Oleh: Rines Reso
Sebuah video viral yang menunjukkan seorang mahasiswa berhijab dicemooh oleh sekelompok pria Hindu di distrik Mandya telah menyebabkan kemarahan online, dengan banyak yang memuji gadis itu karena keberaniannya dalam melawan “gerombolan”.
Kontroversi jilbab pertama dimulai sebulan yang lalu, ketika sekelompok enam mahasiswi Muslim di sebuah perguruan tinggi wanita yang dikelola pemerintah di distrik Udupi ditolak masuk ke ruang kelas, karena pemerintah menuduh mereka melanggar aturan dengan mengenakan jilbab.
Pekan lalu, pemerintah India mengeluarkan arahan bahwa semua institusi pendidikan harus mengikuti aturan berpakaian yang ditetapkan oleh manajemen.
Pemerintah “menolak pendidikan untuk gadis-gadis Muslim”
Namun, gadis-gadis itu menentang tekanan itu bahkan ketika mereka dipaksa untuk duduk di luar kelas di tangga.
Namun, BJP yang memerintah membela larangan jilbab, dengan alasan bahwa itu melanggar aturan tentang seragam.
Pada hari yang sama, pejabat perguruan tinggi memasang pemberitahuan di luar gerbang yang menyatakan larangan jilbab di ruang kelas, sebagai bagian dari kode seragam perguruan tinggi.
“Guru kami memberi tahu kami bahwa mereka tidak akan mengizinkan kami masuk ke ruang kelas atau mengajar kami tanpa perintah pemerintah,” kata Farheen, seorang mahasiswi perdagangan, kepada Al Jazeera.
Hal itu membuat Farheen dan teman-temannya merasa “terluka dan terhina”.(VoaIndonesia.com 8/02/2022)
Bagi aktivis kebebasan beragama, diskriminasi tersebut tidak semata-mata muncul begitu saja. Pemerintahan nasionalis Hindu Partai Bharatiya Janata (BJP) ialah udang di baliknya. Negara Bagian Karnataka dikuasai oleh BJP. (KumparanNews.com 10/02/2022)
Kaneez Fathima, anggota dewan legislatif negara bagian dari partai oposisi Kongres, yang memimpin demonstrasi di kota Kalburgi untuk mendukung anak perempuan mengatakan, dia mengenakan jilbab dan melihatnya sebagai bagian penting dari kehidupan seorang wanita Muslim.
“Selama 30 tahun terakhir, kampus tidak mempermasalahkan hijab. Kenapa tiba-tiba jadi masalah, apa yang memicu ini?” tanya seorang mahasiswi perguruan tinggi di Kundapur, di Distrik Udupi, bernama Al-Rifaa.
Kelompok minoritas agama seperti Muslim dan Kristen telah menghadapi berbagai serangan dari kelompok sayap kanan di Karnataka. Bahkan, di bawah pemerintahan BJP, kepolisian tak sungkan melempar gas air mata ke kerumunan aksi demonstrasi damai yang memprotes larangan hijab.
“Kami tidak bisa melepas (hijab) begitu saja. Ini adalah pelecehan yang ditargetkan oleh pihak berwenang,” ujar Rifaa, seperti dikutip dari Al Jazeera. (MinaNews.15/02/2022)
Larangan Hijab ini adalah bagian dari bukti kekejaman Rezim Islamophobia India terhadap muslim. Islamophobia itu telah membuat mereka memusuhi apa yang mereka nilai sebagai bagian dari manifestasi Islam. Adanya larangan hijab ini menambah bukti kekejaman. Begitu takutnya terhadap Islam hingga mereka berupaya untuk menyingkirkan agama yang bertentangan dengan agama mereka. Hal ini semakin menguatkan bahwa sistem kapitalisme saat ini tak mampu menghadirkan kedamaian antar umat beragama.
Adanya sekat nasionalisme, membuat kaum muslim di berbagai negara muslim lainnya negeri-negeri muslim kehilangan empati dan ukhuwah antar kaum muslimin. Bahkan, para penguasa muslim memilih bungkam melihat saudaranya yang ada di belahan bumi lainnya tertindas. Kalau pun ada tindakan, hanya sebatas kecaman kepada penguasa rezim bersangkutan.
Padahal, kecaman ini bukanlah jaminan bahwa kaum muslim minoritas yang tertindas ini akan bebas dan aman dari rezim yang berkuasa. Dan bukan ini yang diharapkan oleh kaum muslim India, melainkan perhatian dan bantuan dari dunia dan kaum muslim lainnya untuk membebaskan mereka dari ketertindasan ini. Maka, seharusnya penguasa di negeri-negeri muslim itu segera mengirimkan pertolongan buat saudara mereka. Hal ini sebagaimana dalam firman-Nya:
وَإِنِ اسْتَنْصَرُوكُمْ فِي الدِّينِ فَعَلَيْكُمُ النَّصْرُ
“Jika mereka meminta pertolongan kepadamu dalam (urusan pembelaan) agama, maka kalian wajib memberikan pertolongan.” (TQS. al Anfal: 72)
Sejarah telah mencatat bagaimana kejayaan dan kemuliaan kaum muslimin ketika Islam diterapkan secara Kaffah. Dijadikannya Islam sebagai pengatur kehidupan manusia. Kurang lebih 13 abad lamanya, mereka terlepas dari kungkungan perbudakan manusia dan hanya tunduk secara totalitas kepada Rabb semesta alam.
Ketika umat Islam berada di bawah satu kepemimpinan, tak ada sekat-sekat yang memisahkan mereka. Sebagaimana dalam sistem kapitalisme saat ini. Dengan kekuatan militer dan industri militer yang dimiliki, kaum muslim benar-benar terjamin keamanan dan perlindungannya oleh negara. Tak ada lagi ketakutan. Sebab, Islam dengan aturan-aturannya bukan hanya melindungi dan menjaga umat muslim saja, tetapi juga non muslim.
Dan telah tercatat bagaimana perjalanan kepemimpinan Nabi Muhammad SAW serta para Khulafaur rasyidin dan khalifah setelahnya yang terbukti tak pernah membeda-bedakan kaum muslim karena perbedaan tempat tinggal atau wilayah. Semua bersatu dalam satu ikatan yang kuat. Yaitu ikatan akidah Islam. Demikian pula, terhadap kaum minoritas di setiap wilayah kekhilafahan. Tak memandang suku, etnis atau pun agama. Semua diperlakukan adil, tak ada diskriminasi sama sekali.
Islam pun sangat menjaga kemuliaan perempuan. Seorang pemimpin tak akan tinggal diam ketika mendengar seorang perempuan dilecehkan, dihina ataupun dizalimi. Hal ini pernah dilakukan oleh Khalifah Al-Mu’tashim billah dari Kekhilafahan Abbasiyah, ketika menyelamatkan satu orang muslimah dari pelecehan yang dilakukan orang Romawi di Ammuria, Turki.
Beliau langsung mengirimkan ultimatum agar muslimah tadi dilepaskan. Beliau juga mengirimkan pasukan dengan jumlah besar. Panjangnya barisan tentara ini tidak putus dari gerbang istana Khalifah di Baghdad hingga Ammuria. Sehingga akhirnya Ammuria mampu ditaklukkan.
Dengan demikian, penderitaan kaum muslim di berbagai belahan dunia, terutama di negeri minoritas, hanya akan berakhir manakala aturan-aturan Allah dijadikan sebagai landasan pengaturan kehidupan dalam sebuah institusi. Dan di bawah kepemimpinan seorang pemimpin yang akan menjadi perisai (pelindung) setiap umat Islam di seluruh dunia. Sebagaimana yang telah terjadi di masa lampau.
Wallahu a’lam.