Oleh : Mauli Azzura
Pemilu masih dua tahun lagi, namun bendera-bendera partai politik sudah berkibar di ruas-ruas jalan, disertai beberapa poster aktor politik dengan berbagai tulisan motivasi untuk merayu masyarakat. Padahal disamping itu,masih ada masalah yang sebenarnya, yakni terkait kondisi ekonomi rakyat ditengah pandemi, masih juga belum teratasi, malah semakin memburuk dengan kenaikan harga pangan dan biaya kesehatan.
Gencaran kampanye tersebut, menandakan pesta demokrasi hampir tiba, pemilu yang dilaksanakan lima tahunan, menjadi ajang pemilihan kontestasi bagi penguasa untuk berebut kursi dalam pemerintahan.
Seperti Bendera dengan warna dasar merah menampilkan Ganjar Pranowo dan Puan maharani berkibar di Surabaya. Bendera berfoto kedua elite PDIP itu dipasang oleh DPD Laskar Ganjar Puan (LGP) Jawa Timur. Bendara Ganjar-Puan yang berkibar itu berukuran 50 x 40 cm. Bendera merah itu banyak ditemukan di flyover Pasar Kembang hingga kawasan Jembatan Merah Plaza. (Detik.com 07/02/2022)
Tentu saja citra yang baik ditunjukkan kepada masyarakat melalui kampanye berupa bendera dan poster-poster yang terpasang di tempat strategis. Pencitraan yang menuliskan visi dan misi dari kerja keras parpol agar masyarakat terpesona dengan janji-janji yang diberikan, yang pastinya nampak merakyat, jujur, dermawan, amanah, serta kata-kata lain yang berupa polesan untuk menarik perhatian masyarakat kian digencarkan.
Hal ini tentu tak terlepas dari biaya pemilu demokrasi yang pasti akan menghabiskan dana fantastis. Apalagi bagi mereka, calon yang gencar bersemangat dalam pemilu yang menggaet dana dari para kapitalis untuk mendukung kampanye tersebut. Pastilah akan ada faktor balas budi bila terdapat kemenangan dalam pemilu mendatang. Dan hal ini pasti akan melahirkan kebijakan-kebijakan demi kemanfaatan para kapitalis sebagai penunjang modal bagi peserta calon pemimpin.
Sudah menjadi kebiasaan bila mendekati pemilu, calon-calon penguasa akan lebih merakyat, tapi bila sudah menduduki kursi pemerintahan, maka rakyat terabaikan, bahkan terlupakan.
Gambaran sistem kapitalis, sangat nyata terlihat dengan jelas, namun ketertarikan rakyat pada janji-janji pemimpin parpol menjadikan rakyat menaruh harapan untuk perubahan pada kehidupan secara menyeluruh. Namun hasil yang di inginkan akan terasa mustahil bila sistem yang diemban adalah kapitalisme.
Dalam sistem Islam, pemilihan pemimpin tidaklah semudah coblosan pemilu. Islam akan benar-benar memilih pemimpin yang amanah, yang akan menerapkan aturan dan hukum sesuai dengan syariat yang bersumber pada Al-Qur'an dan Hadist. Maka abai pada rakyat tidak akan pernah terjadi. Kepemimpinan Islam akan memprioritaskan kepentingan rakyatnya dengan dalih ketakutan akan pertanggung jawaban kepada Allah SWT kelak. Maka hanya dalam sistem Islam-lah, masyarakat akan menemukan kehidupan sejahtera dan jaminan keadilan sebagaimana yang pernah terjadi pada masa Rasulullah SAW dan para sahabatnya.
Wallahu a'lam Bishowab