanksi yang berat bagi siapa saja yang bersikap durhaka kepada orangtua. Dalam riwayat, siapa saja yang berbakti kepada kedua orangtua maka akan dipanjangkan umurnya dan ditambah rizkinya. Dan ancaman ketika anak mendurhakai kedua orangtua, Rasulullah menyampaikan tidak akan masuk surga.
Keempat, orangtua harus berupaya untuk bisa memenuhi hak-hak anak dengan sebaik-baiknya, seperti hak pendidikan, hak hidup. Ketika anak diberikan hak pendidikannya, anak akan jadi tahu, dan ketika hak hidup anak diberikan maka anak akan menjalani aktivitas sesuai dengan apa yang dituntut oleh Allah SWT.
Kelima, menceritakan kepada anak mengenai proses ketika anak dalam masa kandungan, lalu penyusuannya, pengasuhannya hingga sekarang, agar anak bisa merasakan bahwa apa yang sudah dikorbankan orangtua memang luar biasa besar.
Keenam, memberikan teladan yang baik didalam memperlakukan orangtua. Karena anak butuh teladan dimana anak bisa belajar dan merekam bahwa birrul walidain bukan sebatas teori belaka.
Ketujuh, menceritakan kisah-kisah teladan, seperti kisah Nabi Ismail as. lalu ada Uwais bin Qarni, dimana kita bisa mengambil ibrah (teladan) didalamnya.
Kedelapan, orangtua harus bisa membersihkan pengaruh-pengaruh buruk yang bisa meracuni pemahaman dan perilaku anak yang menyebabkan anak tidak berbakti kepada orangtua.
Kesembilan, senantiasa memohon kepada Allah agar dikaruniai anak yang berbakti dan juga mendoakannya.
Terakhir, memaafkan anak dan memohonkan ampunan atas kesalahan mereka. Ketika anak bersalah, maka maafkan mereka, bukakan pintu maaf untuk mereka, memohonkan ampunan kepada Allah untuk mereka. Jangan merasa gagal pada saat anak melakukan kesalahan sampai marah besar kepada anak. Ini tentu tidak boleh ada didalam diri orangtua. Wallahu'alam.
Penulis: Tia Febriani
Tags
Opini