Oleh Ummu Fatiha
(Ibu Rumah Tangga)
Banyak orang tidak menyangka, pandemi Covid-19 akan berlangsung lebih lama dan berdampak pada berbagai aspek kehidupan. Pandemi belum juga dinyatakan berakhir hal ini dikarenakan adanya varian virus baru yang muncul dan meningkatkan kembali kasus Covid-19. Ketidakpastian berakhirnya pandemi ini pada akhirnya membuat banyak orang merasakan kelelahan dan berdampak nyata pada kesehatan mental.
Dilansir oleh jabarekspres.com (17/01/21), Kepala Bidang Rehabilitasi Sosial Rahmatullah Mukti Prabowo mengungkapkan bahwa keberadaan Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ) di Kabupaten Bandung selama 2021 mengalami peningkatan sekitar 20 persen jika dibandingkan pada tahun sebelumnya. Dia mengatakan ‘’Mungkin banyak masyarakat yang mengalami depresi karena terdampak pandemi, rentang usia beragam dari mulai anak-anak hingga orang dewasa.“ Kalau orang dewasa itu kebanyakan akibat ekonomi, tapi belakangan kami sering menemukan anak-anak yang terkena gangguan fisik dan psikis akibat mengkonsumsi obat-obatan terlarang,” jelasnya.
Tak dipungkiri pandemi yang berdampak pada terpuruknya perekonomian, semakin memukul mental masyarakat kapitalis yang miskin iman. Mulai dari kalangan dewasa sampai anak-anak. Sebelum pandemi saja masalah sudah ruwet, kemudian saat terjadi pandemi bertambah ruwet. Jelas, membuktikan bahwa sistem kapitalisme tidak mampu mengatasi masalah pandemi dan tidak layak dipertahankan.
Tata kelola negara yang salah akibat dari paradigma berfikir yang dilandasi oleh sekuler kapitalis menambah ruwet persoalan rakyat. Mulai dari sektor ekonomi, rakyat dibebani dengan kenaikan harga-harga kebutuhan pokok. Sektor perdagangan dibanjiri dengan impor akhirnya mematikan pedagang lokal. Sektor pendidikan masih karut-marutnya kurikulum. Apalagi dampak pandemi harus daring fasilitas tidak merata, dan masih banyak lagi masalah-masalah lain yang belum terselesaikan.
Rakyat sebenarnya berharap pada pemimpinnya yang solutif ke arah yang baik dan benar. Pemimpin merupakan perisai yang melindungi masyarakat dari berbagai macam bahaya. Mereka diangkat untuk melindungi dan menyejahterakan masyarakat.
Pandemi telah membebani ekonomi masyarakat bawah, seharusnya negara mampu untuk memenuhi kebutuhan primer sehingga tidak memunculkan permasalahan kemiskinan dan kejiwaan. Di sisi lain kita melihat adanya sekelompok orang yang diuntungkan dari pandemi ini, kekayaan mereka meningkat karena menjadikan pandemi sebagai ajang bisnis.
Negara yang bertugas mendistribusikan kekayaan tidak menjalankan fungsi sebagaimana mestinya.
Ideologi kapitalisme, baik disadari atau tidak, yang diterapkan oleh negeri ini sama sekali tidak mampu melindungi masyarakat. Dalam kondisi normal saja kapitalisme telah menciptakan disparitas masyarakat yang besar apalagi kondisi pandemi yang makin merusak ekonomi.
Permasalahan ekonomi akan menimbulkan masalah sosial. Masalah sosial akan menimbulkan masalah gangguan kejiwaan. Peningkatan ODGJ tidak hanya problem medis, tapi problem ideologis.
Rakyat Indonesia yang mayoritas Islam sebenarnya tidak perlu menderita karena problem kapitalisme. Ajaran Islam telah memberikan panduan bagaimana menguatkan negara, ekonomi, sosial dan jiwa. Nabi saw bersabda :
“Aku tinggalkan kepada kalian dua perkara. Jika kalian berpegang teguh kepada keduanya maka niscaya kamu tidak akan tersesat untuk selama-selamanya. (Dua perkara itu adalah) Al-Qur'an dan sunah,” (HR Muslim).
Berpegang kepada Al-Quran dan sunah adalah kembali kepada hukum-hukum Allah Swt. Pemimpin yang diangkat oleh rakyat, wajib berperan sebagai perisai dan mengatur masyarakat atas dasar ketakwaan.
Sebagaimana yang sudah diimplementasikan seorang pemimpin dalam Islam yakni oleh Amîrul Mukminîn Umar bin al-Khaththab, pada masa paceklik dan kelaparan yang berlangsung selama sembilan bulan, ia hanya makan roti dan minyak sehingga kulitnya berubah menjadi hitam. Umar berkata: “Akulah sejelek-jelek kepala negara apabila aku kenyang sementara rakyatku kelaparan.”
Umar cepat tanggap dan menindaklanjuti bencana ini. Dia segera membagi-bagikan makanan dan uang dari baitul mâal hingga gudang makanan dan baitul mâal kosong total. Beliau pun mengirim surat kepada Abu Musa di Bashrah yang isinya: “Bantulah umat Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam! Mereka hampir binasa.” Setelah itu ia juga mengirim surat yang sama kepada ‘Amru bin Al-‘Ash di Mesir. Kedua gubernur ini mengirimkan bantuan ke Madinah dalam jumlah besar, terdiri dari makanan dan bahan pokok berupa gandum. Upaya ini adalah bentuk pendistribusian kekayaan yang dilakukan oleh negara.
Inilah yang diperlukan rakyat Indoneemimpin dan sistem yang adil. Keadilan akan mewujudkan ketenangan jiwa, sehingga masyarakat terjauhkan dari penyakit dan gangguan psikologis akibat kezaliman yang terjadi. Allah Swt. sendiri memerintahkan umat manusia untuk berbuat adil :
“Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan." (QS. Al-Maidah : 8)
Tidak ada pilihan lain, jalan keselamatan adalah Islam yang
terimplementasi dalam kehidupan. Syariat Allah Swt. wajib dilaksanakan, dalam tataran individu, masyarakat dan negara. Alangkah indah jika kita memiliki pemimpin seperti Rasulullah, Abu Bakar Asshidiq, Umar bin Khattab, dan lain-lain.
Wallahu a'lam bi shawwab