Tersulut Emosi, Guru Tak Lagi Jadi Motivasi?



Oleh: Eling Che Vidiya

Hukuman yang tak pantas diberikan tapi terjadi disebabkan kekhilafan. Inilah yang terjadi pada saat ini, seorang guru berinisial MS menjadi sorotan publik lantaran telah menghukum belasan murid kelas 3 SDN 50 Buton, Sulawesi Tenggara untuk makan sampah. 

Hukuman yang tak wajar ini membuat para orang tua siswa merasa kesal.  Bagi orang tua siswa hukuman yang diberikan kepada anak-anaknya tak sepatutnya dijadikan solusi dalam menyelesaikan masalah, bahkan hukuman semacam ini bukanlah hukuman yang mendidik.

Peristiwa ini terjadi bermula saat guru MS sedang mengajar di kelas 4. Guru MS mendengar suara keributan yang berasal dari kelas sebelah yaitu kelas 3. Kemudian MS mendatangi kelas 3 dimana pada saat itu guru yang mengajar belum hadir sehingga MS berpesan untuk tidak ribut lagi. Namun hal ini tidak diindahkan para siswa kelas 3. 

Karena tersulut emosi MS kemudian mendatangi lagi dengan membawa bungkus Snack yang telah dipotong kecil-kecil yang ia ambil dari kotak sampah. Dan kemudian ia berikan kepada 15 siswa kelas 3 tersebut untuk memakannya. (Kompas.com)

Atas tindakan guru MS ini para siswa merasa trauma dan enggan untuk kembali kesekolah. Tindakan oknum guru seperti ini dinilai sangat tidak manusiawi. Padahal baru saja sekolah mengadakan PTM 100 persen yang menjadikan anak seharusnya lebih semangat dalam belajar disekolah. Tetapi setelah kejadian ini, orang tua siswa juga dibuat resah sehingga ingin terus mendampingi anaknya saat berada disekolah.

Salah satu keluarga siswa telah melaporkan peristiwa ini ke polres Buton untuk ditindak lanjuti. Harmin selaku Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Buton telah menonaktifkan oknum guru tersebut. Meski nonaktif mengajar, MS tetap diwajibkan untuk selalu hadir di sekolah. Dan untuk sementara ini pihak dinas pendidikan menunggu hasil perkembangan yang dilakukan kepolisian.

Perkara semacam ini sangat sering terjadi di masa ini. Bahkan tak cukup hanya satu kasus serupa tetapi puluhan kasus seperti ini dapat dipastikan terjadi pada waktu yang sama. 

Tindakan seorang guru yang tak layak dijadikan contoh ini berulangkali terjadi. Dengan hal ini, maka eksistensi seorang guru lambat laun akan buruk di mata masyarakat. Walaupun tak semua guru berkelakuan sama tetapi inilah yang disebut sebagai karena nila setitik, rusak susu sebenggala. Hanya karena satu orang yang berbuat kesalahan tetapi menyebabkan semuanya salah.

Seorang guru yang berjasa dalam dunia pendidikan. Menjadi seorang pendidik, motivator, dan sebagai pahlawan dalam melestarikan generasi penerus bangsa haruslah memiliki kualitas yang baik. Baik itu dalam segi etika, moral, pengetahuan, dan lain sebagainya. Semua potensi ini harus dimiliki oleh seorang guru. 

Maka tak mudah menjadi seorang guru, terlebih lagi pada saat ini menjadi suatu tantangan terbesar dimana terjadinya dekadensi moral para generasi. Akibat perkembangan zaman yang mengacu pada kecanggihan teknologi menjadikan guru dipandang sebelah mata. 
Oleh karena itu, seharusnya guru mampu kembali berada dipermukaan teratas, menjadi garda terdepan dalam mencerdaskan generasi yang cemerlang. 

Lantas, bagaimana upaya yang harus disuguhkan agar mampu mewujudkan hal semacam ini?
Apakah hanya memperbaiki dengan menjadi guru yang berpendidikan tinggi sudah mampu mencetak generasi yang militan?

Jika kita melihat kilas balik kehidupan pada masa Rasulullah SAW. bahwa Nabi Muhammad SAW. menjadi sosok guru yang memenuhi segala syarat dan sifat seorang guru. Dalam An-Nahlawi misalnya, menetapkan sepuluh sifat dan syarat bagi seorang guru yaitu : 

Pertama, harus memiliki sifat rabbani, artinya seorang guru harus senantiasa mengaitkan dirinya kepada Tuhan melalui ketaatannya pada syariatnya. 

Kedua, senantiasa menyempurnakan rasa keikhlasannya sebagai wujud dari sifat rabbaniyah. Maka dalam hal ini aktivitas pendidikan tidak hanya untuk sekedar menambah wawasan melainkan lebih dari itu harus ditujukan untuk meraih keridhoan Allah SWT. serta mewujudkan kebenaran. 

 Ketiga, harus mengajarkan ilmunya dengan sabar. 
 
Keempat, harus memilki kejujuran, artinya yang diajarkan harus sesuai dengan yang dilakukan. 

 Kelima, harus berpengetahuan luas dibidangnya. 
 
Keenam, harus cerdik dan terampil dalam menciptakan metode pengajaran yang sesuai dengan materi. 
 
Ketujuh, harus mampu bersikap tegas dan meletakan sesuatu sesuai dengan proporsinya. 
 
Kedelapan, harus memahami anak didik baik karakter maupun kemampuannya.
 
Kesembilan, harus peka terhadap fenomena kehidupan. 
 
Kesepuluh, harus bersikap adil terhadap seluruh anak didik.

Adapun guru yang baik menurut Ibnu Sina adalah guru yang berakal cerdas, beragama, mengetahui cara mendidik akhlak, cakap dalam mendidik anak, berpenampilan tenang, jauh dari berolok-olok dan bermain-main dihadapan muridnya, tidak bermuka masam, sopan santun, bersih, suci murni, menonjol budi pekertinya, cerdas, teliti, sabar, telaten dalam membimbing anak, adil, hemat dalam penggunaan waktu, gemar bergaul dengan anak-anak, tidak keras hati dan senantiasa menghias diri. Selain itu guru juga harus mengutamakan kepentingan umat daripada kepentingan dirinya sendiri.

Dari beberapa syarat dan sifat seorang guru yang telah dipaparkan diatas merupakan upaya pertama yang dapat kita wujudkan yaitu bermula dari menjadikan guru memenuhi syarat yang kompeten sekaligus sebagai permulaan dalam mencetak generasi yang militan.

Selanjutnya, bukan hanya kualitas eksistensi seorang guru saja yang diperbaiki. Melainkan penerus generasi ini juga perlu didukung baik oleh orang tua maupun lingkungan sekitarnya. Karena jika hanya pada salah satu faktor saja semua itu akan sulit terwujud. 

Lingkungan adalah suatu cakupan yang luas bukan hanya pada satu wilayah melainkan berbagai wilayah. Maka tak heran jika lingkungan menjadi suatu potensi terbesar perubahan individu seseorang. Terlebih lagi nih, lingkungan yang menjunjung tinggi dan mempercayai pada suatu sistem yang justru merusak generasi loh. 

Oleh karena itu, kita tidak bisa mengandalkan suatu sistem yang jelas-jelas hanya berpihak pada kepentingan oknum tertentu sehingga hanya mementingkan keuntungan oknum tertentu saja dan merugikan masyarakat lainnya. Tergiur karena nikmat dunia dan hanya mementingkan materi saja apalagi sih kalau bukan sistem kapitalis namanya. 

Jangan pernah berharaplah bisa mengendalilkan dunia pada sistem kapitalis ini. Malah bisa jadi kita diperbudak oleh dunia. 

Solusi yang tepat untuk permasalahan seperti ini seharusnya kita mampu menegakan kembali aturan Islam. Dimana pada aturan Islam, semuanya tertata rapi tanpa cacat sedikit pun. Loh kok bisa? Iyalah karena aturan Islam bersumber dari Allah SWT. yang menjamin kehidupan akan terlaksana seperti pada masa Islam dulu pernah berjaya. Baik dari segi ekonomi, pendidikan, sosial, poilitik dan lain sebagainya.

Wallahu 'alam bish shawab.

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak