Oleh : Ummu Hanif, Pemerhati Sosial Dan Keluarga
Banyak peristiwa politik, sosial dan ekonomi yang terjadi di sepanjang tahun 2021 bahkan sampai awal 2022. Semuanya menunjukkan satu hal, bahwa negeri ini terus dibelit masalah. Indonesia masih jauh dari harapan, Indonesia masih terjajah. Pun pula di belahan dunia islam lainnya, seakan masalah tiada habisnya.
Di dunia kesehatan, JKN ternyata gagal menjamin kesehatan warga negara, belum lagi polemik pandemi yang tidak kunjung usai. Berapa banyak nyawa melayang karena kusutnya sistem kesehatan. Dalam masalah sosial, marak ancaman kekerasan, khususnya kekerasan seksual terhadap anak-anak dan wanita. Di bidang ekonomi, pemerintah terus menambah utang. Sementara beban akibat utang yang makin menumpuk itu akan kembali ditanggung oleh rakyat. Kondisi ini ditambah dengan APBN makin kapitalis dan makin memeras rakyat. Penerimaan makin bersandar pada pajak, artinya pungutan terhadap rakyat akan makin besar. Subsidi untuk rakyat terus dikurangi, baik subsidi BBM, listrik, pupuk, dan lainnya. Belum lagi masalah kriminalisasi ulama, ajaran islam dan atribut islam. Semua menambah panjang derita umat, tanpa tahu selesainya kapan.
Berat berpikir kondisi dalam negri, kabar menyedihkan datang dari saudara kita lainnya. Muslimah India teraniaya, mereka menanti pertolongan, namun pertolongan itu tidak pernah tiba. Umat islam terkotak dengan batasan – batasan negeri, umat islam sibuk dengan masalahnya sendiri. Umat ini benar – benar telah menjadi seperti yang digambarkan Rosulullah, “buih di lautan”, jumlah kita banyak, namun tiada kekuatan. Teromabng – ambing oleh deburan ombak kehidupan.
Bulan rojab penuh kenangan. 98 tahun yang lalu malapetaka itu tiba. Khilafah Turki ustmani hancur di tangan kemal pasya.Keruntuhan Khilafah Islam atau kepemimpinan Islam sedunia adalah sejarah pahit bagi umat Islam. Sebab hampir dalam kurun waktu 13 abad umat Islam menguasai peradaban dunia, hari itu hancur berkeping - keping tanpa bersisa.
Ketiadaan Khilafah Islam berimplikasi pada ketiadaan pelindung ummat Islam, pemersatu ummat Islam & pelaksana penerapan hukum syari’at Islam. Tanpa Khilafah Islam ummat Islam terjajah, terpecah belah & lemah tak berdaya.
Syekh Muhammad Dhia’uddin ar-Rais, seorang Guru Besar Jurusan Sejarah Islam Universitas Kairo, di dalam bukunya yang berjudul al-Islam wa al-Khilafah fi al-Ashr al-Hadits menjelaskan, sesungguhnya Khilafah ini bukan milik Turki saja melainkan milik dunia Islam seluruhnya. Ia adalah sebagian dari warisan umat Islam, peninggalan sejarah & lambang persatuan. Khilafah merupakan pimpinan spritual bangsa – bangsa islam di segenap penjuru bumi.
Pentingnya khilafah di mata para sahabat adalah seperti yang terjadi dalam sejarah wafatnya Rasulullah SAW. Rosulullah SAW wafat pada hari Senin tgl 12 Rabiul Awal tahun 11 H. Hari senin, waktu dhuha (Imam Ibnu Katsir, Kitab As-Sirah An-Nabawiyah, IV/507). Kemudian sebagian sahabat menyibukkan diri untuk memilih pengganti Rosulullah SAW sebagai kepala negara dengan bermusyawarah di Tsaqifah bani Saidah. Pemakaman jenazah Rosulullah SAW pun ditunda oleh para sahabat hingga hari selasa malam, semua sahabat menyetujui hal itu & tidak ada seorang pun yang mengingkarinya. Padahal menyegerakan memakamkan jenazah adalah perkara yang penting. Hal ini menunjukkan bahwa mendahulukan mencari pengganti Rasulullah SAW sebagai pemimpin kaum muslimin, lebih utama dibandingkan degan memakamkan jenazahnya.
Berdasarkan peristiwa ijma’ sahabat Rasulullah SAW diatas, maka para ulama membatasi waktu paling lama untuk mencari pengganti pemimpin kaum muslimin/Khalifah selama 2 hari 3 malam. Tapi kini sudah 98 tahun umat Islam tidak memiliki seorang Khalifah. Sampai kapan umat akan terus begini? Bilakah pelindung umat itu akan kembali?