Oleh : Mauli Azzura
Kisah pilu Asdar menjadi sorotan dimedia sosial. Asdar adalah seorang ayah yang membawa jasad anaknya yang baru dilahirkan memakai motor dengan jarak 70 kilometer, karena dana yang kurang untuk biaya ambulans.
Diketahui kala itu, sopir ambulans yang meminta biaya Rp. 600.000 kepada Asdar. Namun karena Asdar yang pekerjaanya hanya sebagai kuli bangunan hanya memiliki uang sebesar Rp 500.000, karena uangnya kurang Rp 100.000, sopir ambulans enggan mengantar jasad bayi kerumah duka.
Buntut dari keviralan kisah ini, Pihak RS Pancaitana meminta maaf. Mereka pun sampai mendatangi kediaman Asdar. Pihak rumah sakit mengaku peristiwa ini tidak diketahui oleh pihak manajemen mereka. Menurut mereka, peristiwa tersebut diputuskan oleh sopir ambulans yang berjaga saat itu. (Tribunnews.com 02/02/2022)
Ini hanyalah salah satu sepenggal kisah seseorang yang tidak mendapatkan kenyamanan serta jaminan kesehatan. Mereka yang berusaha dengan maksimal bekerja keras dan menghidupi keluarga, masih juga memerlukan bantuan dari sesama.
Lantas dimana peran negara yang seharusnya menjamin pelayanan kesehatan bagi masyarakat yang membutuhkan?
Pandemi covid-19 memang masih menyisakan duka dan derita bagi sebagian masyarakat. Sulitnya memenuhi kebutuhan sehari-hari menjadikan mereka yang bergelut dengan kemiskinan seolah pasrah menerima keadaan.
Dimana para pemimpin ketika rakyat membutuhkan kebijakan mereka dalam menangani masalah kesehatan, jika tarif rumah sakit kian mahal dan memberatkan.
Bukti negara gagal dalam menjamin kesehatan rakyat sedang di perlihatkan, kala penguasa lebih mengurusi pemindahan IKN, sedang kebijakan hukum terhadap korupsi pun makin di mudahkan, tetapi mereka lalai pada tugas yang sebenarnya, yakni mensejahterakan rakyatnya.
Inilah akibat negara menerapkan ideologi kapitalisme, negara akhirnya abai terhadap urusan rakyatnya dengan menyerahkan urusan tersebut kepada lembaga-lembaga atau badan-badan tertentu seperti BPJS. Jaminan kesehatan dalam sistem ini sebetulnya bukan jaminan kesehatan dari negara kepada rakyat akan tetapi faktanya rakyat membiayai sendiri kebutuhan kesehatannya dengan harus membayar iuran tiap bulan dengan tarif yang berbeda-beda sesuai kelas pelayanan.
Berbeda dengan Islam, Islam sebagai agama yang sempurna mengatur dalam segala bidang kehidupan termasuk kesehatan. Islam memandang kesehatan merupakan salah satu kebutuhan pokok yang harus dipenuhi. Dimana mekanisme pemenuhannya adalah langsung dipenuhi oleh negara. Karena negara dalam Islam adalah sebagai pengatur urusan rakyat, dan penguasa sebagai pelaksana negara akan dimintai pertanggung jawaban oleh Allah SWT atas pelaksanaan pengaturan ini.
Dalilnya sabda Rasul SAW:
"Imam (penguasa) adalah pengurus rakyat dan dia bertanggung jawab atas rakyatnya."
(HR al –Bukhari dari Abdullah bin Umar ra.)
Wallahu A'lam Bishowab