Oleh : Rindoe Arrayah
Sungguh miris melihat fakta beberapa masyarakat, khususnya publik figur yang memiliki spirit doll. Fenomena spirit doll menjadi happening saat ini ketika beberapa publik figur secara terang-terangan mengadopsi spirit doll yang kemudian dirawat layaknya merawat dan mengasuh anak sendiri..
Fenomena spirit doll atau boneka arwah bermula dari Thailand pada tahun 2014. Pada saat itu, warga Thailand menggandrungi boneka-boneka cantik yang kadang memberikan kesan seram. Namun bukan sekadar boneka biasa. Boneka ini disebut Look Thep yang berarti dewa kecil. Boneka ini dipercaya bisa mendatangkan keberuntungan. Semua itu berkat roh yang bersemayam di dalam tubuh boneka. Boneka ini diisi dengan roh anak kecil melalui ritual tertentu. Ritual yang melibatkan pemuliaan terhadap Dewi Parwati, hanya mengundang arwah anak kecil untuk menguasai tubuh boneka.
Hukum boneka sendiri sebenarnya dibolehkan oleh Nabi SAW, sebagaimana Aisyah RA pernah bermain boneka ketika kecil. Yang dibolehkan tentunya hanya kepada anak kecil, bukan orang dewasa karena orang dewasa berbeda nalurinya dengan anak kecil. Maka seharusnya orang dewasa memenuhi nalurinya dengan menikah dan memiliki keturunan. Nah, berangkat dari sinilah setan berperan untuk menjauhkan naluri manusia dari sunnatullah-Nya. Yang menjadi masalah di sini adalah ketika boneka tersebut diisi jin, maka berlaku hukum haram, karena bersekutu dengan jin..
Alloh SWT berfirman :
"Dan sesungguhnya ada beberapa orang laki-laki dari kalangan manusia yang meminta perlindungan kepada beberapa laki-laki dari jin, tetapi mereka (jin) menjadikan mereka (manusia) bertambah sesat." (QS Al-Jinn: 6)
Respon pro-kontra muncul di tengah-tengah masyarakat. Sebagian besar beranggapan bahwa hal ini adalah wajar,karena hanya sebuah permainan untuk hiburan. Ada yang menganggap hanya sebagai konten sosial media mereka,sehingga tidak perlu diributkan dan diperdebatkan. Yang kontra beranggapan fakta ini diluar kewajaran dan hilangnya kewarasan berpikir. Masih banyak manusia dan anak-anak yatim membutuhkan asuhan dan bimbingan, tetapi malah mengasuh boneka.
Sebagai aturan kehidupan yang sempurna, Islam pasti akan memperhatikan dan mengatur bagaimana menyalurkan naluri kasih sayang terhadap anak-anak. Hal ini diatur melalui ikatan pernikahan yang sah dan membangun keluarga yang sakinah mawadah warohmah. Sehingga, melahirkan anak-anak yang menjadi penyejuk pandangan mata. Disinilah orang tua mempunyai peluang untuk mendidik, merawat dan mengasuh anak-anaknya. Menjadikan mereka anak-anak yang shalih dan shalihah. Anak-anak inilah yang akan menjadi aset dunia dan akhirat bagi orang tuanya. Jika ada pasangan sudah menikah tapi belum dikaruniai anak ,maka mereka bisa mengasuh anak mengasuh dan merawat anak-anak yatim dan dhuafa. Sehingga mereka tumbuh dalam bimbingan dan asuhan yang baik, bukan malah menghamburkan uang untuk mengasuh sebuah boneka. Di sisi lain, fakta seperti ini membahayakan aqidah umat karena bisa menjadikan pelakunya musyrik jika meyakini bahwa dengan mengadopsi merawat dan mengasuh boneka akan mendatangkan keberuntungan.
Oleh karenanya, butuh peran negara untuk menjaga aqidah umat dari hal-hal yang bisa menyeret pada aktifitas kesyirikan. Tentunya, hanya sebuah negara yang berlandaskan kepada syariat-Nya yang bisa menjaga aqidah umat dengan semestinya.
Wallahu a’lam bishshawab.