Syari’ah, Mampu Menurunkan Berkah Setelah Musibah



Oleh : Ummu Hanif, Pengamat Sosial Dan Keluarga

Menuju tahun 2022 ini masyarakat dunia masih berada dalam bayang-bayang virus Corona. Hampir 3 tahun lamanya pandemi Covid-19 ini melanda Indonesia. Bahkan ditengah gencarnya pelaksanaan vaksin, justru muncul varian Covid jenis baru yakni type Omicron.

Tidak hanya dilanda pandemi Covid 19, di penghujung tahun ini negara kita justru dilanda banyak musibah. Diantaranya musibah banjir yang melanda beberapa daerah seperti lima provinsi di Kalimantan, Malang, Garut, Kab. Bandung. Kemudian Erupsi Gunung Semeru yang mengakibatkan 48 orang meninggal, 2.004 orang luka-luka dan 9.997 orang berada di pengungsian. 

Tidak berhenti disitu saja, musibah gempa dengan skala yang cukup besar yakni 7,4 magnitudo, terjadi di NTT. Karena dikhawatirkan akan terjadi tsunami, semua warga berlarian ke daerah dataran tinggi. (www.TribunNews.com, 14 Des 2021)

Pada kondisi yang seperti ini, kita tentu perlu untuk terus berlatih ikhlas dan terus bermuhasabah. Karena boleh jadi, hadir nya bencana alam ini merupakan ulah tangan-tangan manusia itu sendiri. Allah mengabarkan dalam QS Ar-Rum ayat 41 yang terjemahannya adalah sebagai berikut “ Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia. Allah menghendaki agar mereka merasakan sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).”

Seperti musibah banjir yang melanda sejumlah daerah, selalu terjadi di setiap musim penghujan. Hal ini dikarenakan berkurangnya daerah resapan air hujan. Yang disebabkan alih fungsi lahan. Tidak sedikit lahan yang diperuntukkan untuk daerah resapan namun karena ulah manusia lahan tersebut justru diperuntukkan menjadi area perumahan. Sehingga ketika musim hujan tiba, tanah tidak dapat menyerap air hujan sehingga aliran air akan langsung membanjiri daerah yang berada di dataran rendah.

Banjir yang melanda beberapa provinsi di kepulauan Kalimantan juga terjadi akibat korporasi. Wilayah hutan di Kalimantan mengalami deforestasi. Wilayah hutan mengalami pengurangan cukup besar, akibat eksploitasi SDA oleh korporasi yang mengakibatkan berkurangnya wilayah hutan. Wilayah hutan di Kalimantan banyak yang beralih fungsi menjadi perkebunan kelapa sawit yang dikemudian hari mencemari sungai-sungai akibat penggunaan pestisida. 

Beginilah rusaknya kehidupan akibat penerapan sistem Kapitalisme. Faham kapitalisme yang menjadikan materi sebagai tolak ukur suatu perbuatan mengakibatkan terjadi nya eksploitasi alam dengan tujuan untuk memperkaya korporasi tanpa melihat kerusakan alam yang ditimbulkan. 

Semoga dengan ini, kaum muslimin segera menyadari tentang pentingnya penerapan Islam secara kaffah. Karena hanya dengannyalah semua akan berubah, dunia akan penuh berkah.
Wallahu a'lam bishawab

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak