Oleh : Mira Sutami H ( Pemerhati Sosial dan Kebijakan Publik )
Pandemi belum juga usai setelah varian Delta kemarin yang banyak memakan korban bahkan jumlah yang meninggal sangat fantastis. Kini Omicron menggantikannya. Masyarakat kembali harus lebih waspada karena kasus Omicron mulai menggila. Di beberapa daerah terutama Jabodetabek angka kasus Covid Omicron sudah mulai melonjak.
Kasus baru Covid-19 meroket dengan peningkatan hingga 110,52% hanya dalam lima hari pertama pada Februari. Pada 1 Februari, terdapat 16.021 kasus baru Covid-19. Jumlah ini terus meningkat secara eksponensial setiap harinya. Terdapat 33.729 kasus baru dalam 24 jam terakhir hingga Sabtu siang (5/2/2022). (kompas.com,5/2/2022).
Kasus akan terus mengalami peningkatan. Oleh sebab itu, pemerintah menghimbau agar menunda masyarakat untuk bepergian ke luar negeri. Serta kembali memperketat prokes bagi masyarakat yang terpenting masyarakat dihimbau untuk melakukan vaksinasi. Semua dimaksudkan menekan jumlah kasus varian baru ini.
Selain himbauan itu pemerintah menghimbau masyarakat untuk menjaga prokes. Pemerintah juga memprogramkan konversi bed, serta memastikan stok obat- obatan di rumah sakit telah didistribusikan oleh Kemenkes. Untuk menghadapi Covid 19 Omicron ini, pemerintah telah menyediakan 1.012 rumah sakit dan 82.168 tempat tidur untuk pasien Covid 19. Jutaan stok obat - obatan untuk tiga bulan ke depan juga telah pemerintah siapkan. Di antaranya Oseltamivir sebanyak 13 juta kapsul, Favipiravir 91 juta tablet, Remdesivir 1,7 juta vial, Azithromycin 11 juta tablet, dan multivitamin 147 juta. ( bisnis.com, 28/1/2022 )
Namun kasus ini kemungkinan akan terus meningkat karena banyak masyarakat yang masih melakukan mobilitas di luar rumah serta kepatuhan masyarakat terhadap prokes juga sangat kurang. Selain itu tempat hiburan dan tempat berkerumunnya orang tetap beraktivitas separti sedia kala. Bahkan para pekerja kantor, buruh pabrik, pasar pun juga tetap dibuka seperti tidak ada kasus Covid. Padahal tempat seperti ini bisa menjadi klaster Covid dan ini sudah pernah terjadi pada varian sebelumnya.
Bahkan dikabarkan masyarakat di wilayah Jakarta mulai kesulitan mencari rumah sakit. Berarti jumlah pasien Omicron mengalami peningkatan. Kemungkinan besar pasien dengan gejala ringan tidak memeriksakan diri ke dokter atau pergi ke rumah sakit. Jadi kemungkinan jumlah positif yang terlapor dan yang berada di lapangan jauh berbeda. Bila mobilitas masyarakat terus dibiarkan tentu jumlah positif Omicron atau varian lain akan meningkat tajam seperti kasus Delta beberapa waktu yang lalu sehingga mengakibatkan tumbangnya fasyankes jeblok. Akankah hal ini terulang ?
Persoalan Omicron ini harusnya diselesaikan dengan tuntas bukan hanya menyediakan sarana kesehatan seperti vaksin, obat, rumah sakit, dan tempat tidur saja. Namun lebih dari itu Omicron harus diselesaikan dengan tuntas. Yaitu dengan menutup pintu penularan yaitu dengan karantina wilayah secara totalitas. Sehingga rantai penularan bisa segera diatasi dengan tuntas.
Namun, bila kita amati kembali sepertinya nihil pemerintah akan mengadakan karantina wilayah secara total. Dari pengalaman kasus Delta kemarin saja yang membuat jeblok Fasyankes tapi pemerintah kekeh tidak mengkarantina wilayah. Karena bila ada karantina wilayah maka pemerintah akan mengeluarkan dana besar untuk pendanaan kebutuhan pokok ( pangan ) masyarakat di seluruh pelosok nusantara. Selain itu alasan peningkatan ekonomi juga jadi jargo pemerintah makanya sektor publik tidak ditutup.
Maka wajar bila wabah tak juga usai. Malah muncul varian-varian baru yang makin ganas. Sehingga memakan korban berjatuhan dan kian banyak. Bahkan dari dua varian yang sudah terjadi kembali rakyat yang terus jadi korbannya. Termasuk di sini tenaga nakes yang menjadi korban, padahal mereka adalah garda terdepan penanganan Covid ini. Dengan tumbangnya para nakes maka kesempatan pasien Covid mendapat penangan terbaiknya. Begitu miris memang.
Nyawa dan kesehatan rakyat tak jadi prioritas pada sistem kapitalisme ini. Para penguasa di sistem ini selalu berpikir untung dan rugi. Apalagi persoalan umat yang begitu pelik tentu bukan menjadi prioritas dan tujuan dia menjabat. Masyarakat dalam sistem ini hanya dibutuhkan kala pemilu. Setelah pemilu rakyat dilupakan dan para kapital ( pemilik modal ) adalah prioritas mereka karena para kapital inilah mereka bisa melanggengkan kekuasaannya.
Hal itu akan berbeda dengan sistem lslam. Seluruh permasalah umat semua diselesai dengan cepat dan tuntas tentu harus sesuai dengan hukum syara'. Setiap pemimpin lslam akan berupaya keras untuk bisa mengurus persoalan umat dengan keimanan bukan karena berharap sesuatu apapun. Mereka hanya mengharap ridha Allah semata. Begitu juga ketika ada wabah di suatu wilayah pemerintahannya, maka para khilafah akan segera melakukan penguncian wilayah. Seperti yang telah dicontohkan oleh Rasulullah SWT. Jadi siapapun tak boleh ada yang keluar masuk wilayah yang terkena wabah.
Tak cukup sampai di situ selain penguncian wilayah tentu dilakukan testing dan tracing sehingga terdeteksi siapa yang sudah terkena wabah dan siapa yang sehat. Jadi yang sehat akan dipisah dari yang sakit. Yang sakit akan dirawat di rumah sakit yang telah menyediakan obat-obatan terbaik, tenaga medis terbaik, fasilitas kesehatan terbaik pula. t
Tentu saja penguasa akan mengupayakan vaksin terbaik untuk wabah yang sedang terjadi.
Masyarakat yang berada di wilayah wabah yang tidak sakit maka seluruh kebutuhan pokoknya akan dipenuhi oleh negara yang didanai oleh kas negara. Sehingga mereka tidak akan mencari nafkah dan pergi dari tempat wabah. Ini dimungkinkan wabah tidak menyebar kemana - mana. Selain dalam negara lslam (khilafah) memang yang namanya kesehatan dan nyawa tiap individu itu sangat diperhatikan. Karena kesehatan adalah hal tiap individu. Maka wajar bila orang yang sehat diperlakukan sebaik mungkin dalam kondisi wabah. Mereka juga dikuatkan dari segi keimanan supaya tetap tenang, tidak panik dan stres sehingga mudah sakit dan tertular wabah. Agar mereka menerima qada baik dan buruk dari Allah. Cara-cara yang ditempuh sesuai dengan syariat inilah yang mempercepat penanganan wabah.
Dengan penguncian wilayah seperti ini maka wilayah lain bisa berjalan normal dan perekonomian bisa tetap stabil bahkan bisa menopang bagi wilayah yang berdampak wabah. Hal ini sangat berbeda dengan era kapitalis ketika terjadi wabah ekonomi terjun bebas bahkan semua sektor carut marut. Wabah tidak kunjung terselesaikan malah varian baru yang lebih ganas yang terus bermunculan. Sungguh luar biasa sistem lslam ini dapat menyelesaikan masalah wabah dengan tepat sasaran. Begitupun masalah umat yang lain tentu dengan mudah diselesaikan oleh sistem lslam karena seluruh permasalah umat akan diselesaikan sesuai dengan hukum Allah tentunya. Maka dari itu umat harus berupaya untuk menerapkan lslam kaffah dan yakin bahwa khilafah akan tegak kembali.
Wallahu a'lam bish shawab.