Oleh Ana Dia Friska
Sejumlah partai politik seperti PAN, PKB, GOLKAR, dan yang masuk ke dalam lingkaran koalisi pemerintahan Presiden Joko Widodo memberikan sinyal dukungan perpanjangan masa jabatan presiden. Mereka menggulirkan wacana penundaan pemilu 2024 agar momentum perbaikan ekonomi tidak terjadi stagnasi atau penghentian usai pandemi yang menghajar tanah air dua tahun terakhir.
Namun karena wacana penundaan pemilu, melanggar konstitusi dan UU, banyak yang menentang dan tak setuju dengan wacana tersebut.
Feri Amsari yang merupakan Pakar Hukum Tata Negara Universitas Andalas memberikan penilaian, bawasannya partai-partai yang mendukung usulan itu sudah terasa nyaman atas pembagian kekuasaan selama pemerintahan Jokowi berlangsung.
Sehingga deretan partai yang mendukung ajuan tersebut lebih memilih Jokowi melanjutkan kepemimpinannya ketimbang harus menyesuaikan diri lagi pada pemimpin selanjutnya. ( Suara.com, 26/02/2022 )
Selain itu, Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) menejelaskan bahwa penundaan pemilihan umum (pemilu) merupakan sesuatu yang melanggar konstitusi. Ia melihat, wacana tersebut digulirkan oleh mereka yang takut kehilangan kekuasaan.
Ditambah menurut dia, seharusnya demokrasi Indonesia tetap dijaga dengan sesuatu yang produktif. Tidak mengajukan penundaan pemilu dengan bermacam alasan yang dinilainya tak logis. (republika.co.id, 27/02/2022 )
Meski alasan agar fokus perbaikan ekonomi, namun banyak pengamat menyorot wacana ini digulirkan elit partai bukan demi kepentingan publik atau rakyat. Tapi demi memperbanyak masa jabatan yang menguntungkan mereka dan sekaligus menambah waktu menyiapkan diri bersaing untuk kursi kekuasaan berikutnya.
Sementara itu pihak oposisi menolak wacana tersebut bukan semata-mata atas kepentingan publik atau rakyat, tapi karena tidak ingin kehilangan kesempatan meraih kursi kekuasaan di saat elektabilitas atau tingkat keterpilihan sedang tinggi. Seperti yang kita ketahui dan rasakan, banyak masyarakat yang kecewa selama dua periode kepemimpinan saat ini.
Inilah watak asli sistem demokrasi yang mencetak para elit politik minim empati dan lebih besar mengejar kepentingan pribadi dan kelompoknya. Kepentingan rakyat yang seharusnya menjadi tujuan setiap aktifitas politis justru luput dari perhatian dan bukan prioritas untuk diperjuangkan
Berbeda dengan sistem Islam yang menjadikan politik sebagai jalan melayani dan mengatur urusan umat. Maka Islam sangat menekankan pentingnya politik. Bahkan Islam sangat mencela orang-orang yang tidak mau tahu terhadap urusan umat.
Dalam sistem Islam, seorang pemimpin adalah pelayan yang melayani kepentingan umat. Yang berarti kepentingan umat menjadi prioritas utama sebelum kepentingan pribadi.
Seperti Khalifah Umar bin Khattab, dalam hal ini yang menjadi fokus utama Umar terhadap rakyat terlihat saat negara dalam kondisi krisis melanda. Ada yang patut kita tiru dari seorang pemimpin Umar ketika terjadi bencana kelaparan di Madinah yang menyebabkan wabah penyakit dan kematian.
Saat itu, tidak sedikit rakyatnya yang menderita dan juga kelaparan. Begitu pula Khalifah Umar bin Khattab juga merasakan dampak dari bencana tersebut.
Pada saat itu Umar berkata, bagaimana dirinya dapat mementingkan keadaan rakyat, jika dirinya sendiri tidak merasakan apa yang diderita oleh rakyat. Dalam perkataan tersebut dapat menujukan kualitas Umar yang pada saat itu menjadi seorang pemimpin.
Rasulullah saw. pernah bersabda:
"Sesungguhnya kepemimpinan merupakan sebuah amanah, di mana kelak di hari kiamat akan mengakibatkan kerugian dan penyesalan. Kecuali mereka yang melaksanakannya dengan cara baik, serta dapat menjalankan amanahnya sebagai pemimpin." (Riwayat Muslim).
Yang perlu dipahami tujuan utama politik Islam terkait dengan masalah kekuasaan adalah tegaknya hukum-hukum Allah dimuka bumi. Hal ini menunjukkan bahwa kekuasaan tertinggi ialah kekuasaan Allah. Sedangkan manusia pada dasarnya sama sekali tidak memiliki kekuasaan. Bahkan Islam menentang adanya penguasaan absolut seorang manusia atas manusia yang lain. Maka dari itu sudah saatnya syariah Islam tegak di muka bumi ini dalam bingkai Daulah Khilafah.
Wallahua a’lam bishawwab