Banjir Serang; Banten SOS Sistem Mitigasi Bencana



Oleh : Tri Silvia
 (Pemerhati Masyarakat) 


Telah diberitakan bahwa Polres Serang Kota kini tengah membuka posko pembuatan surat kehilangan. Posko ini bertujuan untuk pengurusan dokumen atau surat berharga yang raib dan rusak sebab banjir bandang yang menerpa. Posko tersebut akan dibuka mulai tanggal 10 - 25 Maret 2022.

Guna mempercepat dan mengefektifkan proses pengurusannya, maka Polres bekerjasama dengan berbagai instansi lainnya di Kota Serang, diantaranya Dukcapil Kota Serang, Disdik Kota Serang, Kantor Agama dan Kantor Agraria. Semua lembaga-lembaga tersebut membuka posko laporan kehilangan, kerusakan berkas, surat, ijazah, sertifikat dan lain-lain," kata Kapolres Serkot, AKBP Maruli Ahiles Hutapea, di Kantornya, Kamis (10/03).

Apa yang dilakukan oleh Polres Serang ini merupakan kelanjutan dari penanganan korban banjir bandang Serang yang terjadi pada Selasa (1/3/2022). Sebelumnya sebagaimana yang telah diketahui bersama, banjir bandang telah melanda kota Serang beberapa waktu lalu. Tak tanggung-tanggung, banjir kali ini adalah banjir terparah yang melanda kota ini. Ada banyak korban terdampak.

Sebagaimana informasi yang didapat sekurang-kurangnya ada 5 orang meninggal dan 229 rumah rusak. Disamping itu, banjir ini telah merendam 2.413 rumah dan menyebabkan 3.500 warga mengungsi. Sungguh menyedihkan mengingat sebegitu besarnya dampak dari bencana banjir kali ini. Pemerintah wajib untuk mengevaluasi segala sistem mitigasi bencana yang ada, mulai dari hal yang kecil hingga paling besar, mulai dari pemerintah daerah setempat hingga pusat wajib memikirkan terkait evaluasi ini. (CNN Indonesia, 10/3/2022) 

Berbicara soal mitigasi bencana, teringatlah pembicaraan serupa beberapa waktu yang lalu. Dimana BMKG (Badan Meteorologi Klimatologi dan Kegempaan) mengingatkan Pemerintah Banten untuk membuat sistem mitigasi bencana yang lebih kuat guna menghadapi kemungkinan bencana yang lebih dahsyat di kemudian hari. 

Sebutlah Gempa Megatrust dan Tsunami yang diprediksi akan melanda negeri ini. Gempa dengan kekuatan hampir 9 SR diestimasi akan menghantam negeri dan menyebabkan tsunami setinggi 15 hingga 20 meter terutama untuk wilayah sekitar Selat Sunda, Banten termasuk di dalamnya. Pemerintah Banten wajib untuk mengevalusi besar-besaran terkait sistem mitigasi bencana yang ada. Sebab sistem mitigasi yang baik akan meminimalisir korban terdampak bencana. 

Jangan sampai, buruknya sistem mitigasi yang ada menyebabkan begitu banyaknya korban berjatuhan. Cukuplah berkaca pada kejadian banjir bandang Serang, atau gempa dengan besaran 6,6 SR pada bulan yang lalu. Pemerintah harus berkaca pada sistem mitigasi bencana yang diterapkan dalam sistem Khilafah, dimana Khalifah begitu memperhatikan penanganan sebuah bencana, tak hanya soalan fisik namun juga masalah spiritual. 

Sebagaimana yang dicontohkan oleh Rasulullah Muhammad SAW dan khalifah-khalifah setelahnya. Diceritakan bahwa Ibn Qayyim al-Jawziyyah dalam kitabnya, al-Da'a wa al-Dawa'a, mengutip sebuah hadits mursal yang diriwayatkan Ibn Abi al-Dunya. “Bumi pernah berguncang pada masa Rasulullah SAW. Beliau SAW meletakkan tangannya di atas bumi dan bersabda, ‘Tenanglah! Belum tiba saatnya bagimu.’ Kemudian menoleh kepada para sahabat seraya memberi tahu, ‘Tuhan ingin agar kalian melakukan sesuatu yang membuat-Nya ridha. Karena itu, buatlah agar Dia ridha kepada kalian!’

Apa yang dilakukan oleh Rasulullah Saw adalah sejalan dengan apa yang sampaikan dalam QS. al-Hajj ayat 1, yang artinya, “Wahai sekalian manusia, takutlah kepada Tuhanmu; sesungguhnya gempa kiamat merupakan sesuatu yang sangat dahsyat.”

Rasulullah SAW dan para sahabat ataupun khalifah-khalifah setelahnya menganggap setiap bencana merupakan teguran dari Allah atas segala kelalaian dan maksiat yang dilakukan. Maka, bertaubat menjadi hal pertama yang akan mereka lakukan dan perintahkan kepada rakyatnya. 

Selain urusan spiritual, Khalifah pun akan menyediakan sistem mitigasi bencana berupa berbagai perangkat yang bisa mengantisipasi dan mengidentifikasi bencana dari awal. Khalifah akan bekerjasama dengan tenaga-tenaga ahli dari berbagai keilmuan untuk menciptakan alat yang sanggup melakukan proses antisipasi dan identifikasi tersebut. Pun urusan simulasi dan lainnya, Khalifah akan memberikan edukasi secara tepat dan cepat, terutama untuk warga masyarakat yang ada di wilayah dengan potensi bencana yang besar.

Lalu untuk urusan evakuasi dan penanganan pasca bencana, Khalifah akan bertindak sangat cepat untuk meresponnya. Sebagaimana yang pernah dicontohkan di zaman Umar bin Khattab saat terjadi bencana paceklik. Kala itu Umar bahkan mengharamkan daging dan minyak samin selama 9 bulan bagi dirinya, hingga semua rakyatnya dapat hidup dengan baik.

Seperti itulah Islam mengatur sistem mitigasi bencana. Semuanya dibuat sedemikian rupa demi keselamatan dan pemenuhan kebutuhan  seluruh rakyatnya. Seluruh Khalifah akan senantiasa mengingat terkait tanggungjawab mereka sebagai seorang pemimpin bagi rakyatnya. Mereka akan merasa takut untuk menzalimi rakyatnya, atau hanya membiarkan mereka hidup dalam kesulitan. Sungguh sistem mitigasi seperti inilah yang hakikatnya sangat dibutuhkan oleh umat. Semoga Allah menjauhkan kita semua dari segala bala dan musibah yang menerpa. Aamiin. 

Wallahu A'lam bis Shawwab

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak