Kedelai Mahal, Kapitalis Andalkan Pasokan Impor




Oleh : Mauli Azzura

Belum usai perihal minyak goreng yg langka dengan kenaikan harga yang fantastis, kini berlanjut pada harga tahu dan tempe yang mengikuti kenaikan harga pula.

Masyarakat Indonesia yang menjadikan tahu dan tempe sebagai makanan pendamping nasi,  menjadikan warga makin kesulitan dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari. 

Harga kedelai terus merangkak naik memicu reaksi protes dan aksi mogok perajin tahu dan tempe. Akhirnya peredaran makanan favorit rakyat Indonesia tersebut mulai langka di pasar. Diketahui akar masalah ada di harga kedelai internasional yang meroket sehingga berdampak pada harga impor yang juga mengikuti. Pasalnya, Indonesia mengandalkan hingga 90% kebutuhan kedelai dari pasokan impor.

Koperasi Produsen Tahu Tempe (Kopti) mengatakan akan kembali berjualan tahu dan tempe mulai Kamis (24/02/2022). Hari ini, perajin mulai memproduksi tahu dan tempe untuk dijual kembali. Hal ini sengaja dilakukan karena khawatir daya serap pasar bakal menurun usai perajin tahu tempe melakukan aksi mogok selama 3 hari terakhir. (CNNIndonesia.com 23/02/2002)

Lonjakan harga kacang kedelai di dalam negeri disebabkan karena negri ini menganut pasar bebas dan pihak yang mengimpor adalah swasta. Dengan demikian, jika harga internasional naik, maka otomatis harga di dalam negri pun meningkat.

Lagi-lagi pemerintah menunjukkan ketidak berhasilanya dalam mengolah SDA dan SDM yang membuat para pengrajin tahu dan tempe kesulitan untuk memproduksi. Maka sekali lagi rakyat lah yang menjadi korban dari kenaikan harga pangan.

Pemerintah seharusnya mampu memberi petani subsidi. Dan peran negara lah yang semestinya mem back-up sektor pangan, menjadikan ini hal utama yang perlu diprioritaskan terkait pangan. Subsidi negara bisa berupa lahan, pupuk, mesin pertanian, pemasaran, distribusi dalam negeri, sampai ekspor.

Namun negara kapitalis yang mementingkan keuntungan pribadi hanya akan memikirkan laba bagi diri sendiri, tanpa menghiraukan orang lain. Maka sudah dipastikan bahwa umat membutuhkan kepemimpinan amanah yang mampu mengatasi semua masalah umat, terutama menyangkut pangan. Sistem yang menjadikan syariat sebagai hukum dan aturan, akan mampu memajukan kesejahteraan umat dengan kepemimpinan yang berlandaskan pada Al-Qur'an dan Hadist.

Wallahu A'lam Bishowab

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak